Senin, 14 April 2014

Touching Fire's Water Bab 15



***


            Kath gugup karena hari ini mereka akan mendaki gunung. Ia tidak pernah berkemah sebelumnya. Bahkan ayahnya yang melarang Kath untuk mendaki gunung. Namun tampaknya ibu Kath sudah menyiapkan pakaian-pakaian yang akan dipakai Kath selama di gunung nanti. Dan tas panjang yang keluarga Bieber miliki cukup membuat Kath hampir jatuh ke belakang. Aaron belum keluar dari vila, tangan Juber sudah dipegang oleh Kath karena Alexis memiliki urusan dengan Justin di samping mobil. Kath berusaha untuk mengabaikan pertengkaran mereka. Bahkan sesekali Kath mendengar Alexis berteriak. Juber mengisap dua jarinya. Ia sudah memakai kupluk berwarna hitam dan jaket tebal agar tubuhnya tetap hangat. Anak itu mirip dengan ayahnya, manis.
            “Aku tidak ingin berbicara denganmu hari ini,” Alexis melipat tangannya di depan dada, memberikan kesan tidak peduli pada Justin. Kedua alis Justin terangkat lalu ia mengangguk dengan pelan.
            “Baiklah, terserah. Permintaanmu terkabulkan, selamat bersenang-senang. Aku tidak akan memelukmu saat kau tidur di atas sana nanti!” ancam Justin menunjuk pada Alexis. “Aku tidak akan mengusap lenganmu saat kau kedinginan!” Justin beranjak dari tempatnya, berniat untuk meninggalkan Alexis. Namun ia malah membalikkan tubuhnya kembali. “Atau menciummu! Atau apa pun!” Teriaknya mulai meninggalkan Alexis. Alexis hanya butuh beberapa detik untuk menenangkan dirinya. Tidak apa-apa jika Justin tidak memeluknya, setidaknya ia masih memiliki Juber. Tidak sampai satu menit, Justin muncul kembali. Belum sempat Alexis bertanya pada Justin, tiba-tiba Justin meraih kepala Alexis lalu mengecup bibir istrinya begitu dalam. Alexis memukul-mukul lengan Justin atas perlakuan Justin yang tiba-tiba itu. Bukankah Justin tidak ingin menciumnya lagi? Justin mundur beberapa langkah ketika Alexis mulai menendang tulang keringnya. Justin meringis, kedua alisnya bertaut. Well, setidaknya kakinya yang sakit itu mungkin bisa membuat Alexis iba jika Justin membujuknya.
            “Sayang, aku benar-benar minta maaf. Kumohon, maafkanlah aku. Aku tidak bisa tidur tanpamu. Ayolah, beri aku satu kesempatan lagi,” ucap Justin secepat kereta api melaju dengan kedua tangan seperti berdoa, memohon pada Alexis seperti anak kecil.
            “Pria berbicara satu kali.” Kali ini Alexis yang pergi dari hadapan Justin. Justin terdiam di tempatnya lalu ia menendang ban mobil di belakangnya.
            “Sialan!” Teriak Justin hampir menjambak rambutnya. Ia hanya bisa mengurut-urut lehernya dengan tangan kirinya dan menahan rasa marahnya agar ia tidak memecahkan kaca mobil. Semuanya akan baik-baik selama di gunung. Didengarnya suara Alexis yang membujuk Juber untuk masuk ke dalam mobil bersama dengan Kath. Justin melirik ke belakang mobilnya karena suara bukaan pintu bagasi terdengar. Ternyata Kath yang membukanya untuk menaruh tasnya ke dalam. Lalu bukaan pintu dari sisi mobil yang lain, Justin menoleh ke belakang. Dilihatnya Juber mulai masuk ke dalam mobil dengan sebuah gelas berisi cokelat cair yang hangat bersama dengan sendok kecilnya, lalu duduk tepat di belakang tubuh Justin. Disusul dengan Alexis yang masuk bersama dengan Kath. Yeah, Juber memang senang duduk di paling ujung kursi mobil. Justin tidak membalikkan tubuhnya, ia hanya melirik. Lalu suara gedoran dari jendela membuat Justin menoleh.
            “Grandpa! Grandpa! Buka jendelanya!” Teriak Juber tertawa dari dalam. Lucunya anak ini adalah seharusnya ia yang membuka jendela. Mesin mobil memang sudah menyala sejak Justin dan Alexis keluar dari vila, matahari baru terbit saat mereka sudah keluar. Lalu jari Alexis mulai menekan tombol agar jendela turun. “Grandpa!” Desah Juber senang akhirnya ia bisa mengambil udara sejuk dari luar. Alexis tidak menoleh, ia memalingkan kepalanya dari Justin dan berbicara dengan Kath. Kath tampaknya tidak begitu ingin tahu tentang masalah Justin dan Alexis.
            “Hey, bung. Ada apa?” Tanya Justin melipat kedua tangannya dan menyandarkannya ke atas sisi jendela. “Aku punya pertanyaan untukmu, Juber, serius,”
            “Apa?” Tanya Juber tidak menatap Justin karena ia begitu sibuk untuk mengais cokelatnya dengan sendok. Padahal cokelatnya begitu melimpah. Justin tersenyum miring karena suara istrinya mulai membesar. Sungguh lucu jika mereka bertengkar, tetapi percayalah, mereka bisa semakin buruk jika salah satu diantara mereka tidak mengalah. “Apa, Grandpa?” Juber tidak sabaran.
            “Kau suka perempuan tidak?” Tanya Justin sambil memajukan kepalanya untuk memakan cokelat yang Juber sodorkan. Namun anak itu sama jahilnya dengan Justin, ia menarik sendok itu jauh dari mulut Justin hingga membuat Justin tertawa. “Jangan sampai tumpah ke atas jok mobilku, bung. Ini mobil kesayanganku,”
            “Bahkan seorang kakek lebih menyayangi mobilnya dibanding cucunya sendiri, Kath! Ya Tuhan, apa kau percaya itu?” tanya Alexis pada Kath dengan suara yang keras hingga Justin dapat mendengarnya. Kath hanya bisa menahan tawanya dan menipiskan bibirnya lalu berusaha untuk tidak menatap Alexis agar ia kelihatan seperti berpikir. Justin meraih sendok kecil itu dari tangan Juber lalu memakan cokelat yang benar-benar menggodanya. Juber berteriak kecewa karena cokelatnya dimakan.
            “Kau masih memiliki banyak cokelat, Juber. Jangan takut,” ucap Justin mencelupkan sendok itu kembali ke dalam gelas Juber. “Entahlah, Juber. Pertanyaan tadi sepertinya akan kedengaran konyol untukmu. Jadi, aku hanya ingin berpendapat bahwa: pemikiran wanita sangat sulit dimengerti. Kadang usahamu bisa ia tolak mentah-mentah. Dan dari semuanya yang membuatku sakit hati adalah wanita bisa menuduhmu selingkuh. Demi Tuhan, Juber, aku tidak selingkuh,” ucap Justin dengan dua jari telunjuk dan tengah ia layangkan di samping kepalanya.
            “Selingkuh? Apa itu selingkuh?” Tanya Juber kebingungan. Justin dapat mendengar dengusan dari Alexis. “Hai, bibi Selena!” Sapa Juber yang melihat Selena muncul dari belakang tubuh Justin sambil tersenyum pada Juber. Alexis langsung menoleh, begitupun dengan Justin yang ikut membalikkan tubuhnya ke belakang untuk melihat Selena. Demi apa pun, lekukan tubuh Selena sekarang benar-benar terlihat. Ia memakai pakaian yang atasannya menyatu dengan bawahannya sehingga ia hanya memerlukan retsleting agar pakaiannya benar-benar membentuk tubuhnya. Pakaiannya berlengan panjang begitu juga untuk celananya. Pakaiannya berwarna merah muda, ditambah lagi ia akan memakai jaket berwarna merah muda lagi. Well, sepertinya hutan akan lebih berwarna. Kath memutar bola matanya.
            “Mom, mobilmu bukan di sini!” ujar Kath memberitahu. “Kau akan satu mobil dengan Aaron, mobilnya ada di belakang,”
            “Ah, Mom, tahu. Mom hanya ingin melihat si kecil yang lucu ini. Ia sangat manis mengenakan kupluk ini,” ucap Selena memuji Juber, tangannya terjulur ke dalam sambil mengelus kepala Juber. Juber hanya tersenyum pada Selena dengan kepala yang terangguk.
            “Kau juga,” puji Justin refleks. Memang Selena kelihatan manis dalam balutan pakaian itu, jadi tidak apa-apa memuji Selena dengan kenyataan yang ada, menurut Justin. Pipi Selena memerah, ia menarik tangannya dari dalam mobil lalu terkekeh. Saat itu juga Alexis menarik ke atas tombol untuk menaikkan kaca mobil hingga terpaksa Juber mengerang sedih. Ia masih ingin berbicara dengan kakeknya. Ternyata Justin lebih tertarik dengan Selena. Keputusan Alexis sudah bulat, ia tidak akan berbicara dengan Justin hari ini. Kath hanya mendesah.
            “Maafkan tentang ibuku, dia memang seperti itu jika berpakaian. Selalu modis, lebih dari anaknya,” ucap Kath tertawa lemah. Dari belakang tubuh Kath, jendela terketuk. Sontak Kath langsung membalikkan tubuhnya, Aaron sudah berada di luar sana. Ia langsung menurunkan kaca jendela.
            “Mom! Mengapa kau menculik kekasihku? Dia bukan di mobil ini. Dia di mobilku,”
            “Mom harus meminjam Kath selama perjalanan,” ucap Alexis. “Mom sedang bertengkar dengan Dad,” bisik Alexis yang tentu terdengar oleh Kath. Aaron memejamkan matanya sejenak dengan bibir yang ia tipiskan, lalu mengangguk satu kali, tanda ia setuju. “Kau memang yang terbaik,”
            “Yeah, kau memang yang terbaik,” Kath mengangguk setuju, ia lalu mencium pipi Aaron. “Terima kasih,” ucapnya membuat Aaron membuka matanya. Sekarang kadar ketampanan Aaron semakin meninggi bahkan sepertinya ia sudah tidak bisa dibilang tampan lagi, mungkin lebih dari tampan, namun Kath tidak tahu kata apa yang cocok untuk menggambarkan wajah Aaron yang lebih dari tampan ini. Alexis tersenyum, inilah yang ia inginkan. Aaron bertemu dengan kekasihnya. Lalu Alexis sadar sepenuhnya, Selena adalah ibu Kath. Apakah hubungan ini akan lebih buruk lagi? Alexis mendesah dalam hati.
            “Kurasa kita bisa berangkat sekarang. Grace, Michael dan Brad sudah berada di mobilku. Well, semoga beruntung, Mom.” ucap Aaron menepuk-nepuk sisi kaca mobil lalu beranjak dari tempatnya berdiri. Justin melewati Aaron dari belakang lalu membuka pintu mobil depan. Selena tidak ikut mobil Justin, ia bersama dengan Aaron. Sepertinya berkemah adalah hal yang menyenangkan. Sepertinya.



***


            Alexis menggendong Juber di punggungnya sedangkan Aaron dan Kath berjalan bersama-sama di samping gerombolan. Sudah ada pemandu yang membantu mereka menuju perkemahan. Mungkin hanya ada dua bantuan untuk membangun tenda dari pemandu jalan. Justin mengenal dua orang itu, sedangkan Alexis tidak. Si kembar dan Jonathan juga ikut membawa perlengkapan selama berkemah nanti, ia berjalan di sebelah Grace dan Michael. Tampaknya Grace sedang berusaha mati-matian untuk mengabaikan kemesraan Aaron dan Kath. Berbeda dengan Justin dan Alexis yang berjalan berjauhan, bahkan Selena lebih dekat dengan Justin dibanding Alexis. Brad berada di belakang Alexis, untuk berjaga-jaga bila Alexis terjatuh atau apa pun. Beberapa di antara mereka mulai kelelahan, untungnya mereka sudah sampai. Lapangan tanah yang cukup untuk mereka tampak kosong dan memang sudah disiapkan untuk mereka. Sudah ada empat batang pohon besar yang dibentuk menjadi segi empat di tengah-tengahnya. Siang sudah menjadi bagian dari mereka, Grace mulai membuka tempat air minum karena ia mulai kehausan. Sementara yang lain mulai membanting tas mereka ke atas tanah yang tidak berumput itu. Kath terduduk di ujung batang pohon karena benar-benar kelelahan. Setidaknya ia sudah berhasil sampai tanpa mengeluh sedikitpun. Ini memang yang pertam kalinya dan kakinya hampir patah karena kelelahan, ditambah lagi ia harus membawa tas panjang yang berat.
            Aaron berjalan ke arah Kath lalu menyodorkan tempat minum pada Kath agar pacarnya dapat minum. Berbeda dengan Grace, ia memberikan tempat minumnya pada Michael yang terengah-engah di sampingnya. Si kembar duduk di batang pohon yang lain bersama dengan Juber yang ikut-ikutan kelihatan lelah padahal ia digendong oleh neneknya sendiri. Anak itu pintar berakting. Jonathan satu-satunya yang tidak memiliki pasangan dan ia terpaksa harus meminum airnya sendiri tanpa memberikannya pada siapa pun. Ia masih mengingat gadis yang ia temui kemarin. Boleh Jonathan katakan bahwa kemarin adalah hari luar biasa baginya. Alexis duduk di sebelah Juber sambil meminum air dari tempat minum yang ia bawa.
            “Kau mau Juber?” Tanya Justin yang muncul di hadapan Juber dengan sebotol air. Padahal Alexis baru saja ingin memberikannya pada Juber. Alexis tidak menatap Justin, ia hanya memerhatikan Juber yang menggelengkan kepalanya pelan. Ia kelihatan  lelah. “Hey, bung. Kau bahkan tidak berjalan ke sini tapi kau lelah? Oh, aku tahu. Kau mungkin lelah berada di atas gendongan …Peepee,”
            “Tidak, aku ingin tidur,” ucap Juber cemberut. Ia menyandarkan kepalanya pada lengan Alexis lalu memejamkan matanya. “Aku lelah, dimana Daddy?”
            “Daddy sedang mendekati calon ibumu, jadi kau tetap di sini agar kau cepat-cepat memiliki ibu,” ucap Alexis membuka suara. Juber hanya mengangguk pasrah, setidaknya, jika ia melakukan hal ini, secepat itu pula ia mendapatkan seorang ibu. Ia menginginkan pelukan Kath. Apakah senyaman pelukan Peepee? Justin beranjak dari tempat tanpa mengatakan apa pun. Ia harus cepat-cepat memasang tenda. Ia memerhatikan Justin yang mulai memasang tenda bersama dengan dua temannya yang Alexis tidak kenal. Dengan sengaja, Justin membuka jaket dan kaos putihnya agar otot perutnya kelihatan. Well, biasanya Alexis tertarik, mungkin untuk sekarang tidak. Ingatan tadi pagi masih membekas di pikiran Alexis. Selena bersama dengan Brad, ia ikut memasang tendanya sendiri di sisi lain. Di sebelah Justin, sebenarnya. Alexis tidak pernah tahu bagaimana caranya memasang tenda, sekarang ia mulai merasa kelihatan bodoh karena Selena lebih hebat darinya.
            Memerhatikan Justin, tiba-tiba saja Justin menghampiri tenda Selena. Ia ikut membantu memasang tenda untuk Selena dan Brad. Hubungan Alexis dan Brad tidak sedekat dulu, malah sekarang pria yang dekat Alexis mendekat dengan Selena. Yang Alexis punya sekarang hanyalah Juber yang sudah terlelap di atas pahanya. Anak itu benar-benar lucu, kupluknya masih terpasang di kepalanya.
            “Wow, anakku ternyata sudah tertidur,” suara Aaron dari belakang mengejutkan Alexis. “Ada apa Mom?” Tanya Aaron khawatir dengan keadaan ayahnya. Kemudian mata Aaron mengikuti mata Alexis yang memerhatikan ayahnya …yang sedang bercanda dengan Selena. Oh, cukup mengejutkan untuk Aaron. Alexis menggeleng kepala, ia tidak ingin memikirkan hal-hal bodoh yang bisa saja terjadi. Tidak.
            “Hanya bertengkar dengan Dad. Tidak perlu kaupikirkan, kita bisa menyelesaikannya sendiri. Hanya saja, Mom tidak ingin berbicara dengan Dad dulu,” ucap Alexis mengelus tangan Aaron yang berada di atas pundaknya. “Hey, bantulah Kath. Ia sepertinya belum pernah berkemah,”
            “Tentu saja. Aku sedang menunggu bantuan Dad. Kurasa Michael, teman baru Grace, sedang sibuk dengan Grace,” ucap Aaron menoleh ke belakang. Whop! Pemandangan ini tidak Aaron harapkan sebenarnya, tapi Grace sudah mulai menggelitiki tubuh Michael dan dibalas oleh Michael. Ia tertawa lepas, tidak seperti biasanya. Dan  tampak bahagia. Bibir Aaron menipis, ia membuang wajah.
            “Baiklah, kurasa aku tidak perlu menunggu Dad. Tolong jaga anakku, Mom.” Ujar Aaron. “Hey, kalian bertiga! Bantu aku memasang tenda,” teriak Aaron pada si kembar dan Jonathan.
            “Kau tidak perlu memintanya, sayang.” ucap Alexis. Aaron pergi dari belakang tubuh Alexis bersama tiga adiknya,  meninggalkan Alexis yang harus menundukkan kepalanya agar ia tidak melihat Selena bersama Justin. Alexis hanya ingin mengambil sisi positifnya. Justin hanya membantu Selena memasang tenda. Namun suara teriakan Selena memancing Alexis untuk mendongakkan kepalanya. Ternyata Selena baru saja terpeleset, kedua tangan Justin membantu Selena untuk bangkit. Bodoh sekali! , Alexis berteriak dalam hati. Pipinya merah pada karena Justin ikut membersihkan bokong Selena yang kotor karena tanah. Apa-apaan? Alexis menggigit bibir bawahnya dan hampir melukai bibirnya sendiri. Ia ingin sekali berteriak.
            “Hey, Alexis! Tidak ingin membantu kami?” Suara Brad membuat gigi Alexis melepaskan bibir bawahnya. Lalu Alexis menggeleng kepala sambil tersenyum paksa. Pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi beberapa jam ke depan?

***

            Semua bertepuk tangan ketika teman Justin yang bernama Zeith memainkan gitar membawakan lagu Treasure dari Bruno Mars. Pria itu sangat ahli dalam masalah bermain gitar. Kath berada dalam pelukan Aaron sambil tangan Aaron bertepuk tangan, membuat mereka terlihat menjadi pasangan yang sangat manis. Justin dan Alexis duduk berbelahan. Selena, Brad, Michael dan Grace duduk dalam satu batang pohon. Si kembar dan Jonathan duduk bersama di batang pohon yang lain. Juber duduk di sebelah Alexis sambil menikmati marshmallow yang manis. Kath dan Aaron duduk bersebelahan dengan anak dari Zeith. Sedangkan Zeith berdiri mengelilingi keluarga Bieber dan Kath. Justin memanasi suasana yang sudah panas ini. Ia bangkit dari batang pohon lalu menari-nari di mengelilingi api.
            Treasure, that is what you are. Honey, you are my golden star. You know you can make my wish come true. If you let me treasure you. Zeith menyanyikan bagian reff yang membuat Justin semakin menggoyangkan pinggulnya. Itu membuat Grace ikut menari bersama dengan ayahnya, ia mengangkat kedua tangannya ke udara sambil menikmati lagu yang Zeith bawakan. Semuanya tertawa melihat tingkah Justin dan Grace. Itu membuat Selena ingin ikut menggoyangkan pinggulnya bersama-sama. Selena bangkit lalu ikut menari. Suasana semakin memanas ketika Jonathan mulai berteriak-teriak kegirangan. Si kembar berdiri, mereka berdua saling memegang tangan lalu menari bersama. Justin memegang tangan Selena, membuat Selena langsung memutarkan tubuhnya dari bawah tangan Justin yang terangkat di atas kepalanya. Lagu itu terus dinyanyikan berkali-kali meski seharusnya sudah selesai.
            Api yang panas di tengah-tengah sama panasnya dengan darah Alexis yang sudah mendidih. Wajahnya merah padam untuk yang kesekian kalinya. Juber di sebelahnya tersenyum hingga giginya kelihatan, kepalanya terangguk-angguk senang. Lalu Kath dan Aaron bisa melihat ada yang salah ketika Selena mulai memunggungi tubuh Justin dan menempelkan bokongnya pada tubuh Justin, ia menggoyangkan pinggul sambil turun ke bawah lalu naik kembali ke atas.
            “Kath,” Aaron memanggil Kath. “Kurasa kita tahu ada yang salah sekarang,” bisik Aaron. Mata Alexis mulai berkaca-kaca. Jonathan yang berteriak-teriak itu memerhatikan ibunya lalu teriakannya terhenti. Semua orang di tempat sudah bisa melihat ada yang salah, kecuali Zeith.
            “Mom! Hentikan!” Kath bangkit dari tempatnya, meneriaki ibunya lalu menarik tangan Selena agar menjauh dari Justin. Zeith berhenti bernyanyi, bertepatan saat air mata Alexis menetes. Untungnya Alexis menundukkan kepala. “Kau menari dengan salah!”
            “Tidak ada yang salah,” tukas Justin tidak suka suasana yang menyenangkan ini dirusak begitu saja. “Zeith mainkan lagi.”
            “Tidak! Hentikan!” Teriak Alexis. “Hentikan sampai aku masuk ke dalam tendaku, terima kasih.” Suara Alexis mengecil. Ia bangkit lalu melangkah menuju tendanya dan masuk ke dalam.
            Hening.

***


            Kath dan Aaron mengapit tubuh Juber di tengah-tengah tubuh mereka. Sepertinya Juber mendapatkan kehangatan yang cukup. Kupluk cokelat sudah menutupi kepala dan jaket panjang sudah melapisi tubuhnya di tambah dengan kaos kaki kecil yang terpasang di kakinya. Selimut serta pelukan dari dua orang di sisinya membuat tubuhnya merasa lebih hangat. Namun sepertinya Juber lebih memilih Kath untuk dipeluk dibanding Aaron. Well, Juber memang tidak pernah memeluk Aaron saat ia tertidur. Menurutnya, tubuh Aaron sangat keras dan tidak lembut seperti milik Alexis. Juber merengek ketika ia mengetahui ia tidak bisa tidur bersama dengan neneknya karena neneknya memiliki masalah ‘sakit hati’ dengan kakeknya. Tetapi setelah dibujuk untuk tidur bersama dengan Kath, ia akhirnya mau. Setidaknya Kath memiliki kulit yang lembut dan hangat seperti Alexis. Perapian tampaknya membuat Grace dan Michael tetap terjaga di luar sambil menatapi api kemerahan itu. Mereka tidak mengatakan apa pun, hanya suara jangkrik yang terdengar.
            Grace sebenarnya tidur bersama si kembar, tetapi si kembar sepertinya tidak ingin berbagi dengan Grace setelah Grace masuk sebentar ke dalam tendanya dan mendapati si kembar sudah menempati seluruh tempat yang ada. Michael memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya setelah lama ia menggosok-gosok telapak tangannya terus menerus.
            “Kedinginan?” Tanya Michael melirik Grace di sebelah yang kepalanya bergetar bersama dengan rahangnya yang membuat giginya bergemetar. Grace menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Sepertinya api harus dibuat lebih besar lagi agar Grace tetap hangat. Tanpa berpikir panjang, Michael memeluk Grace. “Apa kau sudah punya pacar?”
            Pertanyaan itu membuat bibir Grace membentuk sebuah senyuman. Tangan Michael mulai mengelus lengannya, membuat tubuhnya terasa lebih hangat dari sebelumnya. “Belum. Aku belum berpacaran 4 tahun terakhir ini,” ucap Grace sedikit tertawa pelan. Michael berusaha untuk menahan senyumnya, ia membiarkan kepala Grace bersandar pada bahunya.
            “Bagaimana kalau kita membuat hubungan saja? Maksudku, kurasa kita punya kesamaan. Dan orangtuamu tidak akan keberatan tentang itu,” ucap Michael tanpa memikirkan Kyra. Sebenarnya, Kyra memang gadis yang ia sukai, mereka belum benar-benar berpacaran. Kyra mungkin memiliki perasaan pada Michael namun sepertinya ia harus sakit hati karena ternyata Michael lebih memilih Grace. Bukan apa-apa, tetapi Grace adalah wanita yang sangat cantik. Perpaduan antara Mr.Bieber dan Mrs.Bieber benar-benar menghasilkan mahluk hidup tercantik di mata Michael. Terlebih lagi, Grace memiliki sikap yang ramah padanya. Dan ia terlihat bahagia jika ia bersama dengan Michael. Mereka bisa menjalin sebuah hubunga. Grace menghela nafas panjang.
            “Sepertinya kakakku keberatan. Kudengar kalian pernah bertengkar,”
            “Aku tidak peduli dengannya. Maksudku, ia sudah mendapatkan Kath, mengapa aku tidak bisa mendapatkanmu? Kath sudah seperti kakak perempuanku. Aku bisa saja membuat Aaron tidak bersama dengan Kath,” ucap Michael mengerut kening. Grace tergelak satu kali.
            “Terserah kau, apa menurutmu itu ide yang bagus?” Grace mengangkat kepalanya. Ia menghadapkan wajahnya dengan wajah Michael, jarak wajah mereka sangat dekat.
            “Aku tidak mungkin memintanya jika itu bukan ide bagus.” Bibir mereka akhirnya bertemu. Hati Grace berbunga-bunga. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini. Dan sepertinya hanya Michael yang dapat membuat hatinya berbunga-bunga dan kupu-kupu beterbangan di perutnya. “Kurasa kau bisa tidur di tendaku. Sumpah aku tidak akan menyentuh tubuhmu,”
            “Aku tidak meragukan itu.” Ucap Grace tergelak. Mereka bangkit dari batang pohon lalu berjalan menuju tenda Michael. Lampu yang berada di dalam tenda Michael segera dimatikan ketika mereka bayangan mereka telentang di atas alas tenda. Hanya dua tenda yang lampunya masih tetap menyala. Seharusnya Zeith menjaga malam hari ini, tetapi sepertinya ia cukup lelah karena jari-jarinya hampir hilang tergesek karena senar-senar gitar. Ia tidur di dalam tenda bersama anak laki-lakinya. Selena tidur bersama dengan Brad. Dan Justin bersama dengan Alexis, tentu saja. Lampu dari kedua tenda itu masih menyala. Alexis sudah memejamkan matanya, ia sudah terlelap sejak ia menangis sebentar. Justin bahkan tidak meminta maaf padanya atas apa yang Justin lakukan. Sebenarnya, setelah Alexis berteriak, Aaron hampir meninju wajah ayahnya karena telah membuat ibunya menangis, lagi. Untungnya, Grace berhasil memadamkan amarah kakaknya. Selena merasa bersalah, ia melangkah masuk ke dalam tendanya dan mengurung di dalam sana. Ada sedikit perdebatan kecil antara Justin dan Aaron saat Zeith terpaksa harus menghentikan lagunya, namun kembali lagi Grace yang menghentikan mereka berdua.
            Jonathan lebih memilih untuk masuk ke dalam tenda ibunya lalu memeluk Alexis di dalam. Ia tidak ingin bertengkar dengan ayahnya, ia lebih memilih untuk menenangkan ibunya. Jiwa psikopat yang diturunkan dari Justin dalam tubuh Jonathan langsung bereaksi. Ia bertanya pada Alexis, apa dia harus membunuh Justin atau Selena? Well, Alexis tetaplah Alexis. Ia wanita yang tidak pernah memendamkan perasaannya. Bahkan ia sudah cukup lelah mengalami perasaan ini. Setidaknya ia akan memberikan satu kesempatan untuk Justin malam itu. Ternyata, sampai Jonathan keluar dari tendanya, Justin tak kunjung masuk ke dalam tenda untuk meminta maaf. Sampai akhirnya Alexis sudah terlanjut terlelap dalam tidurnya. Zeith membawakan lagu sedih yang lambat saat orang-orang mulai memasuki tendanya hingga menyisakan Grace dan Michael.
            Bayangan seseorang dari tenda Justin cukup menakutkan. Karena tiba-tiba saja orang itu terduduk dalam hitungan detik. Tidak, bukan rambut panjang, berarti dia bukan Alexis. Justin, dia sepertinya tidak bisa tidur. Perasaan kesal terhadap istrinya masih ada karena ia berpikir …bukankah Alexis yang menginginkannya berselingkuh? Justin sudah berusaha memberitahu Alexis kalau ia tidak berselingkuh, namun istrinya tetap bersikeras kalau ia benar bahwa Justin berselingkuh. Jadi, untuk apa Justin membuat dirinya menjadi tersangka yang tak bersalah? Lebih baik ia menjadi tersangka sebenarnya daripada ia harus dituduh terus menerus seperti ini.
            Justin keluar dari tendanya, ia sudah memakai jaket biru tua yang hampir sama seperti warna hitam yang membuat tubuhnya tetap hangat. Ia harus bermain gitar atau melakukan sesuatu agar ia cepat-cepat mengantuk lalu tidur. Didapatinya sebuah gitar Zeith yang Zeith tinggalkan di depan tenda Aaron. Ia mengambilnya lalu duduk di atas salah satu batang pohon. Jari-jari terampilnya mulai memetik senar gitar, beruntunglah Justin karena Zeith memakai tangan kiri yang sama seperti Justin. Justin mulai menyanyikan lagu Bruno Mars yang tadi Zeith nyanyikan, When I Was Your Man dengan lembut. Matanya terpejam, Justin mulai meresapi lagunya. Di tenda Brad, seorang wanita baru saja bangkit dari tidurnya, itu terlihat dari bayangannya. Selena sepertinya tidak bisa tidur seperti Justin, ia memutuskan untuk keluar dari tenda.
            Matanya melihat mantan suaminya terduduk di atas salah satu batang pohon sambil bernyanyi. Demi apa pun, ia tidak pernah mendengar suara Justin yang bernyanyi. Ternyata ia memiliki suara yang cukup bagus untuk bernyanyi. Mata Justin terbuka karena suara bukaan tenda terdengar, ternyata Selena yang muncul. Wanita itu tersenyum pada Justin lalu ia melangkah mendekati Justin dan duduk di batang pohon yang lain namun di salah satu ujungnya, di dekat Justin.
            “Tidak bisa tidur?” Tanya Selena dengan suara kecil. Justin menganggukkan kepalanya, matanya terpejam kembali, ia bersenandung diiringi music gitarnya. Well, Selena dapat melihat perubahan Justin setelah Justin bersama dengan Alexis. Justin kelihatan lebih santai dan mudah berbicara, ternyata. Setelah dulu Justin sangat kaku, dingin, dan sepertinya tidak memiliki rasa ampun pada istri-istrinya dulu. Itu membuat Selena semakin berani berada di dekat Justin. “Aku ingin minta maaf tentang kejadian tadi. Aku benar-benar hanyut dalam tarianku …aku tidak bermaksud menyakiti istrimu, aku bersumpah,”
            Mata Justin terbuka. Jarinya berhenti memainkan senar gitar sebentar, lalu ia bermain kembali. “Bukan salahmu, jadi tidak apa-apa. Ia hanya terlalu sensitif akhir-akhir ini. Tidak perlu minta maaf,” ucap Justin lalu bersenandung kembali. Selena menganggukkan kepala satu kali.
            “Jadi, bagaimana kehidupan pernikahanmu?”
            “Seperti yang kaulihat,” ucap Justin memejamkan mata. “Aku bahagia.” Lanjut Justin sangat yakin dan percaya diri. Well, Justin tidak ingin mengatakan kebohongan, ia memang bahagia saat ia bersama dengan Alexis. Keluarganya sudah sempurna, menurut Justin. Meskipun Justin sadar betul, ia bukanlah ayah yang sempurna. Setidaknya, Justin berusaha menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya—justru dia sudah sangat berlebihan dalam masalah menjaga anak-anaknya. Selena tersenyum.
            “Aku turut bahagia,” bisik Selena menyentuh lutut Justin, mata Justin terbuka. Selena segera menarik tangannya kembali. “Kath adalah anak yang baik, Justin. Aku ingin ia bahagia bersama Aaron. Terlebih lagi anak Aaron tampaknya menyukai anakku,”
            “Kath bukan anakmu kan?” Tanya Justin masih memetik senar gitar. Jarinya benar-benar pintar dalam memainkan gitar. Ia tidak kalah hebat dengan Zeith. Selena hanya mengangguk. “Aku suka dengan rambutnya kemarin. Kata Aaron, kau hebat dalam masalah rambut. Bahkan Aaron menyarankan Grace untuk pergi pada dirimu agar rambutnya lebih terlihat menarik,”
            Selena tertawa kecil. “Aku belajar membuat rambut-rambut seperti itu ketika aku sudah …bercerai denganmu. Apa kau sadar Aaron tidak ingat padaku? Maksudku, aku sudah bertemu dengannya sejak Kath mengenalnya. Namun sepertinya Aaron tidak mengenalku,”
            “Ia tidak mengingat apa pun semasa ia masih kecil, kurasa. Apalagi dengan dirimu yang mengunjunginya mungkin hanya 1 atau 2 kali. Bahkan dengan Candice, ia tidak sama sekali mengenalnya lagi. Candice sudah bersama dengan pengusaha kaya di Israel, menurutku dia hebat,”
            “Oh, itu berita baru untukku,” ucap Selena. “Aaron bertumbuh sangat tampan sepertimu. Kalian semakin lama semakin mirip. Ah, ya Tuhan, Justin. Aku sungguh minta maaf tentang kejadian kau bertengkar dengan Aaron tadi. Aku benar-benar…” Selena menghela nafas.
            “Aku sudah terbiasa. Ia memang sangat mencintai istriku. Aku bahkan jarang bertengkar dengan Alexis karenanya. Ia tidak ingin melihat Alexis menangis seperti ini,”
            “Yeah, anak laki-laki memang lebih mencintai ibunya dibanding ayahnya. Biasanya,” komentar Selena. Justin berhenti bermain gitar. Ia menaruhnya di belakang batang pohonnya lalu ia mencondongkan tubuhnya ke depan agar lebih dekat dengan Selena. “Apa?” Tanya Selena malu-malu.
            “Bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar? Aku akan mengambil senter,” ucap Justin bangkit dari batang pohon lalu ia masuk ke dalam tendanya sebentar. Selena memerhatikan bayangan Justin yang membuka sebuah tas lalu mengeluarkan dua senter. Beberapa detik kemudian, Justin keluar dari tenda. Ia langsung memberikan senter itu pada Selena.
            “Aku berpikir itu bukan ide yang bagus,” ucap Selena berbisik.
            “Ayolah, aku sangat bosan dan aku ingin membuat diriku lelah,”
            “Jika kau memaksa,” Selena mengangkat kedua bahunya. Senyum Justin mengembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar