EPILOG
“Justin!” Seru Elanie untuk yang
kesekian kalinya ketika Justin terus memainkan anak mereka seperti mainan. Ya,
dua bayi mereka baru saja menginjak umur 7 bulan. Mereka berdua baru saja bisa
duduk dan itu membuat Justin begitu senang. Elanie baru saja meninggalkan kedua
anak itu bersama dengan ayahnya selama ia mandi dan sekarang anak-anaknya yang
lucu sudah terlumuri oleh krim susu dan jeruk di sekujur tubuh mereka di atas
meja dapur. Elanie dapat memaklumi bila anak-anaknya lebih kotor dibanding
suaminya. Tetapi di sini, sekarang, di hari ulang tahun pernikahan Robert dan
istrinya, Justin telah mengotori dirinya dengan krim keju di sekitar rambutnya
dan kulit jeruk yang tipis di sekitar pipinya—bekas dari emutan kedua anaknya.
“Bukan aku,” ucap Justin terpaku di
tempat. “Ini salah mereka berdua,” tuduh Justin pada dua anak bayinya yang
tidak mengerti apa-apa. Sebentar lagi, dalam waktu 2 jam, mereka akan
menyelenggarakan acara ulang tahun pernikahan Robert dan istrinya—maka dari itu
Elanie memakai gaun cantik sekarang—dan Justin bersama anak-anak kembali kotor?
Bagaimana bisa? Elanie ingin menangis di tempat. Kedua anak mereka yang
terduduk di atas meja itu masih memain-mainkan jeruk yang tak mereka makan dan
krim susu yang tertumpah.
“Bagaimana bisa ini menjadi salah
mereka berdua?” Tanya Elanie berseru kesal. “Aku hanya meninggalkanmu dan
mereka untuk mandi sebentar, lalu kau mengubahnya menjadi seperti ini? Ini
bencana, Justin,”
“Sungguh, Elanie, ini bukan salahku.
Mereka yang memintanya. Aku sebagai ayah yang baik tidak ingin melihat mereka
menangis,” ucap Justin dengan jantung yang mulai berdetak kencang. Kedua anak
kembar mereka menatapi Justin lalu tersenyum dengan dua gigi mereka yang telah
tumbuh. Lucu sekali.
“Aku tidak mau tahu, untuk sekarang,
mereka bukan anakku. Kau yang memandikan mereka karena aku sudah memandikan
mereka,” ucap Elanie mengangkat kedua tangannya.
“Apa? Aku memandikan mereka? Oh,
ayolah, Elanie. Kau tidak mau anak kita mati di dalam air karena tenggelam di
dalam bak mandi, bukan?” Tanya Justin bersungut. Mendengar ucapan itu membuat
Elanie berpikir dua kali. Ya, ia tidak ingin mengambil risiko kedua anak mereka
berakhir di dalam rumah sakit. Elanie terdiam di tempat lalu ia menggeleng
kepala frustrasi. “Aku hanya akan membantu menyiram mereka,”
“Tetapi aku sudah berpakaian seperti
ini, Justin,” ujar Elanie menautkan kedua alisnya. Justin menatap Elanie dengan
tatapan nakal lalu dengan gaya maskulinnya dan suara beratnya, Justin berkata
sebuah kalimat yang membuat seluruh tubuh Elanie menegang.
“Aku lebih senang kau tidak
mengenakan apa-apa, sayangku,” ucap Justin tersenyum miring. Elanie mengerjap-kerjapkan
matanya berkali-kali, terpana akan apa yang Justin baru saja Justin katakan.
Kedua anak kembar mereka terdiam menatap Justin. Dari ekor mata, Justin melirik
ke arah anak kembarnya, curiga jika kedua anaknya mengerti apa yang ia baru
saja ia katakan. Tidak ingin berdiri lama di tempat, Elanie menepuk tangannya
sehingga kedua anak kembarnya menatap Elanie.
“Ayo, gendong anakmu ke kamar mandi
dan akan kuajarkan kau memandikan mereka,” ucap Elanie tidak menatap Justin
karena ia tidak ingin melihat mata Justin yang memelas. Dengan lesu Justin
menggendong kedua anaknya yang berat itu dengan kedua tangannya lalu berjalan
menuju Elanie. “Ya, betul sekali, sayangku. Kita ke kamar mandi mereka,”
“Untuk apa memiliki penjaga anak
jika mereka tidak diperintahkan untuk memandikan anak-anak,” gerutu Justin
kesal. Meski Elanie mendengar apa yang Justin bilang di belakangnya, ia
mendiamkan Justin. Malah ia ingin tertawa. Ya, memang Justin belum pernah
memandikan kedua anak mereka. Justin yang memberikan nama kedua anaknya tanpa
bantuan Elanie, dan Elanie tidak memiliki masalah dengan hal itu. Anak
laki-laki mereka bernama Michael Bieber sementara anak perempuannya bernama
Michelle Bieber. Mereka berjalan ke lantai dua menuju kamar mandi si kembar.
Michael dan Michelle menyandarkan kepala mereka di pundak ayahnya dan dengan
baiknya, Michael menghapus kulit jeruk dari pipi ayahnya dan melemparkannya
sembarang.
“Terima kasih, teman,” ucap Justin,
namun ia masih dengan suasana hati tak senang. Ah, mengapa ia yang harus
memandikan kedua anaknya? Ia tidak ingin menyentuh tubuh kedua anaknya.
Bukankah itu namanya pelecehan terhadap anak? Robert memberitahu Justin
biasanya tangan seorang ayah tak cocok memandikan bayi karena tidak lembut
seperti milik sang ibu. Justin takut bila kedua anaknya menangis. Bagaimana
jika sampoo yang Justin berikan di kepala mereka masuk ke dalam mata? Bagaimana
jika tiba-tiba Michael memberontak dan menciprati mata Justin dengan air sabun?
Begitu banyak terkaan negatif dalam pikiran Justin sampai-sampai ia tak sadar
kalau ia sudah sampai di kamar mandi.
Elanie menyalakan keran air panas
untuk memenuhi bak mandi si kembar sambil lalu ia melirik Justin yang masih
mengendong anak mereka di kedua pinggangnya. Tetapi tetap saja Justin memerlihatkan
wajah tak sukanya pada Elanie. Sungguh, Elanie tak kuasa untuk menahan tawanya.
Wajah Justin benar-benar dilumuri oleh krim susu dan kulit jeruk. Terutama di
daerah rambutnya yang acak-acakan itu. Dan mereka bertiga hanya memiliki waktu
2 jam untuk membersihkan tubuh mereka kembali. Padahal Michael dan Michelle
sudah dipakaikan baju rapi untuk acara pernikahan orangtuanya.
Tangan Elanie mematikan keran air
panas dan menyalakan air dingin untuk membuatnya menjadi air hangat. Justin
mendecak di mulut pintu namun ia tidak sama sekali berusaha untuk melihat
Elanie. Ia terlalu kesal untuk melihat istrinya. Ia mau-mau saja disuruh mandi
dibanding harus memandikan kedua anaknya. Tiba-tiba ide konyol menyeruak masuk
di otak Justin yang semakin lama semakin kotor.
“Aku punya ide,” ujar Justin ketika
Elanie baru saja mematikan keran air karena air sudah memenuhi setengah bak.
“Bagaimana jika aku memandikan mereka berdua sementara kau menyiapkan aku air
hangat di kamar mandi kita?”
“Tidak, Justin. Kau tidak punya
waktu untuk berendam di kamar mandi. Kita punya acara spesial hari ini. Kau
tidak ingin Robert dan istrinya kecewa karena kita tidak datang, bukan?” Tanya
Elanie mengambil peralatan mandi anak-anaknya. Justin tidak menjawab pertanyaan
Elanie. Ia menurunkan kedua anak mereka ke atas lantai kamar mandi, membuat
mereka berdua terduduk di sana lalu ia jongkok untuk melepaskan pakaian mereka
satu per satu. Michael kembali mengambil kulit jeruk yang berada di rambut
ayahnya lalu memain-mainkannya.
“Terima kasih lagi, teman. Terutama
karena sudah menjadi kotor,” gerutu Justin melirik Elanie tanpa mendongakkan
kepala. “Mari kita buka celanamu,” ucap Justin mendorong dada anaknya yang
sudah telanjang itu sehingga Michael berbaring di atas lantai dengan bajunya sebagai
alas. Elanie hanya memerhatikan perlakuan Justin dan bagaimana cara Justin
membuka pakaian anak mereka. Dan caranya benar-benar …aneh. Seharusnya pakaian
kedua anaknya di buka di atas tempat tidur.
Tidak ingin menyakiti kaki anaknya,
Justin perlahan-lahan membuat retsleting celana yang dipakai Michael lalu
menariknya dengan pelan. Begitu celananya sudah lepas, Justin melepaskan
pampers Michael hingga kemaluan anaknya kelihatan.
“Uh, punyamu kecil sekali,” ucap
Justin mengejek anaknya sendiri, lalu ia tertawa sendiri. Elanie
menggeleng-geleng kepalanya. “Akan kumaklumi karena kau masih kecil,”
“Sudah, masukkan ia ke dalam bak
mandi. Airnya sebentar lagi akan dingin dan kau juga harus mandi,” ujar Elanie
tak ingin berlama-lama di kamar mandi. Dengan patuh, Justin menggendong anak
laki-lakinya dan memasukkan ke dalam bak mandi. Michael duduk di dalam bak lalu
ia tertawa senang karena ia dapat bermain air.
“Sekarang kau nona kecil. Kau sangat
cantik seperti ibumu,” ucap Justin berbicara asal. Justin mendorong dada anak
perempuannya hingga ia berbaring di atas lantai lalu membuka retsleting
belakangnya. “Sulit sekali membuka pakaianmu,” gerutu Justin memutar tubuh anak
perempuannya kembali dan menariknya agar ia dapat duduk. Dan lalu Justin
melepaskan gaun itu dari tubuh Michelle.
“Meski dari tadi caramu salah, aku
tetap menghargainya,” komentar Elanie membuat Justin mendongak menatap istrinya
dengan tatapan tak suka. “Mau tunggu apa lagi? Ayo masukkan ia ke dalam bak
mandi,”
“Untung saja sore ini kita pergi ke
acara ulang tahun pernikahan Robert. Jika tidak, sudah dari tadi aku menerkammu
di atas ranjang,” ujar Justin sambil memasukkan Michelle ke dalam bak mandi. Tidak
banyak bicara lagi, Elanie memberikan sabun dan sampoo anak-anak mereka. “Aku
tidak ingin mencuci rambut mereka. Bagaimana jika mereka menangis?”
“Tidak akan. Percaya padaku, mereka
senang jika rambut mereka harum,” ujar Elanie. Justin menghela nafas panjang.
Ia terjongkok di depan bak mandi lalu menyabuni anak mereka satu per satu. “Pelan-pelan
pada Michelle,”
“Semoga kulitnya tak terkelupas,”
bisik Justin tak terdengar Elanie. Justin terus menggosok ketiak Michael, lalu
leher dan paha anaknya. Lalu, dari sisi mana Justin tidak dapat memandikan anak
mereka? Ia tampak mahir dalam memandikan mereka berdua. Sebuah gelas besar yang
berada di sisi bak mandi mereka digunakan sebagai gayung untuk menyiram rambut
Michael dan Michelle. Justin menyiram rambut Michael terlebih dahulu lalu
Michelle. Mereka berdua kelihatan tak dapat bernafas untuk sesaat.
“Lap wajah mereka dengan telapak
tanganmu,” perintah Elanie memberi instruksi. Justin mengikuti apa yang Elanie
katakan. Ia mengelap wajah kedua anaknya dengan telapak tangan kemudian mencuci
rambut merek satu per satu.
“Aku tidak mau tahu, Elanie, kau
harus memandikanku karena aku sudah memandikan mereka,” ucap Justin serius.
Elanie menggeleng kepalanya, ia tidak mungkin memandikan Justin. Pria itu sudah
dewasa, lagi pula, mereka juga harus bersiap-siap pergi ke acara ulang tahun
pernikahan Robert dan istrinya. “Jika kita masih memiliki sisa waktu kira-kira
10 menit nanti, kukira itu patut dimanfaatkan.”
Justin menatap Elanie yang ternyata
istrinya sedang menggigit bibir bawahnya. “Kusimpulkan itu jawaban, ya.”
***
Nafas mereka saling memburu. Dada
mereka naik-turun tak beraturan. Bulir-bulit keringat membasahi tubuh mereka
hingga kulit mereka terlihat mengilap. Justin menjatuhkan tubuhnya ke samping
tubuh Elanie. Mereka baru saja menyelesaikan ronde ke-2 untuk Justin. Yang dimana
Elanie terus mendapatkan pelepasan berkali-kali sementara Justin hanya mendapat
dua kali. Namun bukan hanya hal itu yang membuat mereka puas. Tetapi karena
mereka melakukannya berlandaskan cinta, bukan kepuasan. Elanie masih berusaha untuk
menenangkan dirinya. Ia merasa seluruh tulangnya saling putus hingga ia tak
dapat menggerakan tangan atau kakinya.
Setelah beberapa menit menenangkan
diri masing-masing, Justin menarik tubuh Elanie agar menempel dengan tubuhnya
lalu memeluknya dengan erat. Hadiah termanis yang diberikan oleh keluarga
Elanie dan orangtuanya. Jika ia tahu akan berakhir seperti ini, Justin sudah
pasti akan melakukan pernikahan itu sejak ia masih kecil. Ia tidak tahu kalau
menikah bersama Elanie akan senyaman ini. Perbuatannya yang lalu-lalu telah ia
sesali dan takkan ia ulangi kembali. Ia tidak ingin Elanie lari darinya.
Kebahagiaan utamanya sudah berada dalam genggamannya. Ia takkan pernah
melepaskannya untuk yang kedua kalinya.
Justin menempatkan dagunya di atas
kepala Elanie, sementara pipi Elanie menempel dengan dada Justin yang
telanjang. Elanie menarik selimut yang berada di bawah kaki mereka hingga
menyembunyi setengah tubuh mereka.
“Masih ingat dengan mainan-mainanmu,
Justin?” Tanya Elanie mengingat kembali awal-awal pernikahan mereka. Dimana
Justin lebih memilih dinosaurus mereka. Bahkan Elanie masih dapat mengingat
hari dimana mereka harus mengambil foto untuk pra-nikah mereka. Justin masih
memiliki dendam dengan teman lamanya karena dulu temannya pernah merusakkan
mainan dinosaurus kesukaannya. Begitu konyol dan tak masuk akal. Bagaimana bisa
seorang dewasa seperti Justin masih menyenangi permainan dinosaurus? Tetapi
Justin pasti bukan satu-satunya di dunia ini.
“Ya, aku sudah tidak menyukai mereka
lagi,” ucap Justin memainkan rambut Elanie. “Karena aku sudah memilikimu. Dan
aku sadar aku sudah dewasa dan telah menjadi seorang ayah,”
“Yeah,” Elanie setuju. “Tapi apa kau
tidak sadar? Kau mencintaiku karena kepolosanmu. Kau mencintaiku karena aku
murni milikmu. Seperti tidak ada syarat untuk kupenuhi agar kau mencintaiku,”
“Aku senang aku tidak seperti
kakak-kakakku yang harus berprasangka pada istri-istrinya bersama orang lain.
Aku tidak pernah berpikir kau akan berselingkuh dariku—kecuali saat kupikir
ternyata kau selingkuh dan ternyata yang kudapati adalah kakakmu—karena aku
tahu, kau wanita sabar yang tidak mungkin melirik pria lain,” ucap Justin kali
ini mengelus punggung telanjang Elanie. “Atau apa selama ini kau melirik pria
lain?” Goda Justin.
“Oh, ayolah Justin. Kau tahu Denver
hanya teman biasa,”
“Tetapi aku akan tetap mengawasinya,”
ucap Justin seperti memiliki dendam terhadap teman Elanie. “Dan yah, memang aku
mencintai karena kau memang menjadi dirimu sendiri. Maksudku, mengapa aku harus
jatuh cinta dengan seseorang yang harus memenuhi syaratku? Cinta itu mengalir
dengan sendirinya dan datang seperti pencuri.
“Aku tahu kau mengikuti ayat
Alkitab,” ucap Elanie memukul dada Justin. Elanie mendongakkan kepalanya hingga
wajah mereka hanya berjarak 3 inchi. “Tetapi aku bahagia karena kau menjadi
suamiku, meski kau terlalu polos untuk pria berumur 29 tahun sepertimu. Aku
bahagia kau menjadi ayah dari anak-anakku karena sifat kalian yang hampir sama.
Aku bahagia karena kau dapat mencintaiku tanpa syarat apa pun. Aku bahagia
memilikimu, Justin. Dan sekarang aku tahu mengapa Tuhan mencintai anak-anak
kecil. Itu karena Ia tahu, anak-anak akan mencintaiNya tanpa syarat apa pun dan
tulus hati. Layaknya kau yang begitu polos untuk mencintaiku.”
“Oke, itu dalam sekali, Elanie,”
ucap Justin tersenyum manis. “Well, untungnya kau yang menjadi istriku, bukan
Eline. Aku merasa seperti pria paling bahagia di dunia, kau tahu,”
“Kau pikir begitu?”
“Ya, mengapa aku tidak akan berpikir
begitu?” Tanya Justin bermain kata. Elanie hanya terkekeh pelan kemudian bibir
mereka menyatu dan tubuh mereka melebur menjadi satu. “Aku mencintaimu, Elanie.”
. . . .
Okesip. Semoga kalian suka. Maap lama ya.
baru ngepoin ceritanya, asli deh kocak bgt justin disini, ceritanya juga seru beda dari yg lain pokonya, the best bgt deh tulisan2 loí ½í¸
BalasHapusKeren banget.. salut sama perjuangan elanie..
BalasHapusTeep setia disamping justin walaupun justin kelewat polos.. tapi.dari situlah cinta mereka datang dan diuji.. good job elanie :)
Justin juga.. polosnya kevangetan.. tapi untung dia masih bisa jaga wibawa didunia luar.. kalo gak? Kan kasian. Gak cuma jadi bahan cemoohan saudara tapi juga orang luar
Salut deh sama.authornya
Ini kerenn sumapahh,ngakak kocak banget karena justinnya polos banget yawlohh,wkkwkw ini dipost di wattpad ga ka? Bagus banget loh ceritanya lain daripada yang lain😂😂
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus