Eline ingin tertawa. Astaga, apa
yang dikatakan adiknya selama ini memang benar-benar terjadi. Ia pikir selama
ini Elanie hanya berbohong padanya agar ia bisa datang ke Amerika untuk
mengurusi masalah ini. Setelah ia melihat pria bertubuh tegap tadi meringkuk di
lantai dekat tembok kamarnya, Eline terpaksa harus menahan tawanya. Orangtuanya
sudah gila atau apa? Tega-teganya ayah dan ibu menjodohkan Elanie dengan
seorang idiot seperti Justin. Elanie tidak senang bila suaminya dihina idiot
karena Justin bukanlah seorang pria idiot. Ia hanya memiliki mental anak-anak
dan ia butuh banyak pengalaman untuk menjadi seorang pria dewasa. Justin sudah
berada di atas tempat tidurnya sedang menenangkan diri, sementara Elanie dan
Eline berbicara di ruang santai.
Eline harus segera pulang ke
hotelnya. Ia datang lebih cepat ke Amerika hanya karena suami Eline memiliki
pekerjaan selama dua minggu di Amerika, namun di negera bagian yang berbeda.
Eline tidak memilih menginap di rumah orangtuanya, tidak ada alasan jelas dari Charlos,
suami Eline. Elanie bersandar dengan kedua lutut yang ia angkat ke atas sofa.
Mungkin sekarang waktunya ia bertanya pada Eline bagaimana caranya berhubungan
badan—dia sebenarnya sudah tahu—atau lebih tepatnya, bagaimana cara membujuk
Justin agar Justin bisa menyentuh Elanie.
“Lakukanlah malam ini dengannya. Aku
beritahu dari sekarang. Saat aku berhubungan badan untuk yang pertama kalinya,
rasanya sakit. Jadi usahakan buat Justin panik karena kau berdarah dan
kesakitan. Katakan hal-hal seperti ini sebelum kalian berhubungan badan. Cara
utama? Pakai lingerie jika kau punya, maksudku, sialan, kau tidak punya
lingerie? Tidak mungkin! Pasti ada seseorang yang membelikanmu lingerie.
Setelah memakai pakaian seksi, kau dekati dia di atas ranjang,
“Setelah itu elus tubuhnya, usahakan
jangan buat dirimu terlihat seperti di film porno itu. Kalian pasti pernah
berciuman bukan? Ciuman kalian harus
panas. Lalu sentuh bagian intimnya dengan tanganmu, goda dia. Kau sentuh
celananya, buka celana Justin lalu keluarkan isinya dan jilat! Kau mengerti?
Pasti kau pernah melihatnnya di internet. Kau pasti bisa melakukannya, Elanie,
ah, sial, apa kau benar-benar tidak pernah berhubungan badan dengan Justin?”
Elanie menggelengkan kepalanya. Jika Elanie sudah pernah berhubungan badan
dengan Justin, sudah pasti ia tidak akan merengek-rengek pada Eline agar Eline
cepat datang ke Amerika. Jantung Elanie berdegup kencang. Setidaknya, ia tahu
bagian awal yang harus ia lakukan. Sisanya, Elanie hanya bisa menggunakan ilmu yang
ia dapat dari internet. Baru Eline ingin berucap, Elanie langsung menutup mulut
saudara kembarnya.
“Sudah cukup. Aku sudah mengerti.
Ya, aku akan melakukannya malam ini,” ucap Elanie tersenyum. Eline mengangkat
salah satu alisnya, ia menyingkirkan tangan saudara kembarnya itu dari
mulutnya. Justin berteriak dari lantai atas sampai-sampai Elanie terlonjak,
terkejut. “Kurasa kau boleh pulang sekarang, Eline. Maafkan Justin, ia memang
seperti itu,”
“Untuk kali ini, ya, aku memaafkan
suamimu. Aku tidak akan menceritakannya pada Charlos, kau tidak perlu takut. Omong-omong,
hati-hati dengan pria seperti Justin. Ia seorang yang mudah cemburu. Jaga
dirimu sebaik mungkin. Aku akan datang besok lagi ke sini untuk mendengar
berita lebih lanjut,”
“Kau yakin kau hafal jalan ke sini?”
Tanya Elanie ragu-ragu. Eline bangkit dari sofa dengan raut wajah
Apa-Aku-Tolol? Elanie mengangguk satu kali. Berarti Eline memang bisa datang ke
sini tanpa perlu Elanie jemput. Padahal niatan Elanie pertama adalah ia akan
menjemput Eline di hotelnya—hotel yang Eline tempati dekat dengan café yang
sering Elanie kunjungi. “Jadi, tidak apa-apa kau pulang sekarang? Justin sudah
memanggilku,”
“Menurutku, lebih cepat lebih baik,”
ucap Eline menyentuh pundak adik kembarnya yang masih terduduk di sofa. “Aku
pulang. Jaga diri kalian berdua baik-baik,” lanjut Eline melangkah meninggalkan
adik kembarnya di tempat. Gadis bertubuh ramping itu berjalan meninggalkan
Elanie tanpa membalikkan tubuhnya lagi untuk yang terakhir kalinya. Ia tetap
berjalan seperti model Victoria’s Secret menuju pintu rumah besar itu lalu
menghilang dari pandangan Elanie.
Jadi, malam ini?
***
Elanie mengganti pakaiannya menjadi
pakaian yang lebih seksi. Ia tidak berani memakai lingerie seperti yang
disarankan Eline tadi. Celana pendek yang hanya menutupi bokongnya berhasil
membuat Justin bingung dengan pakaian yang dikenakan istrinya. Terlebih lagi
Elanie juga memakai kaos dengan potongan leher yang rendah, meski istrinya
tidak memiliki belahan dada, tetap saja kulitnya yang putih mulus itu terlihat
dengan jelas. Justin masih belum berani berbicara dengan Elanie karena ia takut
Elanie memarahinya nanti. Elanie juga tidak mengucapkan apa pun selama ia
mengganti pakaiannya di kamar. Justin bahkan tidak pergi kemana-mana saat
Elanie mengganti pakaian di hadapannya! Ia sudah tidak begitu gugup dulu, itu
menjadi sebuah langkah yang bagus untuk Justin.
Elanie melepaskan ikatan rambut yang
dari tadi ia pakai selama Elanie berbicara dengan Eline di bawah. Justin
sebenarnya ingin bertanya, apa yang di bawah tadi itu adalah manusia? Bahkan
sekarang Justin ragu kalau Elanie adalah manusia! Siapa tahu saja Elanie yang
ada di hadapannya adalah alien yang berpura-pura menjadi Elanie. Lihat saja
cara berpakaian Elanie, gadis itu berubah. Elanie menyimpan ikatan rambutnya di
atas meja rias lalu berjalan ke atas ranjang. Gadis itu beranjak ke atas
ranjang. Dengan gaya menungging seperti itu, Justin dapat melihat buah dada
yang menggantung—meski tidak begitu besar—di dalam pakaian longgar itu. Elanie
duduk menyilang di hadapan Justin lalu gadis itu mendesah.
“Kakakku memaafkanmu atas apa yang
kauperbuat padanya—menguncinya di dalam kamar, menarik-nariknya ke dalam mobil
dan dibentak olehmu. Untungnya ia memaafkanmu. Tapi aku, aku rasa aku belum
memaafkanmu,” ucap Elanie berakting. Ia mengerucutkan bibirnya lalu mendecak.
Justin merasa sangat bersalah pada Elanie sekarang. Pasti Elanie benar-benar
tidak memaafkannya! Justin mencondongkan tubuhnya ke depan, ia menyentuh tangan
Elanie.
“Mengapa?” Tanya Justin hati-hati.
Saat Elanie mendongak untuk melihat Justin, pria itu langsung menarik tangannya
dari tangan Elanie. Elanie mulai merangkak ke arah Justin, lagi. Ia mendekati
telinga Justin lalu berbisik di telinga suaminya.
“Kau belum menyentuhku sama sekali.
Jika kita berhubungan badan hari ini dan seterusnya, 9 bulan ke depan kau bisa
menikmati buah dadaku yang memiliki air susu,” bisik Elanie. Ia menjauhi Justin
yang tubuhnya sudah menegang. Elanie menggigit bibirnya, sontak Justin semakin
gugup dengan apa yang istrinya minta. Apa itu syarat mati Justin agar Elanie
bisa memaafkannya? Demi dinosaurus-dinosaurusnya, ia bahkan tidak berani
menyentuh paha yang sekarang ia lihat! Justin berpikir sebentar. Apa jika ia
menyentuh paha itu, istrinya akan marah padanya? Justin tidak tahu pasti.
Tetapi Justin rasa ia tidak akan dimarahi oleh Elanie. Karena Elanie yang
meminta sendiri padanya. Justin menggigit bibir bawahnya hingga bibir atasnya
seperti paruh bebek. Elanie tersenyum miring karena kemanisan dari wajah yang
dibuat suaminya itu. Akhirnya Justin mengangguk pasrah. Dari pada ia tidak bisa
menyentuh buah dada Elanie lagi, lebih baik ia berhubungan badan dengan Elanie
agar ia bisa menyentuh buah dada itu seterusnya. Dan apa tadi yang Elanie katakan
padanya? 9 bulan ke depan ia akan mendapatkan air susu dari buah dada yang
sekarang ia lihat dari kaos tembus pandang itu? Berikan pada Justin sekarang!
“Jadi, aku harus melakukannya dari
mana?” Pertanyaan tolol dan memalukan itu Justin utarakan dengan raut wajah
polos. Elanie mulai membuka kaos yang ia kenakan hingga tubuh Justin kembali
menegang. Sialan betul tantangan yang Justin dapatkan dari istrinya! Tetapi,
itu bukan menjadi suatu masalah besar. Ini hanya berhubungan badan yang biasa
para suami-istri lakukan. Tidak ada yang
perlu kautakuti Justin, ucap Justin dalam hati berharap.
“Sebelum itu ada yang ingin
kuberitahukan padamu, Justin. Saat kita berhubungan badan, jangan menangis. Kau
tidak akan kotor. Tidak perlu, kau tidak perlu menyikat alat kelaminmu setelah
berhubungan badan denganku. Jika aku mendesah, mengerang atau menjerit, anggap
saja aku sedang bahagia karena kau melakukannya untukku. Jika ada darah yang
keluar dari alat kelaminku, jangan panik. Aku tidak terluka, jadi jangan menangis.
Intinya, jangan menangis dan panik saat kita melakukan ini. Oke, Justin?”
Justin mengangguk ragu. “Kau akan
berdarah?” Tanya Justin bergidik. Ya ampun, alat kelamin istrinya akan
berdarah. Bagaimana bisa Justin tidak akan panik.
“Ya, aku akan berdarah. Tetapi aku
tidak terluka, mungkin hanya seperti disuntik,” ucap Elanie sok tahu. Ia juga
padahal dalam hati dari tadi menjerit agar rasa sakit yang akan ia rasakan
nanti tidak begitu sakit dan bertahan lama.
“Jadi, aku harus memulainya dari
mana?” Tanya Justin, lagi. Elanie tersenyum.
“Cium aku.”
“Cium kau sekarang? Berapa kali atau
berapa lama?” Tanya Justin, lagi dengan pertanyaan tolol. Elanie mengedik bahu.
Karena sikap acuh dari Elanie seperti itu, segera saja Justin bangkit dari
duduknya, ia menungging lalu mengecup bibir Elanie. Justin tidak ingin
mengecewakan istrinya, ia menarik leher Elanie dengan tangan yang gemetaran.
Mulut mereka menyatu. Lidah Justin melesak masuk ke dalam mulut Elanie yang
harum karena lemon tea yang diminumnya 1 jam yang lalu. Mereka berdua
memejamkan mata untuk menikmati ciuman panas itu. Justin menelan setiap saliva
yang Elanie berikan padanya. Terasa sangat intens dan kotor. Tubuh Justin
merasakan getaran yang sama lagi tiap kali Justin juga menyentuh paha Justin.
Entah aba-aba dari mana, Justin mendorong tubuh Elanie ke atas tempat tidur
sampai Elanie telentang di bawahnya. Ciuman itu terus berlanjut tanpa tangan
Justin menyentuh apa pun selain leher Elanie. Lalu Elanie memiringkan kepalanya
sehingga bibir Justin hanya bersentuhan dengan pipinya.
“Sentuh aku,” pinta Elanie menunjuk
ke arah buah dadanya. Mata Justin yang awalnya melihat wajah Elanie langsung
berpindah pada buah dada yang tertutup bra di hadapannya. Ia menelan ludahnya.
Justin sudah sering melakukan ini, jadi untuk apa Justin takut? Pelan-pelan
Justin mengangkat bra merah yang Elanie kenakan lalu terpampanglah buah dada
yang mirip dengan milik ibunya.
“T-tapi ini tidak mengeluarkan air
susu,” bisik Justin menggigit bibirnya. Elanie terdiam, dia berusaha untuk
tetap menjaga nafsunya. Tanpa mengatakan apa pun, Justin menurunkan kepalanya
ke daerah buah dada Elanie lalu mengecup puncak puting buah dada yang tidak
besar itu. Elanie tersentak. Terpaksa Justin menarik kepalanya. “S-sakit?”
Justin bertanya ragu-ragu.
“Tidak, lanjutkan saja Justin,”
bisik Elanie. Justin kembali mengecupi ujung puting buah dada Elanie dengan
lembut kali ini. Elanie mendesah pelan. Lidah Justin dijulurkan—ia teringat
akan film porno yang ia tonton—ke arah puting buah dada istrinya lalu
menjilat-jilatinya dengan gerakan lidah yang cepat. Tubuh Elanie melengkung ke
bawah. Ya Tuhan, Elanie tidak tahu kalau rasanya akan senikmat ini! Tangan
Justin meremas-remas buah dada Elanie yang lain, sementara mulutnya di buah
dada Elanie yang satu lagi. Jika satu jilatan berharga 1 dolar, Justin akan
melakukannya setiap hari. Lagi pula, buah dadanya lebih enak dibanding punya
ibunya!
Tubuh Elanie tidak bisa diam hingga
Justin benar-benar jengkel. Segera saja Justin menindih tubuh Elanie lalu
memakan buah dada Elanie yang belum tersentuh mulutnya. Pria itu tidak seperti
anak kecil. Elanie bahkan sekarang merasa nikmat tiada tara. Berkali-kali
Elanie menggigit bibirnya agar ia tidak mendesah atau mengerang. Baru disentuh
seperti ini saja Elanie sudah merasa seperti di surga. Entah datang dari mana
asalnya, sekujur tubuh Elanie bergetar di bawah sentuhan Justin dengan pinggul
yang bergoyang-goyang. Ia menyembunyikan mulutnya ke dalam leher Justin agar
erangan tertahannya tak terdengar Justin—ia takut Justin panik tiba-tiba.
Justin merasa kegelian. Pria itu segera bangkit dari tubuh Elanie dengan mulut
yang basah. Elanie ternyata baru sadar kalau ia sedang mengalami pelepasan.
Hanya dengan sentuhan di buah dadanya? Justin luar biasa!
“Oh lihat! Bagian tengahnya
memerah,” Justin tertawa seperti anak kecil. “Keren sekali. Aku bisa melakukan
tiap hari kalau begitu,” lanjut Justin cekikikan. Astaga, Elanie masih tidak
percaya kalau pria inilah yang memberikannya pelepasan.
“Bagianku,” ucap Elanie mulai
bangkit. Kau sentuh celananya, buka
celana Justin lalu keluarkan isinya dan jilat! Ucapan Eline masih menempel
di otaknya. Elanie mulai menungging di hadapan Justin yang bersimpuh. “Buka
celanamu,” perintah Elanie.
“B-buka celanaku?” Tanya Justin,
ragu. Elanie mengangguk satu kali. Dengan segera Justin membuka celananya. Ia
berdiri di atas tempat tidur dan membuka celana panjangnya dengan cepat.
“Boxernya juga?”
“Ya, buka semuanya,” perintah
Elanie. Justin terbelalak dengan permintaan istrinya. Buka semaunya? Berarti,
alat kelaminnya akan kelihatan, begitu?
“Tapi aku malu. Bagaimana jika ada
orang yang masuk dan melihatnya?” Tanya Justin cemas, ia menggaruk-garuk leher
seperti anak kecil yang kebingungan. Elanie tidak ingin banyak bicara. Dengan
cepat ia menurunkan boxer serta celana dalam yang Justin kenakan. Sontak Justin
langsung menutup alat kelaminnya dan mundur beberapa langkah di atas tempat
tidur dari Elanie. Wajah Justin pucat.
“Tidak apa-apa, Justin. Duduklah,”
pinta Elanie bersabar.
“Aku malu, Elanie! Aku malu.
Bagaimana jika memang ada orang yang mengintip kita? Aku takut,” ucap Justin
merajuk, pria itu menggigit pipi bagian dalamnya. “Aku takut kau tidak akan
menyukainya. Lagi pula untuk apa kau melihat alat kelaminku?”
“Untuk memberikanmu pengalaman yang
kita berdua tidak pernah miliki,” ucap Elanie tersenyum lembut pada semuanya.
Justin melirik ke seluruh sudut kamarnya. Takut-takut ada kamera pengintai yang
melihatnya tidak memakai celananya. Bukan apa-apa, tapi selama ini hanya ibu
dan ayahnya—dan juga kakak-kakaknya—yang melihat alat kelamin Justin! Meski
hanya sampai umur Justin 8 tahun, tetapi tetap saja Justin malu jika Elanie
melihatnya. “Tidak apa-apa. Kita suami-istri Justin,” bujuk Elanie. Perasaan takut
menyerang tubuh Justin ketika ia mulai turun untuk duduk berhadapan dengan
istrinya. Sebenarnya Justin ingin menutupi bokongnya yang putih itu, tetapi
alat kelaminnya harus ditutupi dengan dua tanga agar tidak kelihatan.
Setelah benar-benar duduk Justin
langsung menarik selimut yang berada di dekat Elanie. Langsung saja Elanie
menarik selimut itu agar Justin tidak menutupi alat kelaminnya. Justin merajuk.
Justin menundukkan kepalanya. Sebenarnya, Elanie juga takut-takut menyentuh
alat kelamin Justin, tetapi ini demi kebaikan mereka bersama. Dengan penuh
kesabaran Elanie menarik tangan Justin yang menutupi alat kelaminnya. Justin
tidak mengatakan apa pun, ia hanya bisa pasrah. Oh? Ternyata sudah …tegak saat
dibuka. Elanie melihat sejenak pemandangan yang selama ini tidak pernah ia
lihat di dunia nyata. Ternyata sangat …besar. Elanie menelan ludahnya. Justin
menggaruk-garuk lehernya kembali.
“Apa kita akan melakukan adegan di
film yang dua orangnya tidak memakai pakaian?” Tanya Justin ragu-ragu. Elanie
mengangguk, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Justin hingga buah dadanya
menyentuh dada Justin yang dilapisi dengan kemeja putih. Bibir mereka terus
bersentuhan sampai akhirnya tangan Elanie menyentuh alat kelamin Justin.
“Apa yang kaulakukan Elanie? Tidak!”
Justin berteriak panik.
“Jangan panik sayang,” bisik Elanie
yang pertama kali memanggil Justin ‘sayang’. Tubuhnya kegelian. Ternyata,
memanggil sayang pada Justin tidak seburuk yang Elanie kira. Tubuh Justin
bergetar ketika tangan Elanie yang lembut menyentuh alat kelaminnya naik-turun.
Justin mengerang. Apa yang terjadi padanya? Elanie menurunkan tubuhnya lalu ia
mendekati bibirnya ke ujung alat kelamin Justin. Ia mengecupinya dengan lembut.
“Mengapa kau mencium lubang pipisku?
Astaga, kau jorok sekali,” ucap Justin, namun ia tidak menahan Elanie untuk
tidak melakukan itu. Elanie hanya tertawa dengan tingkah Justin yang polos,
sama sepertinya. Kembali Elanie mengecup ujung alat kelamin Justin hingga tubuh
Justin tersentak ke atas. Elanie mulai menjilat alat kelamin itu. Ia berusaha
menikmatinya—yang memang semakin lama semakin ia nikmati karena Justin mulai
mendesah-desah keenakan. Justin meremas sprei tempat tidurnya, kakinya
menegang. Otot-ototnya mengencang tiap kali mulut itu mengapit alat kelaminnya.
Memang benar apa yang Justin katakan, punyanya memang besar.
“Sudah, jangan. Aku akan pipis. Aku
harus ke kamar mandi,” ucap Justin mendorong-dorong kepala Elanie agar menjauh
dari alat kelaminnya. Elanie terus mengulum alat kelamin Justin hingga mulutnya
pun dan merasakan denyutan di sana. Sebelum Justin benar-benar keluar, Elanie
melepaskan alat kelamin itu dari mulutnya hingga terdengar bunya pop!
“Jadi kau mau pipis?” Tanya Elanie
berdiri di hadapan Justin.Elanie membuka celana pendeknya begitu pun dengan
celana dalamnya. Justin menatapi pemandangan di hadapannya, ia langsung lupa
dan terhipnotis. Ya ampun, apa yang dilakukan istrinya? Ia memerhatikan daerah
yang berbentuk segitiga tanpa bulu—di film itu wanitanya memiliki bulu tipis
yang tidak begitu banyak—berwarna putih susu. Mengapa berbeda? Justin menelan
ludahnya, lalu kepalanya tergeleng.
“Tidak, apa punyamu juga berwarna
merah muda?” Tanya Justin tidak berani menyentuh paha Elanie. Elanie mengedik
bahu. “Apa boleh aku menyentuh bokongmu?” Justin bertanya. Ia teringat dengan
bokong wanita di film itu—punya bintang porno itu sangat besar. Justin melihat
bokong Elanie dari samping dengan tubuhnya yang ia miringkan. Astaga, Justin
langsung memejamkan matanya. Ternyata punya Elanie lebih …lucu. Justin membuka
sebelah matanya lalu melihat bokong mulus. Inikah milik Justin?
“Kau hanya akan melihatnya atau akan
menyentuhnya?” Tanya Elanie masih berdiri di hadapan Justin. Justin ragu-ragu
ingin menyentuh bokong itu. Matanya beralih pada alat kelamin Elanie yang
berbentuk segitiga dan kelihatan lucu serta mengkilap.
“Kau baru pipis atau apa?” Tanya
Justin dengan jari telunjuk yang menyentuh alat kelamin Elanie. Sontak Elanie
mundur beberapa langkah. Astaga, ia seperti disengat oleh listrik. Sungguh,
jika Justin normal, sudah dari tadi mereka mengerang bersama-sama dengan tubuh
yang menempel. “Kenapa lengket? Apa
pipis perempuan memang lengket?”
“Bukan, Justin. Kita akan pergi ke
sekolah lagi untuk memberikanmu pelajaran seks agar kau mengerti. Ini bukan
pipis, ini cairan pelumas. Well, semacamnya. Jika kau terangsang, cairain ini
akan keluar. Seperti punyamu saja,” ucap Elanie menyentuh ujung kelamin Justin
dengan ujung jari telunjuknya yang tidak berkuku panjang. Justin tersentak satu
kali. Justin melihat kelamin yang ternyata memang sama mengkilapnya dengan
milik Elanie.
“Berarti kita sama atau apa?” Tanya
Justin.
“Kita berbeda. Wanita dan pria
berbeda,” ucap Elanie mulai duduk di hadapan Justin. Ia lalu telentang di bawah
Justin. “Sekarang tindih tubuhku,” perintah Elanie berusaha untuk bersabar.
Justin langsung mengikuti apa yang Elanie katakan. Ia menindih tubuh Elanie
tanpa berpikir dulu. Bodohnya, ia menindih tubuhnya tidak ditahan oleh kedua
tangannya sehingga Elanie keberatan. Elanie tidak bisa bernafas, dia mendorong
tubuh Justin ke atas.
“Oh, maaf. Kupikir kau memintaku
menindihmu,” ucap Justin mulai menahan tubuhnya sehingga sekarang Justin
melayang di atas tubuh Elanie. Kulitnya dengan kulit Elanie bersentuhan. Ya
ampun, Justin tidak pernah berpikir tubuh Elanie akan selembut ini. Justin masih
mengenakan kemeja putihnya, Elanie juga tidak melarang Justin untuk tidak
membuka kemeja putihnya. Justin menelan ludah. Jarak mereka …bukan jarak,
mereka sudah tidak memiliki jarak karena tubuh mereka bersentuh. Apalagi paha
Justin yang sekarang benar-benar menyentuh paha Elanie yang berkeringat.
“Jangan panik apa pun yang terjadi,
Justin. Aku mencintaimu. Tidak ada yang perlu kautakuti,” ucap Elanie mengelus
rambut Justin, ia menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga Justin.
Justin menganggukkan kepalanya dengan mantap, ia percaya diri sekarang.
“Sekarang, aku akan menuntun kelaminmu untuk masuk ke dalamku. Kau mengerti?”
“Y-ya. Tapi kau akan sakit. Punyaku
kan …panjang?” Justin berucap dengan ragu. Elanie terkekeh akan ucapan Justin.
Justin jadi ikut tertawa karena tawa dari istrinya. Ia suka melihat pemandangan
ini. Masalahnya adalah Elanie jarang tertawa, kemungkinan besar karena setiap
hari Justin membuat Elanie kesal. Justin mengecup bibir Elanie sehingga tawaan
itu menghilang begitu saja.
“Tidak apa-apa. Mungkin akan sakit
sedikit. Ayo kita masukan bersama-sama,” ucap Elanie dengan lembut. Elanie
memejamkan matanya saat tangannya turun ke bawah, memegang kelamin Justin dan
berusaha untuk menuntun kelamin itu masuk ke dalam tubuhnya. Elanie terkesiap
ketika kepala kelamin Justin menyentuh mulut kelamin Elanie. Elanie sudah dapat
merasakan kepala itu berada di lubangnya, Elanie menarik nafas dalam-dalam.
“Sekarang dorong,” pinta Elanie. Tanpa mengucapkan apa-apa, Justin memasukkan
kelaminnya ke dalam. Pria itu mengerang hingga kepalanya mendongak. Astaga,
apa-apaan yang sedang terjadi? Rasanya sangat nikmat! Justin tidak pernah
berpikir kalau ia sekarang melakukan hubungan badan dengan istrinya sekarang.
Ini sangat mustahil. Elanie merintih di bawah Justin, berjuang untuk menahan
rasa sakitnya ketika kelamin Justin masuk ke dalam dirinya.
“Lagi,” pinta Elanie dengan air mata
yang mulai menetes akibat kesakitan. Justin mendorong dengan kencang hingga
seluruhnya masuk ke dalam. Elanie berteriak hingga Justin berpikir telinganya
hilang. Istrinya mencakar punggungnya yang—untungnya—dilindungi oleh kemeja
putih. Elanie diam sejenak untuk merasakan kelamin Justin yang sekarang sudah
berada di dalam tubuhnya. Mereka berdua bernafas agar bisa menenangkan diri.
Justin mengangkat kepalanya—dari tadi ia menyelipkan kepalanya ke leher
Elanie—untuk melihat Elanie. Mata Elanie berair. Bukankah Elanie bilang jangan
menangis? Mengapa Elanie sendiri menangis? Apa yang baru saja Justin perbuat?
“Yang mana yang sakit, Elanie?”
Tanya Justin ragu-ragu. Kemanusiaan Justin muncul tiap kali ia melihat
seseorang menangis atau tersakiti. Apalagi jika anak kecil yang menangis.
Elanie menggelengkan kepalanya. Mata biru Elanie terlihat mengkilap ketika
Elanie membuka matanya lalu ia tersenyum.
“Tidak apa-apa. Sekarang, gerakan
pinggulmu pelan-pelan. Mengerti?” Tanya Elanie. Justin bisa melakukannya. Ia
mengangguk lalu pelan-pelan ia menggerakan pinggulnya. Mereka berdua mengerang
bersama. Tetapi Justin tidak menghentikan gerakannya. Elanie merasa dirinya
sesak. Ya Tuhan, ia benar-benar melakukannya dengan Justin. Pria itu terus
menggerak-gerakan tubuhnya di atas tubuh Elanie tanpa mengeluarkan kelamin itu
dari tubuh Elanie. Awalnya gerakan itu lambat, namun entah dapat kekuatan dari
mana Justin menggerakan pinggulnya semakin cepat. Elanie tersentak-sentak di
atas tubuh Justin. Keringat mereka terus keluar dari kulit. Membuat bunyi aduan
dari kedua daging itu semakin terdengar seksi.
Elanie mengerang, mendesah, dan kadang
menjerit. Sedangkan Justin tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya yang
pasti ia tidak ingin berhenti menggerakan pinggulnya. Ia merasakan rasa yang
enak tiap kali ia memasukkan dirinya ke dalam tubuh Elanie. Kepala Justin
menunduk untuk melihat Elanie, ia melihat istrinya tersentak-sentak di bawah
tubuhnya dengan alis yang bertaut. Ya ampun, inikah istrinya? Sangat seksi,
panas. Justin merasa seperti berada di dalam film porno yang ia tonton saat
itu. Kali ini ia melakukannya. Tiba-tiba Justin merasa sebentar lagi ia akan
pipis.
“Ya Tuhan, Elanie aku ingin pipis.
Aku harus berhenti,” namun Justin tidak melakukannya. Ia tidak berhenti. Ia
masih menggerakan pinggulnya berkali-kali.
“Jangan berhenti. Keluarkan saja,
tidak apa-apa,” pinta Elanie yang juga sebentar lagi akan merasakan hal yang
sama seperti saat Justin mengisap putingnya. Ya ampun, mereka berdua
benar-benar melakukan hubungan suami istri. Justin meremas sprei, matanya
terpejam begitu rapat. “Justin, sebentar lagi…” tubuh Elanie bergetar.
“Aku mau pipis! Aku mau pipis!”
Justin berteriak dengan kencang. Gerakan pinggulnya seperti Super Sonic yang
berlari. Lalu mereka berdua berteriak bersama hingga ruangan yang awalnya
hening berubah menjadi bioskop yang berteriak saat menonton film horror.
“Aku pipis.” adalah kata-kata terakhir yang
Justin keluarkan ketika ia ambruk di atas tubuh Elanie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar