***
Kath gugup karena hari ini mereka
akan mendaki gunung. Ia tidak pernah berkemah sebelumnya. Bahkan ayahnya yang
melarang Kath untuk mendaki gunung. Namun tampaknya ibu Kath sudah menyiapkan
pakaian-pakaian yang akan dipakai Kath selama di gunung nanti. Dan tas panjang
yang keluarga Bieber miliki cukup membuat Kath hampir jatuh ke belakang. Aaron
belum keluar dari vila, tangan Juber sudah dipegang oleh Kath karena Alexis
memiliki urusan dengan Justin di samping mobil. Kath berusaha untuk mengabaikan
pertengkaran mereka. Bahkan sesekali Kath mendengar Alexis berteriak. Juber
mengisap dua jarinya. Ia sudah memakai kupluk berwarna hitam dan jaket tebal
agar tubuhnya tetap hangat. Anak itu mirip dengan ayahnya, manis.
“Aku tidak ingin berbicara denganmu
hari ini,” Alexis melipat tangannya di depan dada, memberikan kesan tidak
peduli pada Justin. Kedua alis Justin terangkat lalu ia mengangguk dengan
pelan.
“Baiklah, terserah. Permintaanmu
terkabulkan, selamat bersenang-senang. Aku tidak akan memelukmu saat kau tidur
di atas sana nanti!” ancam Justin menunjuk pada Alexis. “Aku tidak akan
mengusap lenganmu saat kau kedinginan!” Justin beranjak dari tempatnya, berniat
untuk meninggalkan Alexis. Namun ia malah membalikkan tubuhnya kembali. “Atau
menciummu! Atau apa pun!” Teriaknya mulai meninggalkan Alexis. Alexis hanya
butuh beberapa detik untuk menenangkan dirinya. Tidak apa-apa jika Justin tidak
memeluknya, setidaknya ia masih memiliki Juber. Tidak sampai satu menit, Justin
muncul kembali. Belum sempat Alexis bertanya pada Justin, tiba-tiba Justin
meraih kepala Alexis lalu mengecup bibir istrinya begitu dalam. Alexis
memukul-mukul lengan Justin atas perlakuan Justin yang tiba-tiba itu. Bukankah
Justin tidak ingin menciumnya lagi? Justin mundur beberapa langkah ketika
Alexis mulai menendang tulang keringnya. Justin meringis, kedua alisnya
bertaut. Well, setidaknya kakinya yang sakit itu mungkin bisa membuat Alexis
iba jika Justin membujuknya.
“Sayang, aku benar-benar minta maaf.
Kumohon, maafkanlah aku. Aku tidak bisa tidur tanpamu. Ayolah, beri aku satu
kesempatan lagi,” ucap Justin secepat kereta api melaju dengan kedua tangan
seperti berdoa, memohon pada Alexis seperti anak kecil.
“Pria berbicara satu kali.” Kali ini
Alexis yang pergi dari hadapan Justin. Justin terdiam di tempatnya lalu ia
menendang ban mobil di belakangnya.
“Sialan!” Teriak Justin hampir
menjambak rambutnya. Ia hanya bisa mengurut-urut lehernya dengan tangan kirinya
dan menahan rasa marahnya agar ia tidak memecahkan kaca mobil. Semuanya akan
baik-baik selama di gunung. Didengarnya suara Alexis yang membujuk Juber untuk
masuk ke dalam mobil bersama dengan Kath. Justin melirik ke belakang mobilnya
karena suara bukaan pintu bagasi terdengar. Ternyata Kath yang membukanya untuk
menaruh tasnya ke dalam. Lalu bukaan pintu dari sisi mobil yang lain, Justin
menoleh ke belakang. Dilihatnya Juber mulai masuk ke dalam mobil dengan sebuah
gelas berisi cokelat cair yang hangat bersama dengan sendok kecilnya, lalu
duduk tepat di belakang tubuh Justin. Disusul dengan Alexis yang masuk bersama
dengan Kath. Yeah, Juber memang senang duduk di paling ujung kursi mobil.
Justin tidak membalikkan tubuhnya, ia hanya melirik. Lalu suara gedoran dari
jendela membuat Justin menoleh.
“Grandpa! Grandpa! Buka jendelanya!”
Teriak Juber tertawa dari dalam. Lucunya anak ini adalah seharusnya ia yang
membuka jendela. Mesin mobil memang sudah menyala sejak Justin dan Alexis
keluar dari vila, matahari baru terbit saat mereka sudah keluar. Lalu jari
Alexis mulai menekan tombol agar jendela turun. “Grandpa!” Desah Juber senang
akhirnya ia bisa mengambil udara sejuk dari luar. Alexis tidak menoleh, ia
memalingkan kepalanya dari Justin dan berbicara dengan Kath. Kath tampaknya
tidak begitu ingin tahu tentang masalah Justin dan Alexis.
“Hey, bung. Ada apa?” Tanya Justin
melipat kedua tangannya dan menyandarkannya ke atas sisi jendela. “Aku punya
pertanyaan untukmu, Juber, serius,”
“Apa?” Tanya Juber tidak menatap
Justin karena ia begitu sibuk untuk mengais cokelatnya dengan sendok. Padahal
cokelatnya begitu melimpah. Justin tersenyum miring karena suara istrinya mulai
membesar. Sungguh lucu jika mereka bertengkar, tetapi percayalah, mereka bisa
semakin buruk jika salah satu diantara mereka tidak mengalah. “Apa, Grandpa?”
Juber tidak sabaran.
“Kau suka perempuan tidak?” Tanya Justin
sambil memajukan kepalanya untuk memakan cokelat yang Juber sodorkan. Namun
anak itu sama jahilnya dengan Justin, ia menarik sendok itu jauh dari mulut
Justin hingga membuat Justin tertawa. “Jangan sampai tumpah ke atas jok
mobilku, bung. Ini mobil kesayanganku,”
“Bahkan seorang kakek lebih
menyayangi mobilnya dibanding cucunya sendiri, Kath! Ya Tuhan, apa kau percaya
itu?” tanya Alexis pada Kath dengan suara yang keras hingga Justin dapat
mendengarnya. Kath hanya bisa menahan tawanya dan menipiskan bibirnya lalu
berusaha untuk tidak menatap Alexis agar ia kelihatan seperti berpikir. Justin
meraih sendok kecil itu dari tangan Juber lalu memakan cokelat yang benar-benar
menggodanya. Juber berteriak kecewa karena cokelatnya dimakan.
“Kau masih memiliki banyak cokelat,
Juber. Jangan takut,” ucap Justin mencelupkan sendok itu kembali ke dalam gelas
Juber. “Entahlah, Juber. Pertanyaan tadi sepertinya akan kedengaran konyol
untukmu. Jadi, aku hanya ingin berpendapat bahwa: pemikiran wanita sangat sulit
dimengerti. Kadang usahamu bisa ia tolak mentah-mentah. Dan dari semuanya yang
membuatku sakit hati adalah wanita bisa menuduhmu selingkuh. Demi Tuhan, Juber,
aku tidak selingkuh,” ucap Justin dengan dua jari telunjuk dan tengah ia
layangkan di samping kepalanya.
“Selingkuh? Apa itu selingkuh?”
Tanya Juber kebingungan. Justin dapat mendengar dengusan dari Alexis. “Hai,
bibi Selena!” Sapa Juber yang melihat Selena muncul dari belakang tubuh Justin
sambil tersenyum pada Juber. Alexis langsung menoleh, begitupun dengan Justin
yang ikut membalikkan tubuhnya ke belakang untuk melihat Selena. Demi apa pun,
lekukan tubuh Selena sekarang benar-benar terlihat. Ia memakai pakaian yang
atasannya menyatu dengan bawahannya sehingga ia hanya memerlukan retsleting
agar pakaiannya benar-benar membentuk tubuhnya. Pakaiannya berlengan panjang
begitu juga untuk celananya. Pakaiannya berwarna merah muda, ditambah lagi ia
akan memakai jaket berwarna merah muda lagi. Well, sepertinya hutan akan lebih
berwarna. Kath memutar bola matanya.
“Mom, mobilmu bukan di sini!” ujar
Kath memberitahu. “Kau akan satu mobil dengan Aaron, mobilnya ada di belakang,”
“Ah, Mom, tahu. Mom hanya ingin
melihat si kecil yang lucu ini. Ia sangat manis mengenakan kupluk ini,” ucap
Selena memuji Juber, tangannya terjulur ke dalam sambil mengelus kepala Juber.
Juber hanya tersenyum pada Selena dengan kepala yang terangguk.
“Kau juga,” puji Justin refleks.
Memang Selena kelihatan manis dalam balutan pakaian itu, jadi tidak apa-apa
memuji Selena dengan kenyataan yang ada, menurut Justin. Pipi Selena memerah,
ia menarik tangannya dari dalam mobil lalu terkekeh. Saat itu juga Alexis
menarik ke atas tombol untuk menaikkan kaca mobil hingga terpaksa Juber
mengerang sedih. Ia masih ingin berbicara dengan kakeknya. Ternyata Justin
lebih tertarik dengan Selena. Keputusan Alexis sudah bulat, ia tidak akan
berbicara dengan Justin hari ini. Kath hanya mendesah.
“Maafkan tentang ibuku, dia memang
seperti itu jika berpakaian. Selalu modis, lebih dari anaknya,” ucap Kath tertawa
lemah. Dari belakang tubuh Kath, jendela terketuk. Sontak Kath langsung
membalikkan tubuhnya, Aaron sudah berada di luar sana. Ia langsung menurunkan
kaca jendela.
“Mom! Mengapa kau menculik
kekasihku? Dia bukan di mobil ini. Dia di mobilku,”
“Mom harus meminjam Kath selama
perjalanan,” ucap Alexis. “Mom sedang bertengkar dengan Dad,” bisik Alexis yang
tentu terdengar oleh Kath. Aaron memejamkan matanya sejenak dengan bibir yang
ia tipiskan, lalu mengangguk satu kali, tanda ia setuju. “Kau memang yang
terbaik,”
“Yeah, kau memang yang terbaik,”
Kath mengangguk setuju, ia lalu mencium pipi Aaron. “Terima kasih,” ucapnya
membuat Aaron membuka matanya. Sekarang kadar ketampanan Aaron semakin meninggi
bahkan sepertinya ia sudah tidak bisa dibilang tampan lagi, mungkin lebih dari
tampan, namun Kath tidak tahu kata apa yang cocok untuk menggambarkan wajah
Aaron yang lebih dari tampan ini. Alexis tersenyum, inilah yang ia inginkan.
Aaron bertemu dengan kekasihnya. Lalu Alexis sadar sepenuhnya, Selena adalah
ibu Kath. Apakah hubungan ini akan lebih buruk lagi? Alexis mendesah dalam
hati.
“Kurasa kita bisa berangkat
sekarang. Grace, Michael dan Brad sudah berada di mobilku. Well, semoga
beruntung, Mom.” ucap Aaron menepuk-nepuk sisi kaca mobil lalu beranjak dari
tempatnya berdiri. Justin melewati Aaron dari belakang lalu membuka pintu mobil
depan. Selena tidak ikut mobil Justin, ia bersama dengan Aaron. Sepertinya
berkemah adalah hal yang menyenangkan. Sepertinya.
***
Alexis menggendong Juber di punggungnya
sedangkan Aaron dan Kath berjalan bersama-sama di samping gerombolan. Sudah ada
pemandu yang membantu mereka menuju perkemahan. Mungkin hanya ada dua bantuan
untuk membangun tenda dari pemandu jalan. Justin mengenal dua orang itu,
sedangkan Alexis tidak. Si kembar dan Jonathan juga ikut membawa perlengkapan
selama berkemah nanti, ia berjalan di sebelah Grace dan Michael. Tampaknya
Grace sedang berusaha mati-matian untuk mengabaikan kemesraan Aaron dan Kath.
Berbeda dengan Justin dan Alexis yang berjalan berjauhan, bahkan Selena lebih
dekat dengan Justin dibanding Alexis. Brad berada di belakang Alexis, untuk
berjaga-jaga bila Alexis terjatuh atau apa pun. Beberapa di antara mereka mulai
kelelahan, untungnya mereka sudah sampai. Lapangan tanah yang cukup untuk
mereka tampak kosong dan memang sudah disiapkan untuk mereka. Sudah ada empat
batang pohon besar yang dibentuk menjadi segi empat di tengah-tengahnya. Siang
sudah menjadi bagian dari mereka, Grace mulai membuka tempat air minum karena
ia mulai kehausan. Sementara yang lain mulai membanting tas mereka ke atas
tanah yang tidak berumput itu. Kath terduduk di ujung batang pohon karena
benar-benar kelelahan. Setidaknya ia sudah berhasil sampai tanpa mengeluh
sedikitpun. Ini memang yang pertam kalinya dan kakinya hampir patah karena
kelelahan, ditambah lagi ia harus membawa tas panjang yang berat.
Aaron berjalan ke arah Kath lalu
menyodorkan tempat minum pada Kath agar pacarnya dapat minum. Berbeda dengan
Grace, ia memberikan tempat minumnya pada Michael yang terengah-engah di
sampingnya. Si kembar duduk di batang pohon yang lain bersama dengan Juber yang
ikut-ikutan kelihatan lelah padahal ia digendong oleh neneknya sendiri. Anak
itu pintar berakting. Jonathan satu-satunya yang tidak memiliki pasangan dan ia
terpaksa harus meminum airnya sendiri tanpa memberikannya pada siapa pun. Ia
masih mengingat gadis yang ia temui kemarin. Boleh Jonathan katakan bahwa
kemarin adalah hari luar biasa baginya. Alexis duduk di sebelah Juber sambil
meminum air dari tempat minum yang ia bawa.
“Kau mau Juber?” Tanya Justin yang
muncul di hadapan Juber dengan sebotol air. Padahal Alexis baru saja ingin
memberikannya pada Juber. Alexis tidak menatap Justin, ia hanya memerhatikan
Juber yang menggelengkan kepalanya pelan. Ia kelihatan lelah. “Hey, bung. Kau bahkan tidak berjalan
ke sini tapi kau lelah? Oh, aku tahu. Kau mungkin lelah berada di atas
gendongan …Peepee,”
“Tidak, aku ingin tidur,” ucap Juber
cemberut. Ia menyandarkan kepalanya pada lengan Alexis lalu memejamkan matanya.
“Aku lelah, dimana Daddy?”
“Daddy sedang mendekati calon ibumu,
jadi kau tetap di sini agar kau cepat-cepat memiliki ibu,” ucap Alexis membuka
suara. Juber hanya mengangguk pasrah, setidaknya, jika ia melakukan hal ini,
secepat itu pula ia mendapatkan seorang ibu. Ia menginginkan pelukan Kath.
Apakah senyaman pelukan Peepee? Justin beranjak dari tempat tanpa mengatakan
apa pun. Ia harus cepat-cepat memasang tenda. Ia memerhatikan Justin yang mulai
memasang tenda bersama dengan dua temannya yang Alexis tidak kenal. Dengan
sengaja, Justin membuka jaket dan kaos putihnya agar otot perutnya kelihatan.
Well, biasanya Alexis tertarik, mungkin untuk sekarang tidak. Ingatan tadi pagi
masih membekas di pikiran Alexis. Selena bersama dengan Brad, ia ikut memasang
tendanya sendiri di sisi lain. Di sebelah Justin, sebenarnya. Alexis tidak
pernah tahu bagaimana caranya memasang tenda, sekarang ia mulai merasa
kelihatan bodoh karena Selena lebih hebat darinya.
Memerhatikan Justin, tiba-tiba saja
Justin menghampiri tenda Selena. Ia ikut membantu memasang tenda untuk Selena
dan Brad. Hubungan Alexis dan Brad tidak sedekat dulu, malah sekarang pria yang
dekat Alexis mendekat dengan Selena. Yang Alexis punya sekarang hanyalah Juber
yang sudah terlelap di atas pahanya. Anak itu benar-benar lucu, kupluknya masih
terpasang di kepalanya.
“Wow, anakku ternyata sudah
tertidur,” suara Aaron dari belakang mengejutkan Alexis. “Ada apa Mom?” Tanya
Aaron khawatir dengan keadaan ayahnya. Kemudian mata Aaron mengikuti mata
Alexis yang memerhatikan ayahnya …yang sedang bercanda dengan Selena. Oh, cukup
mengejutkan untuk Aaron. Alexis menggeleng kepala, ia tidak ingin memikirkan hal-hal
bodoh yang bisa saja terjadi. Tidak.
“Hanya bertengkar dengan Dad. Tidak
perlu kaupikirkan, kita bisa menyelesaikannya sendiri. Hanya saja, Mom tidak
ingin berbicara dengan Dad dulu,” ucap Alexis mengelus tangan Aaron yang berada
di atas pundaknya. “Hey, bantulah Kath. Ia sepertinya belum pernah berkemah,”
“Tentu saja. Aku sedang menunggu
bantuan Dad. Kurasa Michael, teman baru Grace, sedang sibuk dengan Grace,” ucap
Aaron menoleh ke belakang. Whop! Pemandangan ini tidak Aaron harapkan
sebenarnya, tapi Grace sudah mulai menggelitiki tubuh Michael dan dibalas oleh
Michael. Ia tertawa lepas, tidak seperti biasanya. Dan tampak bahagia. Bibir Aaron menipis, ia
membuang wajah.
“Baiklah, kurasa aku tidak perlu
menunggu Dad. Tolong jaga anakku, Mom.” Ujar Aaron. “Hey, kalian bertiga! Bantu
aku memasang tenda,” teriak Aaron pada si kembar dan Jonathan.
“Kau tidak perlu memintanya,
sayang.” ucap Alexis. Aaron pergi dari belakang tubuh Alexis bersama tiga
adiknya, meninggalkan Alexis yang harus
menundukkan kepalanya agar ia tidak melihat Selena bersama Justin. Alexis hanya
ingin mengambil sisi positifnya. Justin hanya membantu Selena memasang tenda.
Namun suara teriakan Selena memancing Alexis untuk mendongakkan kepalanya.
Ternyata Selena baru saja terpeleset, kedua tangan Justin membantu Selena untuk
bangkit. Bodoh sekali! , Alexis
berteriak dalam hati. Pipinya merah pada karena Justin ikut membersihkan bokong
Selena yang kotor karena tanah. Apa-apaan? Alexis menggigit bibir bawahnya dan
hampir melukai bibirnya sendiri. Ia ingin sekali berteriak.
“Hey, Alexis! Tidak ingin membantu
kami?” Suara Brad membuat gigi Alexis melepaskan bibir bawahnya. Lalu Alexis
menggeleng kepala sambil tersenyum paksa. Pertanyaannya adalah, apa yang akan
terjadi beberapa jam ke depan?
***
Semua bertepuk tangan ketika teman
Justin yang bernama Zeith memainkan gitar membawakan lagu Treasure dari Bruno
Mars. Pria itu sangat ahli dalam masalah bermain gitar. Kath berada dalam
pelukan Aaron sambil tangan Aaron bertepuk tangan, membuat mereka terlihat
menjadi pasangan yang sangat manis. Justin dan Alexis duduk berbelahan. Selena,
Brad, Michael dan Grace duduk dalam satu batang pohon. Si kembar dan Jonathan
duduk bersama di batang pohon yang lain. Juber duduk di sebelah Alexis sambil
menikmati marshmallow yang manis. Kath dan Aaron duduk bersebelahan dengan anak
dari Zeith. Sedangkan Zeith berdiri mengelilingi keluarga Bieber dan Kath.
Justin memanasi suasana yang sudah panas ini. Ia bangkit dari batang pohon lalu
menari-nari di mengelilingi api.
Treasure,
that is what you are. Honey, you are my golden star. You know you can make my
wish come true. If you let me treasure you. Zeith menyanyikan bagian reff
yang membuat Justin semakin menggoyangkan pinggulnya. Itu membuat Grace ikut menari
bersama dengan ayahnya, ia mengangkat kedua tangannya ke udara sambil menikmati
lagu yang Zeith bawakan. Semuanya tertawa melihat tingkah Justin dan Grace. Itu
membuat Selena ingin ikut menggoyangkan pinggulnya bersama-sama. Selena bangkit
lalu ikut menari. Suasana semakin memanas ketika Jonathan mulai
berteriak-teriak kegirangan. Si kembar berdiri, mereka berdua saling memegang
tangan lalu menari bersama. Justin memegang tangan Selena, membuat Selena
langsung memutarkan tubuhnya dari bawah tangan Justin yang terangkat di atas
kepalanya. Lagu itu terus dinyanyikan berkali-kali meski seharusnya sudah
selesai.
Api yang panas di tengah-tengah sama
panasnya dengan darah Alexis yang sudah mendidih. Wajahnya merah padam untuk
yang kesekian kalinya. Juber di sebelahnya tersenyum hingga giginya kelihatan,
kepalanya terangguk-angguk senang. Lalu Kath dan Aaron bisa melihat ada yang
salah ketika Selena mulai memunggungi tubuh Justin dan menempelkan bokongnya
pada tubuh Justin, ia menggoyangkan pinggul sambil turun ke bawah lalu naik
kembali ke atas.
“Kath,” Aaron memanggil Kath. “Kurasa
kita tahu ada yang salah sekarang,” bisik Aaron. Mata Alexis mulai
berkaca-kaca. Jonathan yang berteriak-teriak itu memerhatikan ibunya lalu
teriakannya terhenti. Semua orang di tempat sudah bisa melihat ada yang salah,
kecuali Zeith.
“Mom! Hentikan!” Kath bangkit dari
tempatnya, meneriaki ibunya lalu menarik tangan Selena agar menjauh dari
Justin. Zeith berhenti bernyanyi, bertepatan saat air mata Alexis menetes.
Untungnya Alexis menundukkan kepala. “Kau menari dengan salah!”
“Tidak ada yang salah,” tukas Justin
tidak suka suasana yang menyenangkan ini dirusak begitu saja. “Zeith mainkan
lagi.”
“Tidak! Hentikan!” Teriak Alexis.
“Hentikan sampai aku masuk ke dalam tendaku, terima kasih.” Suara Alexis
mengecil. Ia bangkit lalu melangkah menuju tendanya dan masuk ke dalam.
Hening.
***
Kath dan Aaron mengapit tubuh Juber
di tengah-tengah tubuh mereka. Sepertinya Juber mendapatkan kehangatan yang
cukup. Kupluk cokelat sudah menutupi kepala dan jaket panjang sudah melapisi
tubuhnya di tambah dengan kaos kaki kecil yang terpasang di kakinya. Selimut
serta pelukan dari dua orang di sisinya membuat tubuhnya merasa lebih hangat.
Namun sepertinya Juber lebih memilih Kath untuk dipeluk dibanding Aaron. Well,
Juber memang tidak pernah memeluk Aaron saat ia tertidur. Menurutnya, tubuh
Aaron sangat keras dan tidak lembut seperti milik Alexis. Juber merengek ketika
ia mengetahui ia tidak bisa tidur bersama dengan neneknya karena neneknya
memiliki masalah ‘sakit hati’ dengan kakeknya. Tetapi setelah dibujuk untuk
tidur bersama dengan Kath, ia akhirnya mau. Setidaknya Kath memiliki kulit yang
lembut dan hangat seperti Alexis. Perapian tampaknya membuat Grace dan Michael
tetap terjaga di luar sambil menatapi api kemerahan itu. Mereka tidak
mengatakan apa pun, hanya suara jangkrik yang terdengar.
Grace sebenarnya tidur bersama si
kembar, tetapi si kembar sepertinya tidak ingin berbagi dengan Grace setelah
Grace masuk sebentar ke dalam tendanya dan mendapati si kembar sudah menempati
seluruh tempat yang ada. Michael memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya
setelah lama ia menggosok-gosok telapak tangannya terus menerus.
“Kedinginan?” Tanya Michael melirik
Grace di sebelah yang kepalanya bergetar bersama dengan rahangnya yang membuat
giginya bergemetar. Grace menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Sepertinya
api harus dibuat lebih besar lagi agar Grace tetap hangat. Tanpa berpikir
panjang, Michael memeluk Grace. “Apa kau sudah punya pacar?”
Pertanyaan itu membuat bibir Grace
membentuk sebuah senyuman. Tangan Michael mulai mengelus lengannya, membuat tubuhnya
terasa lebih hangat dari sebelumnya. “Belum. Aku belum berpacaran 4 tahun
terakhir ini,” ucap Grace sedikit tertawa pelan. Michael berusaha untuk menahan
senyumnya, ia membiarkan kepala Grace bersandar pada bahunya.
“Bagaimana kalau kita membuat
hubungan saja? Maksudku, kurasa kita punya kesamaan. Dan orangtuamu tidak akan
keberatan tentang itu,” ucap Michael tanpa memikirkan Kyra. Sebenarnya, Kyra
memang gadis yang ia sukai, mereka belum benar-benar berpacaran. Kyra mungkin
memiliki perasaan pada Michael namun sepertinya ia harus sakit hati karena
ternyata Michael lebih memilih Grace. Bukan apa-apa, tetapi Grace adalah wanita
yang sangat cantik. Perpaduan antara Mr.Bieber dan Mrs.Bieber benar-benar
menghasilkan mahluk hidup tercantik di mata Michael. Terlebih lagi, Grace
memiliki sikap yang ramah padanya. Dan ia terlihat bahagia jika ia bersama
dengan Michael. Mereka bisa menjalin sebuah hubunga. Grace menghela nafas
panjang.
“Sepertinya kakakku keberatan.
Kudengar kalian pernah bertengkar,”
“Aku tidak peduli dengannya.
Maksudku, ia sudah mendapatkan Kath, mengapa aku tidak bisa mendapatkanmu? Kath
sudah seperti kakak perempuanku. Aku bisa saja membuat Aaron tidak bersama
dengan Kath,” ucap Michael mengerut kening. Grace tergelak satu kali.
“Terserah kau, apa menurutmu itu ide
yang bagus?” Grace mengangkat kepalanya. Ia menghadapkan wajahnya dengan wajah
Michael, jarak wajah mereka sangat dekat.
“Aku tidak mungkin memintanya jika
itu bukan ide bagus.” Bibir mereka akhirnya bertemu. Hati Grace berbunga-bunga.
Ia tidak pernah merasa sebahagia ini. Dan sepertinya hanya Michael yang dapat
membuat hatinya berbunga-bunga dan kupu-kupu beterbangan di perutnya. “Kurasa
kau bisa tidur di tendaku. Sumpah aku tidak akan menyentuh tubuhmu,”
“Aku tidak meragukan itu.” Ucap
Grace tergelak. Mereka bangkit dari batang pohon lalu berjalan menuju tenda
Michael. Lampu yang berada di dalam tenda Michael segera dimatikan ketika
mereka bayangan mereka telentang di atas alas tenda. Hanya dua tenda yang
lampunya masih tetap menyala. Seharusnya Zeith menjaga malam hari ini, tetapi
sepertinya ia cukup lelah karena jari-jarinya hampir hilang tergesek karena
senar-senar gitar. Ia tidur di dalam tenda bersama anak laki-lakinya. Selena
tidur bersama dengan Brad. Dan Justin bersama dengan Alexis, tentu saja. Lampu
dari kedua tenda itu masih menyala. Alexis sudah memejamkan matanya, ia sudah
terlelap sejak ia menangis sebentar. Justin bahkan tidak meminta maaf padanya
atas apa yang Justin lakukan. Sebenarnya, setelah Alexis berteriak, Aaron
hampir meninju wajah ayahnya karena telah membuat ibunya menangis, lagi.
Untungnya, Grace berhasil memadamkan amarah kakaknya. Selena merasa bersalah,
ia melangkah masuk ke dalam tendanya dan mengurung di dalam sana. Ada sedikit
perdebatan kecil antara Justin dan Aaron saat Zeith terpaksa harus menghentikan
lagunya, namun kembali lagi Grace yang menghentikan mereka berdua.
Jonathan lebih memilih untuk masuk
ke dalam tenda ibunya lalu memeluk Alexis di dalam. Ia tidak ingin bertengkar
dengan ayahnya, ia lebih memilih untuk menenangkan ibunya. Jiwa psikopat yang
diturunkan dari Justin dalam tubuh Jonathan langsung bereaksi. Ia bertanya pada
Alexis, apa dia harus membunuh Justin atau Selena? Well, Alexis tetaplah
Alexis. Ia wanita yang tidak pernah memendamkan perasaannya. Bahkan ia sudah
cukup lelah mengalami perasaan ini. Setidaknya ia akan memberikan satu
kesempatan untuk Justin malam itu. Ternyata, sampai Jonathan keluar dari
tendanya, Justin tak kunjung masuk ke dalam tenda untuk meminta maaf. Sampai
akhirnya Alexis sudah terlanjut terlelap dalam tidurnya. Zeith membawakan lagu
sedih yang lambat saat orang-orang mulai memasuki tendanya hingga menyisakan
Grace dan Michael.
Bayangan seseorang dari tenda Justin
cukup menakutkan. Karena tiba-tiba saja orang itu terduduk dalam hitungan
detik. Tidak, bukan rambut panjang, berarti dia bukan Alexis. Justin, dia
sepertinya tidak bisa tidur. Perasaan kesal terhadap istrinya masih ada karena
ia berpikir …bukankah Alexis yang menginginkannya berselingkuh? Justin sudah
berusaha memberitahu Alexis kalau ia tidak berselingkuh, namun istrinya tetap
bersikeras kalau ia benar bahwa Justin berselingkuh. Jadi, untuk apa Justin
membuat dirinya menjadi tersangka yang tak bersalah? Lebih baik ia menjadi
tersangka sebenarnya daripada ia harus dituduh terus menerus seperti ini.
Justin keluar dari tendanya, ia
sudah memakai jaket biru tua yang hampir sama seperti warna hitam yang membuat
tubuhnya tetap hangat. Ia harus bermain gitar atau melakukan sesuatu agar ia
cepat-cepat mengantuk lalu tidur. Didapatinya sebuah gitar Zeith yang Zeith
tinggalkan di depan tenda Aaron. Ia mengambilnya lalu duduk di atas salah satu
batang pohon. Jari-jari terampilnya mulai memetik senar gitar, beruntunglah
Justin karena Zeith memakai tangan kiri yang sama seperti Justin. Justin mulai
menyanyikan lagu Bruno Mars yang tadi Zeith nyanyikan, When I Was Your Man
dengan lembut. Matanya terpejam, Justin mulai meresapi lagunya. Di tenda Brad,
seorang wanita baru saja bangkit dari tidurnya, itu terlihat dari bayangannya.
Selena sepertinya tidak bisa tidur seperti Justin, ia memutuskan untuk keluar
dari tenda.
Matanya melihat mantan suaminya
terduduk di atas salah satu batang pohon sambil bernyanyi. Demi apa pun, ia
tidak pernah mendengar suara Justin yang bernyanyi. Ternyata ia memiliki suara
yang cukup bagus untuk bernyanyi. Mata Justin terbuka karena suara bukaan tenda
terdengar, ternyata Selena yang muncul. Wanita itu tersenyum pada Justin lalu
ia melangkah mendekati Justin dan duduk di batang pohon yang lain namun di
salah satu ujungnya, di dekat Justin.
“Tidak bisa tidur?” Tanya Selena
dengan suara kecil. Justin menganggukkan kepalanya, matanya terpejam kembali,
ia bersenandung diiringi music gitarnya. Well, Selena dapat melihat perubahan
Justin setelah Justin bersama dengan Alexis. Justin kelihatan lebih santai dan
mudah berbicara, ternyata. Setelah dulu Justin sangat kaku, dingin, dan
sepertinya tidak memiliki rasa ampun pada istri-istrinya dulu. Itu membuat
Selena semakin berani berada di dekat Justin. “Aku ingin minta maaf tentang
kejadian tadi. Aku benar-benar hanyut dalam tarianku …aku tidak bermaksud
menyakiti istrimu, aku bersumpah,”
Mata Justin terbuka. Jarinya
berhenti memainkan senar gitar sebentar, lalu ia bermain kembali. “Bukan
salahmu, jadi tidak apa-apa. Ia hanya terlalu sensitif akhir-akhir ini. Tidak
perlu minta maaf,” ucap Justin lalu bersenandung kembali. Selena menganggukkan
kepala satu kali.
“Jadi, bagaimana kehidupan
pernikahanmu?”
“Seperti yang kaulihat,” ucap Justin
memejamkan mata. “Aku bahagia.” Lanjut Justin sangat yakin dan percaya diri.
Well, Justin tidak ingin mengatakan kebohongan, ia memang bahagia saat ia
bersama dengan Alexis. Keluarganya sudah sempurna, menurut Justin. Meskipun
Justin sadar betul, ia bukanlah ayah yang sempurna. Setidaknya, Justin berusaha
menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya—justru dia sudah sangat berlebihan
dalam masalah menjaga anak-anaknya. Selena tersenyum.
“Aku turut bahagia,” bisik Selena
menyentuh lutut Justin, mata Justin terbuka. Selena segera menarik tangannya
kembali. “Kath adalah anak yang baik, Justin. Aku ingin ia bahagia bersama
Aaron. Terlebih lagi anak Aaron tampaknya menyukai anakku,”
“Kath bukan anakmu kan?” Tanya
Justin masih memetik senar gitar. Jarinya benar-benar pintar dalam memainkan
gitar. Ia tidak kalah hebat dengan Zeith. Selena hanya mengangguk. “Aku suka
dengan rambutnya kemarin. Kata Aaron, kau hebat dalam masalah rambut. Bahkan
Aaron menyarankan Grace untuk pergi pada dirimu agar rambutnya lebih terlihat
menarik,”
Selena tertawa kecil. “Aku belajar
membuat rambut-rambut seperti itu ketika aku sudah …bercerai denganmu. Apa kau
sadar Aaron tidak ingat padaku? Maksudku, aku sudah bertemu dengannya sejak
Kath mengenalnya. Namun sepertinya Aaron tidak mengenalku,”
“Ia tidak mengingat apa pun semasa
ia masih kecil, kurasa. Apalagi dengan dirimu yang mengunjunginya mungkin hanya
1 atau 2 kali. Bahkan dengan Candice, ia tidak sama sekali mengenalnya lagi.
Candice sudah bersama dengan pengusaha kaya di Israel, menurutku dia hebat,”
“Oh, itu berita baru untukku,” ucap
Selena. “Aaron bertumbuh sangat tampan sepertimu. Kalian semakin lama semakin
mirip. Ah, ya Tuhan, Justin. Aku sungguh minta maaf tentang kejadian kau
bertengkar dengan Aaron tadi. Aku benar-benar…” Selena menghela nafas.
“Aku sudah terbiasa. Ia memang
sangat mencintai istriku. Aku bahkan jarang bertengkar dengan Alexis karenanya.
Ia tidak ingin melihat Alexis menangis seperti ini,”
“Yeah, anak laki-laki memang lebih
mencintai ibunya dibanding ayahnya. Biasanya,” komentar Selena. Justin berhenti
bermain gitar. Ia menaruhnya di belakang batang pohonnya lalu ia mencondongkan
tubuhnya ke depan agar lebih dekat dengan Selena. “Apa?” Tanya Selena
malu-malu.
“Bagaimana jika kita berjalan-jalan
sebentar? Aku akan mengambil senter,” ucap Justin bangkit dari batang pohon
lalu ia masuk ke dalam tendanya sebentar. Selena memerhatikan bayangan Justin
yang membuka sebuah tas lalu mengeluarkan dua senter. Beberapa detik kemudian,
Justin keluar dari tenda. Ia langsung memberikan senter itu pada Selena.
“Aku berpikir itu bukan ide yang
bagus,” ucap Selena berbisik.
“Ayolah, aku sangat bosan dan aku
ingin membuat diriku lelah,”
“Jika kau memaksa,” Selena
mengangkat kedua bahunya. Senyum Justin mengembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar