Senin, 14 April 2014

Touching Fire's Water Bab 14




***


            Alexis dan Justin berdansa begitu mesra dibanding semua orang yang berdansa di depan panggung. Sebagian sedang menikmati makan malam sedangkan yang lain lebih tertarik untuk berdansa. Iringan lagu Frank Sinatra membuat dansa mereka lebih menarik dan menyenangkan. Alexis menyandarkan kepalanya pada dada Justin yang tegap di hadapannya. Tangan kanannya memegang tangan kiri Justin, sedangkan tangan kiri Justin memegang pinggang Alexis. Tidak ada yang salah dengan dansa mereka sampai akhirnya mata Alexis yang sedang memerhatikan orang-orang berdansa dari posisinya itu akhirnya melihat orang yang benar-benar harus ia dan Justin jauhi sekarang juga. Selena dan Brad berdansa di sebelah mereka. Selena tersenyum menatapi Brad dari bawah tatapan Brad juga. Lagu yang berjalan selama 2 menit lebih itu terus mengiringi dansa mereka. Aaron dan Kath tampak baik-baik saja berada di pinggir manusia-manusia yang berdansa itu. Kath tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain membuat Aaron senang karena hari ini adalah hari ulang tahun Aaron. Ia tidak begitu yakin dengan status hubungan yang ia jalani dengan Aaron. Ia masih merasa ragu dan ia takut jika Aaron hanya berucap seperti itu hanya untuk membuat Grace cemburu. Dan jika ia benar-benar membuka hatinya kembali pada Aaron, ia tahu ia akan sangat mencintai Aaron seperti ia mencintai ayahnya. Ia hanya takut sakit hati seperti sebelumnya.
            Ia hanya merasa Aaron bukanlah pria yang tepat untuknya. Perasaan Kath dan Aaron sebenarnya sama saja, mereka berdua saling membohongi diri sendiri. Kath membohongi dirinya kalau ia tidak mencintai Aaron, dan Aaron membohongi dirinya kalau sekarang ia tidak mencintai Grace demi mendapatkan Kath. Grace tampak bersama dengan Michael, pria bermata biru yang membuat Grace cukup terpikat dengan ketampanan yang Michael miliki. Ia terlihat kembali seperti semula. Seulas senyuman menghiasi wajah Grace selama ia berdansa. Aaron tentu tahu apa yang ia lihat sekarang. Adiknya sedang bermesraan dengan Michael, pria yang ia pukul dan ia tidak sukai sampai sekarang. Aaron berusaha untuk tidak mempedulikan apa yang ia lihat. Mungkin inilah perasaan Grace saat Aaron bersama-sama dengan Kath. Dan ia mengerti benar mengapa ia tidak menyukai kebersamaan yang ia ciptakan karena Aaron tidak menyukai kemesraan Grace dan Michael sekarang. Sampai akhirnya pandangan Aaron beralih pada rambut Kath yang seperti bunga itu terpampang jelas di hadapannya, pipi Kath bersandar pada dada Aaron. Kembali pada Alexis yang mendongak, menyadari kalau sebentar lagi lagu ini akan berhenti dan ia harus berganti pasangan.
            “Aku tidak mau kau berganti pasangan dengan Selena,” ucap Alexis berhati agar tak didengar oleh Selena atau pun Brad di sebelah mereka. Alexis bahkan tidak tahu mengapa Brad bisa berteman dengan Selena sekarang. Well, Brad tidak pernah mengetahui kalau Selena adalah mantan istri Justin, jadi itu bukan sepenuhnya kesalahan Brad. Justin menatapi istrinya tanpa menjawab apa yang dikatakan Alexis, ia hanya mengangguk satu kali. Mata harimau Justin melirik sebentar ke arah Selena yang berada beberapa langkah darinya. Punggungnya yang telanjang itu benar-benar harus ditutup, Justin mengalihkan pandangannya kembali.
            “Tentu.” Bisiknya mengecup bibirnya. Pembawa acara langsung berteriak ‘berganti’ agar para pedansa mengganti pasangan mereka. Seluruh lampu yang menyala di taman dimatikan selama kurang lebih 2 detik, membuat orang-orang menjerit sebentar lalu lampu itu kembali menyala. Justin sudah berhadapan dengan Selena, membuat Selena sedikit terperangah karena tangannya sekarang benar-benar menyentuh tangan Justin. Ia menelan ludah begitu susah. Alexis sudah berpasangan dengan Brad yang memegang pinggangnya. Lagu kedua mulai mengiring kembali dansa mereka. Kali ini alunan piano mengiring mereka dengan alunan yang lamban. Justin menatapi Selena yang memiliki mata cokelat kehitaman itu, dia berusaha untuk menganggap Selena hanyalah pasangan dansanya. Bagaimana pun juga Justin masih bisa mengingat malam pertama mereka di atas ranjang dan betapa hebatnya Selena di sana. Namun akal sehat Justin masih terjaga, mengingat bahwa Alexis sekarang sedang berdansa dengan Brad. Alexis bahkan tidak menoleh pada Justin sekarang! Ia berbicara dengan akrab dengan Brad sambil sesekali tertawa. Selena mulai memegang pundak Justin sebagaimana seharusnya.
            “Kau tampak sangat menawan, Justin,” puji Selena berusaha tenang. Jantungnya berdegup kencang sekarang. Ia akhirnya bertemu dengan Justin dan bahkan sekarang ia menyentuh Justin. Kesenangan yang ia miliki menjalar ke seluruh tubuh lalu meledak begitu saja karena sekarang ia kehilangan nafas untuk beberapa saat. Justin hanya mengangguk satu kali untuk menghargai pujian Selena. “Dan istrimu tampak menakjubkan,”
            Justin mendongak, melihat Alexis yang tidak memerhatikannya. Ia memang cantik. Istrinya selalu cantik dan tidak pernah membuat Justin kecewa. “Aku tahu. Dia memang selalu menakjubkan tiap saat,” bisik Justin mengalihkan pandangannya dari Alexis. Mata mereka kembali bertemu. Jarak antara Alexis dan Justin mulai sedikit menjauh. Alexis melirik Justin yang menganggukkan kepalanya satu kali, tangannya yang besar itu sudah menyentuh punggung Selena yang telanjang itu. Seluruh tubuh Alexis merasa panas lalu dingin dalam hitungan detik. Jantungnya berdegup kencang, darahnya lari ke wajahnya, membuat wajah Alexis merah padam. Ia cemburu dengan apa yang ia lihat. Ia terkesiap ketika Justin membisiki sesuatu pada Selena. Bibir itu hampir menyentuh telinga Selena. Alexis tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, padahal ia sudah memperingati Justin. Sebisa mungkin Alexis berpikir positif, ia menolehkan kepalanya pada Brad kembali.
            Di sisi lain, Grace sedang berhadapan dengan Aaron. Ia tidak tersenyum pada Aaron seperti saat ia berdansa dengan Michael. Tidak ada kata-kata yang terucap dari mulut Grace sampai akhirnya Aaron yang membuka mulut. “Aku harus melakukan itu,”
            “Aku tahu,” bisik Grace berusaha untuk melupakan kejadian tadi. “Lagi pula, jika aku berbicara, siapa yang akan mendengar? Mom bahkan tidak mau mendengarku. Jadi, hm, tidak ada gunanya,” Grace mengedik satu bahunya dengan raut wajah pura-pura tak peduli. Kath berdansa dengan Michael, entah mengapa sepertinya dua pasangan Bieber ini tampaknya bertukar dengan orang yang berhubungan dengan Kath. Jarak Aaron dan Kath tidak begitu jauh atau pun dekat, namun yang jelas, Kath dapat melihat tangan Aaron mulai meremas pinggang Grace, tanda Aaron tertarik.
            “Jadi, kau sudah mengenal pria itu?” Tanya Aaron menganggukkan kepalanya satu kali pada Michael. Grace menoleh, melihat Michael berdansa dengan Kath. Mengapa harus dia lagi yang berdekatan dengan pria yang Grace sukai? Ini tidak masuk akal. Grace memutar bola mata.
            “Namanya Michael, Aaron. Dia pria yang baik,”
            “Kau menyukainya?” Tanya Aaron langsung. Grace menatap Aaron sejenak, lalu ia mengangguk. Aaron memejamkan mata, ia harus melupakan perasaan ini pada Grace. Kath mungkin akan lebih baik dari Alice atau pun Grace. Mungkin Kath memang jodohnya yang menghilang selama ini. Mata Aaron kembali terbuka, lalu ia tersenyum. “Bagus.”
            “Dia sangat manis saat berbicara. Dan matanya sama seperti Mom, maksudku, berwarna biru,” ucap Grace menceritakan tentang Michael. Aaron hanya mengangguk, ia tidak ingin membicarakan pria itu sekarang. Ia sudah terlanjur tidak menyukai Michael karena sikapnya tempo hari. Kath hanya menundukkan kepalanya, ia tidak begitu bisa mengikuti dansa ini lagi. Sebenarnya masih ada beberapa lagu yang akan diputar ke depannya, tetapi Kath terlalu lelah untuk mengikuti dansa ini lagi. Terlebih lagi setelah ia melihat Grace dengan Aaron yang saling menyentuh. Entahlah, di mata Kath, itu salah.
            Alunan piano berhenti begitu saja. Beberapa orang mulai lelah dan memutuskan untuk berhenti berdansa. Termasuk dengan Alexis yang pergi dari tengah-tengah kerumunan orang. Lampu padam selama beberapa detik, lalu kembali menyala. Justin tidak keluar bersama dengan Selena. Hanya Kath dan Alexis yang keluar dari acara dansa itu. Dan juga Kath cukup lapar karena ia belum makan malam ini. Ia mendekati meja keluarga Bieber. Jonathan sedang menyuapi Juber yang duduk di atas meja. Tampaknya Jonathan adalah kakak yang baik, hanya saja tidak dengan Kath. Alexis menghampiri Juber bersamaan dengan keberadaan Kath di samping Juber.
            “Hey, Kath, kau tidak meneruskan dansanya?” Tanya Alexis dengan ramah. Kath menggelengkan kepala sambil tersenyum lemah. Pandangannya lalu tertuju pada Aaron dan Grace yang masih bersama-sama, tidak bertukar pasangan lalu kembali Kath menatap Alexis. Makanan sudah tersedia di depan Kath, makanan-makanan itu dikumpulkan dalam bentuk lingkaran di tengah-tengah meja dan masih terlihat hangat. Air liur Kath mulai menetes. Ia lapar.
            “Aku lapar,” bisik Kath tersenyum. Jonathan memerhatikan Kath seperti ayahnya memerhatikan Alexis yang berdansa dengan Brad tadi. Kath duduk di sebelah Alexis yang menurunkan Juber dari meja dan memangkunya di atas paha. “Dimana Mr.Bieber? Ia tidak kelihatan.” Pertanyaan itu sepertinya memukul Alexis tepat di jantungnya sehingga wajahnya kembali memerah. Ia menoleh pada kerumunan pedansa lalu mendapati Justin masih bersama Selena. Tangan suaminya kali ini mengelus-elus punggung telanjang itu. Bahkan sekarang kepala Selena mulai bersandar pada dada Justin. Sungguh sialang sekali! Jika bukan karena Juber ada di gendongannya, siapa pun yang ada di hadapannya akan ditusuk oleh Alexis menggunakan garpu yang sekarang sedang ia pegang.
            “Dia ada di sana bersama ibumu,” bisik Alexis berusaha tersenyum. Well, itulah ciri khas wanita. Tersenyum saat hatinya tersakiti, atau mungkin tersenyum untuk menyembunyikan dendam yang akan ia balas di kemudian hari. Tidak ada yang pernah tahu. Namun Kath tidak bisa mengikuti pandangan Alexis karena terlalu banyak orang yang bergerak di sana. Kath mulai memakan makanan yang ia baru saja ambil. Jonathan masih menatapi Kath dengan tatapan tak suka. “Dimana si kembar, Jonathan?” Pertanyaan Alexis membuat Jonathan menoleh pada ibunya.
            “Ikut berdansa, di sudut, kurasa,” ucap Jonathan.
            “Mengapa kau tidak ikut berdansa? Ada beberapa gadis di sana yang sedang berkumpul. Ajaklah satu di antara mereka,” ucap Alexis menunjuk perkumpulan anak-anak perempuan yang seumuran dengan Jonathan mengenakan gaun panjang yang cantik. Jonathan mengikuti apa yang ibunya lihat. Memang benar ada beberapa gadis berdiri di sana, namun hanya satu gadis yang menarik perhatian Jonathan. Gadis yang sepertinya tersingkirkan dari kumpulan gadis. Gadis yang menarik perhatian Jonathan mengenakan gaun biru panjang dengan hiasan rambut yang berwarna senada dengan gaunnya. Ia tampak sangat cantik, rambutnya pirang, dan memiliki senyum yang menawan. Tetapi gadis itu sepertinya tidak begitu tertarik dengan percakapan yang dibicarakan teman-temannya yang mengabaikannya.
            “Ide bagus, Mom,” ujar Jonathan bangkit dari kursinya. Ia berlari kecil menuju pinggir taman, menghampiri gadis yang ia maksud. Alexis dan Kath melihat Jonathan yang memegang tangan gadis berambut pirang itu untuk berdansa dengannya di kerumunan pedansa. Kath terkekeh melihat sikap Jonathan yang benar-benar gentleman saat mengajak gadis itu berdansa. Jonathan menarik gadis itu lalu bergabung dengan kerumunan pedansa.
            “Mereka sangat manis,” komentar Kath memasukkan makanannya ke dalam mulut. Alexis hanya tergelak satu kali lalu menggelengkan kepala.
            “Begitulah cara laki-laki mendapatkan wanitanya. Terkadang kaum kita mudah tertipu dengan rayuan laki-laki. Jadi yah, aku hanya selalu menyarankan anak-anak perempuanku untuk tidak mudah jatuh ke dalam pelukan pria yang salah,” jelas Alexis berpindah tempat duduk ke samping kiri agar Juber bisa terduduk di tengah-tengah mereka berdua. Juber sedang memakan kue cokelat yang lengket di garpu kecil yang ia pegang sambil mengemutnya. Juber senang melihat Kath, ia merasa ada yang lucu dari pacar ayahnya. Well, Juber menyukai Kath sejak Kath menapakan kakinya ke atas lantai rumah keluarga Bieber dan bertemu dengan Juber.
            “Apa menurutmu aku dan Aaron cocok?” Tanya Kath hati-hati, ia terlalu takut jika ibu Aaron tersinggung dengan pertanyaan Kath. Niatan awal Aaron untuk bersama dengan Kath adalah agar mereka bisa menjadi teman yang bisa diajak berhubungan badan. Rekan yang bisa bercinta kapan saja tanpa memiliki hubungan khusus. Apakah Kath sudah jatuh ke dalam pelukan pria yang salah? Kath memasukkan garpu yang Juber sodorkan padanya lalu mengemut cokelat itu lalu tersenyum pada Juber. Saat garpu itu keluar dari mulut Kath, cokelat itu sudah habis. Benar-benar habis hingga Juber cemberut.
            “Peepee, cokelat-ku…” rengek Juber marah. Alexis tertawa, ia mengambil garpu dari tangan Juber lalu memotong kecil kue cokelat yang lengket itu dari piring. Tangan Juber tak bisa menjangkau cokelat itu. “Aku tidak mau memberimu lagi, aku serius,” ucap Juber membuang wajah dari Kath. Kath dan Alexis hanya tertawa dengan tingkah anak kecil itu. Lalu Alexis mendesah, ia mengelus kepala Juber.
            “Besok kita akan pergi berkemah di gunung. Tetapi tidak akan begitu jauh dari kaki gunung, tenang saja,” ucap Alexis memberitahu. Kath hanya mengangguk, meski ia cukup terkejut dengan berita ini. Sebelumnya ia tidak pernah berkemah di gunung, bahkan perlengkapan berkemah pun dia tidak punya. Apakah ibunya membawakan pakaian yang cocok untuk berkemah? Kath ragu-ragu.
            “Jadi, apa menurutmu aku dan Aaron cocok?” Tanya Kath membawa kembali pertanyaan itu pada Alexis. Alexis berpikir sebentar. Ia menoleh pada kerumunan pedansa. Untungnya mata Alexis langsung bisa melihat Aaron yang sudah berdansa dengan orang lain. Di samping itu, matanya tidak bisa tidak mencari suaminya. Ia melirik Justin yang tidak berada jauh dari jangkauan matanya. Sialannya, Justin masih bersama dengan Selena dan sekarang mereka saling tertawa bahkan sesekali Selena menggigit bibir bawahnya. Alexis benar-benar marah pada Justin sekarang, ia tahu perasaan ini konyol dan Alexis tahu benar kalau Justin tidak akan meninggalkannya, tetapi perasaan ini memang selalu berkunjung bila seorang wanita mendekati Justin dan bertingkah menggoda Justin. Alexis membuang wajahnya dari apa yang ia lihat. Sudah cukup, ia muak dengan Justin hari ini.
            “Tentu saja kalian cocok, Juber menyukaimu,” ucap Alexis. “Benar kan Juber?” Tanya Alexis. Juber mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mengerti dengan apa yang Alexis katakan, well, Juber menyukai Kath. Ia menginginkan ibu yang lucu seperti Kath. Alasan pertama Juber menyukai Kath adalah karena saat Kath pertama kali bertemu dengan Juber, Kath tidak mencubit pipinya. Sedangkan orang lain selalu mencubit pipinya. Juber paling tidak suka bila orang mencubit pipinya.
            “Aw, terima kasih Juber, aku sayang kau,” ucap Kath dengan suara anak kecil yang ia bisa. Ia mengecup kepala Juber, membuat senyum Juber mengembang. Anak itu seperti anak gila jika sudah dicium oleh perempuan-perempuan. Ia terlihat seperti seorang rapper yang berendam di dalam bak mandi yang dipenuhi uang dan dua orang wanita seksi di sebelah bak mandinya. Hidupnya damai. Mereka mulai membicarakan tentang Aaron, meski lebih banyak Alexis yang menceritakan tentang Aaron pada Kath. Juber sudah tertidur di dalam pelukannya sekarang. Sangat lucu dengan pipinya yang menyembul. Tepat ketika Kath menyelesaikan makanannya, Justin, Aaron dan Grace di hadapan mereka. 6 mata harimau itu menatap Alexis dan Kath yang tertawa renyah.
            “Hey, sayang,” sapa Justin menyentuh kedua pundak Alexis lalu mengecup pipi istrinya. “Kau menikmati malammu sepertinya,” ucap Justin dengan suara yang lembut. Alexis hanya mengangguk. Ingatan pada tangan Justin yang mengelus punggung Selena yang telanjang itu membuat darah yang berada di balik kulit Alexis mendidih begitu saja. Alexis menoleh ke belakang, bukan untuk melihat Justin, melainkan keberadaan Selena. Ternyata Selena masih berdansa, kali ini bersama Brad lagi. Lalu Alexis mendongak menatap Justin.
            “Kita semua menikmati malam ini, Justin. Termasuk kau, bukan? Terima kasih untuk bertanya seperti itu padaku,” Alexis berucap dengan nada dingin seolah-olah Justin adalah orang asing. Reaksi Alexis membuat raut wajah Justin berubah. “Aku harus membawa Juber ke kamar. Udara sudah dingin,” ujar Alexis buru-buru bangkit dari kursi. Ia menyingkirkan Justin dari hadapannya. Aaron dan Grace bisa melihat apa yang terjadi di antara ayah dan ibunya. Sebentar lagi mereka akan bertengkar. Mungkin hanya masalah kecil. Grace mengedik bahu lalu ia duduk di kursi yang baru saja Alexis tinggalkan. Aaron duduk di tengah-tengah Grace dan Kath, menghasilkan suasana yang tegang.
            “Dimana Michael?” Tanya Kath berusaha untuk mengabaikan ketegangan yang terjadi.
            “Dia sedang ke toilet, kurasa,” ucap Grace yang menjawab. Kath terkejut karena sikap Grace yang berubah. Oh, baguslah jika Grace berubah menjadi baik. Aaron memegang tangan Kath yang berada di atas paha Kath. “Dimana Jonathan?” Tanya Grace menyadari ketidakhadiran Jonathan.
            “Ia sedang berdansa di sana,” ucap Kath memberitahu. Grace menoleh ke belakang untuk melihat Jonathan yang berada di depan panggung. Well, sepertinya Jonathan sudah mendapatkan pasangannya karena ia terlihat begitu tenang bersama dengan gadis yang memakai gaun biru itu. Grace hanya mengerling. Grace mengambil mulai mengambil makanan di hadapannya sambil berusaha untuk mengabaikan apa yang Kath dan Aaron lakukan. Sepertinya Aaron benar-benar berusaha untuk mengelak perasaannya terhadap Grace. Dengan iseng, Grace bertanya.
            “Hey, Aaron, apa kau tidak tertarik untuk membuka hadiahmu?” Goda Grace yang seketika membuat tubuh Aaron menegang. Rahangnya mengeras mengingat apa yang terjadi ketika Grace menawarkannya sebuah hadiah diiringi dengan pemandangan eksotis. Aaron menelan ludahnya lalu ia terkekeh pelan.
            “Well, dimana hadiahnya?” Tanya Aaron sedikit gugup. Pria itu menjilat bibir atasnya. Kath memerhatikan Aaron sambil memegang tangan Aaron dengan kedua tangannya di atas paha. Dilihat dari cara pandang Kath, Aaron memang pemandangan yang patut dilihat oleh semua orang. Ia pria tampan yang bisa membuat wajahnya terlihat garang namun di satu sisi, ia bisa terlihat sangat manis karena kegugupannya. Tanpa disadari, Kath menggigit pipi bagian dalamnya.
            “Kita bisa lihat nanti, datanglah ke kamarku kalau kau ingin melihatnya,” goda Grace tersenyum malu-malu. Aaron hanya tertawa lalu ia menggelengkan kepala.
            “Kurasa aku tidak bisa, Grace. Aku masih memiliki hadiah utama yang harus kubuka nanti malam. Bagaimana dengan itu Kath?” Tanya Aaron menoleh pada Kath. Kath yang sedang memanjakan matanya langsung menegakkan tubuh. Kedua alisnya terangkat dan tidak mengerti apa yang Aaron katakan padanya. Grace hanya terkekeh pelan, gadis itu sepertinya mulai bisa mengatasi kemesraan Aaron dan Kath. Michael muncul begitu saja dari belakang Grace dengan dasi pita hitam yang ia pakai sudah miring.
            “Hey, Grace,” sapa Michael dari belakang. Ia mulai duduk di sebelah Grace yang membuat Grace langsung menoleh terkejut. Tangan Grace mulai menepuk pundak Michael dengan akrab, lalu melupakan Aaron dan Kath yang ada di hadapan mereka. Kath memainkan jari-jari tangan Aaron yang masih berada di atas pahanya sambil menundukkan kepala. Baiklah, Kath harus memutuskan keputusan yang bulat. Kath harus jujur pada dirinya sendiri karena kesempatan ini hanya datang satu kali seumur hidup. Sepertinya, Kath tidak bisa tahan untuk menjauh dari Aaron. Terlebih lagi dukungan dari ibu Aaron membuat Kath lebih percaya diri. Mungkin ia bisa memberikan satu kali kesempatan lagi untuk Aaron. Kath mulai mendongak, matanya langsung bertemu dengan mata Aaron yang ternyata memerhatikannya. Aaron menyunggingkan senyum kecil pada Kath lalu ibu jari Aaron mengelus-elus paha Kath.
            “Well, aku belum menanyakan hal ini secara resmi,” ucap Aaron dengan raut wajah menimbang-nimbang. “Apa kita benar-benar sudah berpacaran? Maksudku, aku bersungguh-sungguh di atas panggung tadi,” ucap Aaron tanpa takut ia akan ditolak. Kath menggigit bibir bawahnya lalu jari-jarinya kembali memainkan jari-jari Aaron.
            “Well, mengapa kita tidak mencobanya saja?” Pertanyaan itu membuat Aaron tersenyum, ia terlihat tenang. Tetapi dibalik sikapnya yang tenang, rohnya seolah-olah meninggalkan tubuh Aaron sejenak lalu terbang ke sana kemari sambil mengerang kesenangan.
            Akhirnya ia mendapatkan Kath!


***

            Di saat Aaron akan bersenang-senang bersama dengan Kath, Justin sekarang harus menghadapi harimau betinanya yang sudah mengamuk. Alexis terdiam di depan meja riasnya sambil melepaskan perhiasan yang ia pakai. Setelah itu ia mulai menghapus riasan wajahnya yang tidak begitu tebal sambil membanting-banting barang-barangnya itu. Justin tahu benar apa kesalahannya, ia berdansa dengan Selena dan itu membuat Alexis marah besar. Justin melonggarkan dasi biru yang ia pakai lalu ia duduk di pinggir ranjang.
            “Kau ingin membicarakannya atau tidak?” Tanya Justin melepaskan sepatu yang ia kenakan bersama dengan kaos kakinya. Alexis hanya mendengus, ia melihat Justin dari cermin di hadapannya lalu menggelengkan kepalanya. Suaminya bodoh, idiot, tolol atau tidak punya otak? Mengapa hal seperti ini tidak dapat Justin telaah dengan sendiri? Alexis ingin Justin menjauh dari Selena! Dan Alexis sudah memperingati Justin sebelum Justin –seharusnya tidak—berdansa dengan Selena. Alexis dan Brad bahkan hanya berdansa seperti layaknya orang berdansa, hanya membicarakan masa-masa mereka saat mereka dulu bersahabat. Namun Justin? Ia mengelus punggung telanjang itu dan berbisik pada Selena! Mungkin ini terdengar kekanak-kanak, hanya saja Alexis menganggap itu adalah masalah besar. Entah mengapa dari pendekatan yang kecil-kecilan itu membuat pikiran Alexis menyebar hingga ke depannya. Bagaimana jika Justin dan Selena saling menghubungi setelah pulang dari vila? Alexis melepaskan kalungnya yang masih menggantung di lehernya. “Ayolah, sayang, jangan kekanak-kanakan,” tukas Justin mulai kesal dengan tingkah Alexis.
            “Aku tidak bertingkah kekanak-kanakan. Kau sudah mengatakan ‘ya’ saat aku bilang padamu untuk tidak berdansa dengan Selena namun yang ada kau malah berdansa dengannya. Dua kali!”
            “Saat itu lampu dipadamkan! Aku tidak tahu siapa yang akan menjadi pasanganku,” tukas Justin tidak suka dituduh. Alexis tergelak sarkastik.
            “Dua kali? Hebat,” Alexis mengedik bahu lalu ia bangkit dari kursi meja rias. “Aku akan tidur dengan Juber di sebelah,” ucap Alexis melangkah meninggalkan Justin yang baru saja melepaskan dasi dari kerah kemejanya. Tangan Justin langsung menangkap tangan Alexis agar istrinya tidak pergi darinya.
            “Hey, kita bisa membicarakannya baik-baik, sayang. Tidak perlu berlebihan seperti ini,”
            Alexis menyentakkan tangannya agar lepas dari cengkeraman Justin. “Kau menyentuh punggungnya dan mengelusnya! Bagaimana bisa aku tidak bisa mengatasi ini dengan baik-baik? Dia menggodamu dan tampaknya ..uh, suamiku ingin menelanjanginya tepat ditempat itu juga. Selamat, Alexis, akhirnya apa yang kautakutkan terjadi!” Ucap Alexis sarkastik. Wajah Justin mulai menegang, rahangnya mengeras karena marah. Mengapa istrinya berkata seperti itu?
            “Kau benar-benar bodoh, Alexis,” Justin mendesah dengan kepala yang tergeleng. Alexis terkejut dengan ucapan Justin yang menghinanya bodoh! Telapak tangan Alexis mulai melayang pada pipi Justin hingga pipi Justin berpaling ke kiri dan lalu dengan sigap Justin mencengkeram tangan Alexis yang baru saja menamparnya. Alexis meringis. “Well, jika kau memang menuduhku berselingkuh namun aku tidak berselingkuh, lebih baik aku berselingkuh agar apa yang kautuduh itu benar,” ucap Justin membuat mulut Alexis berbentuk huruf O. Alexis lalu tergelak, air matanya mulai mengumpul.
            “Semoga berhasil.” Tukas Alexis menyentakkan tangannya kembali, ia meninggalkan Justin sendirian di kamar. Air matanya menetes ketika pintu terbanting tertutup. Justin memejamkan mata sambil mengembuskan nafas panjang.
            “Sialan.”


***


            Tubuh Justin menggeliat di atas tempat tidur. Dari tadi ia memutar tubuhnya ke kanan lalu ke kiri. Begitu terus menerus sampai ia terlihat bodoh. Ia tidak bisa tidur jika Alexis tidak berada di sampingnya. Terakhir kali ia tidur sendiri adalah saat ia terpaksa harus pergi ke luar negeri selama beberapa hari namun Alexis sedang mengandung si kembar yang ke-8 bulan menuju 9 bulan. Setelah itu ia tidak lagi tidur sendirian karena jika Justin pergi ke luar negeri, pasti ia akan mengajak Alexis. Dan hari ini Alexis memutuskan untuk membuat Justin tak bisa tidur hanya karena Justin berdansa bersama Selena. Seharusnya Justin tidak berkata seperti itu pada Alexis, itu benar-benar membuat hati Alexis terluka, Justin bisa melihatnya dari mata Alexis. Justin mengerang menginginkan Alexis di sebelahnya. Apa yang Alexis lakukan sekarang di kamar sebelah? Apa dia juga tidak bisa tidur sama seperti Justin? Well, Alexis bisa tertidur setelah 30 menit ia harus terisak-isak dan menatapi Juber yang tertidur di sebelahnya. Ketakutannya benar-benar terjadi sekarang. Entah mengapa Selena adalah wanita yang harus dijauhi oleh Justin maupun Alexis. Bagaimana pun juga Selena adalah mantan istri Justin. Seseorang yang dulu pernah memikat hati Justin sampai Justin berani menikahinya. Seharusnya Alexis tidak setakut ini, mengetahui Selena sudah menikah dan sekaligus Selena adalah ibu Kath.
            Hanya saja, bibir bawah yang digigit dan tawa mereka di acara dansa tadi benar-benar membuat Alexis nyaris gila memikirkannya. Tidak adanya Justin di sisi Alexis memang menjadi sedikit gangguan. Karena mereka jika tidur bersama selalu saling berhadapan sambil berpelukan. Sekarang, hanya ada Juber yang bertubuh mungil di sebelahnya tidur dengan nafas yang teratur. Dan terakhir, Alexis memutuskan untuk memejamkan matanya dan menenangkan pikirannya sejenak. Besok ia harus menghadapi Justin dan masalahnya. Baru saja Alexis akan masuk ke dalam dunia mimpi, suara ketukan pintu terdengar.
            “Alexis, sayang, aku sangat menyesal. Tidurlah bersamaku,” suara Justin yang memelas terdengar dari balik pintu. Alexis menangis sejenak, ia terisak. Mengapa ia harus bersuara saat Juber sedang tertidur? Alexis meraih kepala Juber agar lebih dekat dengan dadanya dan lebih merasa nyaman. Alexis kembali memejamkan matanya. “Alexis,” suara benturan dari pintu terdengar.
            “Pergilah, Justin. Juber akan bangun!” Tukas Alexis dengan suara berbisik tertahan yang dapat Justin dengar. Justin tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia malah bersandar di pintu kamar Juber lalu merosot turun ke bawah dan memejamkan matanya. Setidaknya ia tidak begitu jauh dengan istrinya dan mengetahui istrinya tidak menangis –suaranya tidak serak.
            Ternyata Juber bisa lebih beruntung dibanding Justin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar