Senin, 14 April 2014

Touching Fire's Water Bab 9



***

            “Siapa?” Grace bertanya penuh rasa ingin tahu pada Aaron yang memakan pancake milik Juber yang tidak dimakan oleh Juber. Juber sudah tertidur di atas karpet ruang bermainnya. Aaron dan Grace dua hari terakhir ini semakin dekat lebih dari pada biasanya. Membuat tanda besar bagi Alexis, namun Alexis tidak ingin berpikiran negatif pada dua anaknya. Aaron bersandar di tembok dengan satu kaki terujulur sedangkan kakinya yang lain ia tekuk. Satu tangannya bersandar di ujung lututnya yang memegang pancake itu. “Kath lagi?” Tanya Grace dengan nada suara tidak suka. Grace terduduk di sebelah Juber dengan kaki menyilang. Piyama tidur berwarna ungu sudah menempel di tubuhnya, membuat Grace terlihat sangat manis. Aaron suka mlihat Grace memakai piyama seperti itu karena tubuh Grace terbentuk dengan sempurna. Aaron mengamati-amati tubuh Grace sekarang, salah satu ujung bibirnya terangkat, memberikan senyum menggoda untuk Grace hingga Grace terkesiap.
            “Hei, kau sadar apa yang kaulakukan padaku?” Tanya Grace malu-malu. Aaron tertawa lalu ia mendesah pelan. Lalu ia berbicara ke topik pembicaraan sebelumnya.
            “Yeah, dia ingin mengembalikan pakaianmu katanya,”
            “Benar, pakaianku masih ada di tangannya. Apa kau bertemu dengannya dua hari ini?” Tanya Grace. Aaron menggelengkan kepalanya. Ada sedikit rasa ingin bertemu Kath dalam diri Aaron. Kemarin-kemarin Aaron hanya ingin memberi ruang bagi Kath untuk bernafas dan juga waktu berpikir untuk Aaron tentang kalimat ‘jika kita bersama situasi menjadi salah’ yang tidak masuk akal itu.
            “Tidak. Ia marah padaku dengan suatu alasan yang tidak ingin ia beritahu,”
            “Aneh,” Grace mendecak. “Hey, Aaron,” Grace mencondongkan tubuhnya ke depan. Aaron mendongak, melihat Grace yang sudah menempatkan dua tangannya di karpet sehingga sekarang belahan dada adiknya terlihat. Sialan benar! Apa yang Grace lakukan sekarang? Aaron tahu Grace pasti tidak sadar dengan gerakannya yang seperti ini. Aaron sering melihat Grace bergaya seperti ini, tetapi tidak dengan pakaian yang bagian dada terpotong begitu rendah.  Pasti sangat lembut untuk disentuh. Aaron menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak, tidak. Ia tidak boleh berhubungan badan dengan adiknya.
            “Apa?” Tanya Aaron sedikit gemetar.
            “Kau kan sebentar lagi akan ulang tahun, kau ingin hadiah apa?” Tanya Grace masih dengan posisinya. Pemandangan ini benar-benar mengganggu Aaron.
            “Kau,” jawab Aaron asal. Grace tertawa malu dengan ucapan kakaknya itu lalu ia mulai duduk tegak kembali. Aaron mengatakan kata makian dalam hatinya saat pemandangan itu hilang. Padahal pemandangan itu sangat enak untuk dilihat. Aaron mendesah pelan karena kekecewaannya.
            “Aku serius. Hadiah apa yang kau mau?” Tanya Grace mencubit-cubit pipi Juber. Pipi itu tidak dapat dicubit jika Juber bangun. Jadi kesempatan Grace benar-benar besar sekarang untuk mencubit pipi Juber. Aaron tidak tahu hadiah apa yang ia mau. Ia hanya ingin mendapatkan cuti untuk beberapa hari dan berjalan-jalan bersama dengan adiknya. Bekerja membuat waktunya dan Juber terkikis seiring berjalannya waktu. Bahkan Juber sekarang lebih memilih Alexis dibanding Aaron. Padahal Aaron adalah ayahnya. Atau mungkin Alexis memang pintar memikat hati anak laki-laki seumuran Juber karena sikapnya yang lembut.
            “Well, kau pikir sendiri. Bukan hadiah bila aku memberitahu padamu apa yang kuinginkan. Apa pun yang kauberi, pasti aku akan terima,” ucap Aaron mengangkat kedua bahunya. Grace melangkahi tubuh Juber lalu mendekati wajah Aaron, berakhir dengan kecupan bibir pada bibir Aaron. Aaron tersentak akan kecupan adiknya, kedua alisnya terangkat.
            “Hadiah pembuka, kau bisa membuka hadiah utamanya nanti saat kau ulang tahun.” Grace bangkit dari karpet, meninggalkan Aaron di ruang bermain Juber. Kau bisa membuka hadiah utamanya nanti saat kau ulang tahun. Oke, tetapi pemikiran untuk membuka pakaian Grace di hari ulang tahunnya akan menjadi kado pertama yang akan ia buka. Aaron hanya terkekeh memikirkan hal itu. Pancakenya sudah habis, ia bangkit dari karpet lalu menggendong Juber untuk dibawa ke kamarnya.
            Setidaknya kecupan itu bisa membuat hati Aaron berbunga-bunga sekarang. Mungkin malam ini ia akan bermimpi indah.


***

            Kath sudah berada di depan pintu ruangan Aaron. Sebenarnya ia sudah dipersilahkan untuk masuk, namun tangannya tak kunjung menyentuh gagang pintu ruangan Aaron. Setelah mengumpul kekuatan untuk bertemu dengan Aaron, ia mendorong pintu itu. Tangannya sudah memegang sebuah tas berisi pakaian Grace yang bersih. Saat masuk, Aaron sedang menghubungi seseorang. Tangan Aaron mencari-cari sesuatu di sela-sela buku lalu setelah ia mendapatkan apa yang ia cari, ia tarik keluar barang itu. Hanya sebuah kartu yang terselip di sana. Aaron mengatakan selamat tinggal pada lawan bicaranya lalu memberikan senyum pada Kath.
            “Halo, Kath. Senang bertemu denganmu kembali,” ucap Aaron dengan sopan. Kath menggelengkan kepalanya. Tidak. Tidak dengan godaan Aaron kali ini. Ia harus menjauh dari Aaron apa pun itu alasannya. Ia butuh pemandu sorak agar dirinya tak goyah dari godaan iblis di hadapannya.
            “Aku datang ke sini hanya untuk mengembalikan pakaian adikmu. Katakan terima kasih padanya,” ucap Kath buru-buru. Ia menyodorkan tas itu pada Aaron. Namun Aaron tidak mengambilnya dari tangan Kath, jadi Kath langsung menaruhnya ke atas sofa yang ada di dalam ruangan itu. “Selamat siang, Mr.Bieber,” Kath membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan ruangan ini. Tangan Aaron menahannya hingga ia berbalik.
            “Mengapa terburu-buru? Kita bisa makan siang bersama di sini. Aku sudah memesan makanan untukmu dan aku. Duduklah di sofa,” ajak Aaron dengan suara yang tetap terjaga, tetap tenang. Kath menyentakkan tangannya dari genggaman Aaron dengan kasar. Setelah apa yang Aaron perbuat padanya? Kath tidak akan menerima tawaran ini. Ia sudah terlanjur sakit hati untuk menerima kenyataan bahwa Aaron tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.
            “Tidak, terima kasih, Mr.Bieber. Aku bisa makan di luar,” Kath berusaha untuk menjaga kesopanannya. Tangan Aaron kembali mencengkeram lengannya, kali ini lebih kuat sampai Kath kesakitan. “Mr.Bieber, lepaskan aku,”
            “Tidak, sebelum kau makan bersama denganku. Makanan akan datang sebentar lagi,”
            “Aku tidak peduli,” Kath menatap mata Aaron. Mata Aaron menyala-nyala, kesal pada Kath. Aaron hanya ingin berbicara dengan Kath, mengapa Kath bisa berubah secepat ini? Atau mungkin, mengapa wanita bisa berubah secepat ini? Wanita-wanita yang Aaron kenal selama ini sangatlah menyulitkan. Bahkan Alice pun pernah menyulitkan Aaron. Tatapan mata Aaron melunak begitu saja ketika ia melihat Kath yang terlihat ketakutan. Tidak, Aaron tidak bermaksud untuk menakut-nakuti Kath. Ia hanya ingin makan bersama dan berbicara.
            “Kath, kita bisa makan bersama dan berbicara, kumohon,” kata terakhir yang tidak bisa Kath tolak muncul begitu saja pada kalimat itu. Untuk yang kedua kalinya, Kath tidak percaya dengan apa yang ia lakukan. Lalu ia mengangguk. Aaron langsung menarik tangan Kath menuju sofa untuk dua orang sampai mereka duduk bersama-sama. Kath bersandar agar terlihat lebih santai dan Aaron menyukainya. “Aku tidak bermaksud menakut-nakutimu,”
            “Aku harap makanan itu cepat datang agar aku bisa kembali ke kantor,”
            “Kau tidak perlu buru-buru seperti itu. Kurasa Mr.Smith akan mengerti. Jika tidak, well, kau tahu apa yang akan terjadi. Aku bisa mengancam kau,” ucap Aaron menggoda Kath. Kath hanya memutar bola matanya, tidak begitu mengambil hati akan ucapan yang dikatakan Aaron.
            “Terserah apa katamu,” Kath membuang wajah dari Aaron.
            “Hey, sebenarnya, aku ingin tahu masalah apa yang kita alami sekarang. Mengapa tiba-tiba kau bersikap seperti ini padaku? Aku hanya tidak mengerti. Kau seperti berusaha menjauh dariku,” Aaron berucap langsung pada intinya. Seperti Justin, ayahnya yang tidak suka berbasa-basi.
            “Karena menurutku menjauhimu adalah langkah yang bagus,”
            “Well, aku tidak ingin kau jauh dariku, sebenarnya,” Aaron mendecak, lalu Aaron menggigit bibir bawahnya bersamaan ketika Kath menoleh padanya. Sialan betul Aaron! Apa-apaan yang sedang ia lakukan? Menggigit bibir untuk membuat Kath meleleh? Jika benar, cara itu benar-benar ampuh. Saat bibir bawah itu kembali menyembul, Aaron malah terlihat lebih seksi. “Aku ingin kita berteman, itu saja. Maksudku, teman yang bisa diajak untuk berhubungan badan,”
            Kath terkesiap, tak percaya dengan kejujuran yang berlebihan itu. “Wow. Aaron, mengapa kau bisa begitu hebat? Aku juga ingin mempunyai teman yang bisa diajak untuk berhubungan badan,” ucap Kath sarkastik. Aaron hanya tertawa dengan ucapan sarkasme itu.
            “Tidak, aku serius, Kath. Kupikir kau menyukai apa yang terjadi dua hari yang lalu di kamar,”
            “Yeah, aku menyukainya, itu sangat luar biasa. Tetapi, Aaron, dengar. Aku bukan pelacur yang bisa kautiduri kapan saja. Jika kau ingin berteman denganku, kau bisa melakukannya. Aku ingin menjadi temanmu. Namun permintaanmu benar-benar aneh, aku tidak pernah memiliki hubungan seperti itu. Aku berterima kasih padamu atas malam yang luar biasa itu, bukan berarti kau bisa meniduriku kapan saja. Kau tampan, kaya, kita berdua tahu itu. Aku menyukaimu, jujur saja. Te—“ ucapan itu terhenti begitu saja saat mulut Aaron menyentuh mulut Kath. Kath langsung memukul-mukul pundak Aaron agar ciuman itu lepas. Tangan Aaron menahan kepala Kath agar bibir mereka tetap bersatu. Bahkan Aaron mulai melumat bibir bawahnya. Kath masih tidak membalas sampai Aaron menyerah.
            “Aku tidak mengerti kau tidak membalas kecupanku. Tapi saat kau marah, kau membuatku bergairah,” ucap Aaron tenang. Rambut Kath acak-acakan karena tangan Aaron tadi.
            “Keluargamu tampaknya menanggapku sebagai pelacur. Mengapa kau tidak sadar tentang itu Aaron? Kau tidak mengerti betapa menyedihkannya diriku saat Jonathan berkata seperti itu saat sarapan,”
            “Ia pasti tidak bermaksud berucap seperti itu padamu, Kath,” ucap Aaon menelan ludahnya. Wanita ini sangat sulit untuk dijinakkan. Ternyata Kath lebih menantang dibanding wanita-wanita yang pernah Aaron temui. Kath menggelengkan kepalanya lalu menampar pipi Aaron. Oh, sialan, tamparan itu semakin membuat Aaron bergairah. Sangat panas dan liar.
            “Lupakanlah makan siang ini,” Kath bangkit dari sofa. Kath membenarkan pakaiannya terlebih dahulu. Pintu ruang kerja Aaron terbuka. Muncul seorang gadis yang memakai blazer biru dengan rambut tersanggul. Dua pasang mata harimau itu membulat ketika melihat Kath berada di ruang kerja Aaron sedang membenarkan pakaiannya dan rambutnya acak-acakan. Mulut Kath terbuka berbentuk huruf O, lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Kath tidak ingin dianggap sebagai pelacur yang baru saja bercinta dengan Aaron di ruang kerjanya. Tidak!
            “Apa-apaan?” Grace mengucapkan kata kotor, tak percaya. “Sulit dipercaya. Kapan-kapan, Aaron, carilah tempat yang lebih sempurna dibanding kantor. Ini sangat murahan.” Terlambat. Sial.

***

            Justin tampaknya harus bersabar melihat istrinya dan Juber bermain air di kolam renang. Matahari kali ini terik namun udara terasa sejuk. Juber tampak sangat bahagia saat kakinya sudah tercelup ke dalam kolam renang. Justin tidak ikut berenang karena jika Justin ikut berenang, maka Alexis yang akan naik ke atas dan mengganti pakaian. Justin lebih memilih melihat pemandangan indah dibanding ia harus berenang bersama dengan Juber. Pertengkarannya semalam belum mereka selesaikan. Bahkan tadi malam mereka tidak berdekatan, mereka menjaga jarak di atas tempat tidur. Tetapi paginya, Justin sudah memeluk Alexis begitu erat. Alexis masih marah atas sikap Justin yang berlebihan kemarin sore. Alexis tidak memiliki teman karena Justin yang selalu bersikap protektif. Bahkan teman wanita sekalipun, ia tak punya. Hanya Juber-lah yang menjadi temannya selama ini.
            Justin hanya duduk di tepi kolam dengan kaki yang tercelup di dalamnya. Matanya menyipit tiap kali Alexis melirik padanya. Ia bermaksud ingin menggoda Alexis, tetapi hasilnya nihil. Alexis kembali membuang wajahnya bahkan menjaga jarak dari Justin bersama dengan Juber. Juber memakai pelampung berwarna biru di kedua lengannya. Ia berusaha untuk berenang, malah ia meminta Alexis untuk tidak memegangnya. Alexis hanya memakai bikini berwarna merah muda. Meski sudah berumur, tubuh Alexis tetap terjaga karena tiap harinya ia membersihkan rumah, menjaga Juber, itu sudah termasuk olahraga baginya. Bahkan mengajak Juber keluar dari rumah sambil berjalan kaki sebentar di sore hari. Itu salah satu alasan mengapa Justin tidak bisa berpaling dari Alexis. Alexis terlalu seksi untuk umurnya sekarang. Mungkin hanya lemak di daerah perut karena hamil sebanyak 3 kali. Berbeda dengan Justin yang tidak memiliki lemak sama sekali. Tubuhnya masih terlihat bugar dan seksi. Mungkin hanya janggut yang tumbuh dapat membuat Justin kelihatan tua –ia selalu mencukur janggutnya. Justin hanya memakai boxer, ia bertelanjang dada untuk menggoda Alexis.
            Juber berenang menuju Justin sambil tertawa-tawa karena begitu susahnya ia menggerakkan kaki dan tangannya. Justin terpaksa turun ke dalam kolam agar ia dapat menarik tangan Juber. Alexis mulai naik ke daratan, meninggalkan Juber dan Justin di dalam kolam.
            “Ya Tuhan, Juber! Peepee tidak mau berenang denganmu!” Teriak Justin menangkap Alexis dengan suaranya. Langsung saja Juber yang berada dalam pegangan Justin menoleh ke belakang untuk melihat Alexis. Alexis sudah berdiri di pinggir kolam, terdiam dengan wajah kesal karena cara Justin yang murahan. Juber memasang wajah memelas pada Alexis agar Alexis kembali masuk ke dalam kolam. Bibir yang mungil itu cemberut, kedua alisnya bertaut memohon. Kepala Alexis tergeleng namun ia mulai terduduk di sisi kolam renang dan menceburkan tubuhnya ke dalam kolam. Senyuman Juber kembali terlihat, membuat Justin menang. “Terima kasih, bung. Aku sangat mencintaimu,” ucap Justin mencium kepala Juber yang basah. Alexis berenang ke arah Justin dan Juber, setelah sampai, ia mengambil Juber dari tangan Justin tanpa melihat pada Justin.
            “Hey, baby, kenapa tidak tersenyum? Hebatnya saat kau tidak tersenyum, kau masih terlihat cantik,” goda Justin mengelus dagu Alexis hingga Alexis harus membuang wajahnya dari Justin. “Sayang, aku minta maaf atas apa yang kuperbuat kemarin. Aku hanya tidak percaya kau akan bertemu dengannya. Kau tahu aku bagaimana jika sudah melihatmu bersama dengan seorang lelaki,” ucap Justin berjalan ke belakang tubuh Alexis, tanganya mulai menyentuh pinggang Alexis yang ramping.
            “Oke, Peepee mau melihat kau berenang dari sini sampai sana. Oke, Kalau kau berhasil, Peepee akan beri permen untukmu. Bagaimana?” Tanya Alexis yang membuat Justin merasa terabaikan. Juber menganggukkan kepalanya lalu ia mendorong tangan Alexis yang memegang pinggangnya. Ia mulai berenang ke seberang tempat mereka berdiri. Setelah Juber mulai memunggungi Alexis dan Justin, Alex langsung membalikkan tubuhnya, menarik leher Justin dan mengecup bibirnya keras. Hati Justin berbunga-bunga karena perlakuan istrinya yang agresif. Bibir mereka saling bertautan, lidah Justin menggelitik lidah Alexis hingga Alexis terpaksa harus mendesah. Tangan Justin yang sudah berada di pinggul Alex mulai turun ke bawah. Lalu ia meraup dua bongkahan yang seksi itu dengan tangannya, Justin meremasnya sampai Alexis harus mengerang dalam mulutnya.
            “Tidak di sini. Nanti malam,” ucap Alexis melepaskan ciumannya. Nafasnya dan Justin terengah-engah karena ciuman panas itu. Senyum Justin mengembang karena akhirnya, setelah selama beberapa minggu mereka tidak bermain di atas ranjang, akhirnya istrinya yang kali ini mengajaknya. Hari ini mungkin adalah hari terbaik Justin di bulan ini.
            “Dengan mulutmu?” Tanya Justin masih meremas bokong Alexis. Alexis memejamkan mata sebentar lalu membukanya lagi. Mata biru yang cantik itu terlihat lagi.
            “Okay jika kau mau bermain dengan mulutku juga. Tidak apa-apa! Tidak apa-apa,” ujar Alexis dengan nada kesal. Justin tertawa namun Alexis langsung memukul dadanya yang keras. “Dengar, kemarin aku hanya tidak secara tak sengaja bertemu dengan Brad. Aku merindukannya. Kau tahu dia adalah sahabat lamaku. Aku tidak pernah bermaksud berselingkuh darimu Bagaimana bisa aku berselingkuh darimu? Kau tahu aku adalah milikmu. Jadi, jangan bereaksi berlebihan seperti kemarin. Aku tidak suka itu. Aku memaafkanmu, kali ini,” ucap Alexis menatap mata Justin dalam-dalam. Justin selalu senang melihat istrinya menegurnya seperti ini. Keras dan tegas, namun seksi dalam waktu bersamaan. Entah bagaimana Alexis bisa melakukannya, tapi ia memang melakukannya pada Justin. Justin menundukkan kepalanya kembali, namun saat ia baru saja ingin mengecup bibir Alexis, Juber memanggilnya. Kejadiannya benar-benar sama ketika Aaron masih kecil. Saat mereka sedang berenang bersama lalu Justin ingin mengecup bibirnya, Aaron memanggil. Menggagalkan Justin untuk mengecup Alexis. Sungguh sial.


***


            Kath memejamkan matanya ketika Grace sudah menghinanya sebagai seorang pelacur yang baru saja tidur dengan kakaknya. Aaron bangkit dari sofa lalu memegang lengan Kath begitu erat. Grace tampaknya tidak percaya dengan apa yang kakaknya lakukan. Bukankah kakaknya jatuh cinta pada Grace? Dan mengapa ia masih berusaha untuk mendapatkan Kath? Apa ini sebuah lelucon? Kath menarik lengannya dengan genggaman Aaron sekuat mungkin lalu ia siku-sikunya meninju dada Aaron hingga Aaron mengerang. Grace terkesiap melihat kakaknya tersakiti. Ia semakin tidak suka dengan sikap Kath yang tidak tahu diri. Sudah dibayar oleh kakaknya siang ini, ia malah memukul dada Aaron.
            Kath menatap Grace. Matanya berkaca-kaca karena sekarang ia berhadapan dengan wanita yang dicintai oleh Aaron. Grace melangkah menuju Kath lalu ia menampar pipi Kath sekencang mungkin.
            “Apa-apaan yang kaulakukan?” Aaron berjalan mendekati Grace lalu menarik kedua tangannya agar menjauh dari Kath. “Tidak seperti ini. Kath …” Aaron tidak dapat melanjutkan kata-katanya saat ia melihat pipi Kath berderai dengan air mata. Pasti tamparan Grace sangat menyakitkan sampai berbunyi nyaring tadi. Kath mendongakkan kepalanya lalu ia memberi jari tengahnya pada Grace dan Aaron hingga Aaron mendesah tak percaya.
            “Tanda terima kasihku,” ucap Kath tajam. Ia melangkah keluar dari ruangan Aaron sambil menghapus air matanya. Setidaknya jari tengah itu sudah bisa membuat Aaron tidak percaya dengan apa yang dilakukan Kath. Kath merasa puas. Entah mengapa tamparan Grace tidak terasa sakit. Ia menangis karena ia merasa dirinya begitu rendah. Namun itu berubah seketika saat ia memberi jari tengahnya pada dua kakak beradik itu. Aaron bahkan tidak mengejar Kath yang sudah mencapai lift. Ia terlalu sibuk untuk menenangkan Grace yang sekarang memukul-mukul dadanya. Grace memang bisa dibilang bukan seorang wanita yang cukup kuat untuk memukul laki-laki seperti Aaron. Kecuali Kath. Saat ia meninju dada Aaron dengan siku-sikunya, rasanya seperti pisau menusuk dadanya.
            “Kau bilang kau mencintaiku!” Grace menangis, ia tidak menjerit.
            “Aku memang mencintaimu, Grace!” Aaron memegang kedua siku-siku Grace. Membuat Grace berhenti memukul dadanya. Ia menutup wajahn dengan telapak tangannya, ia menyandarkan keningnya pada dada Aaron. Membuat Aaron meraup kepalanya, lalu mengelus-elus rambutnya dengan lembut. “Tetapi kita tidak bisa menjadi sepasangan kekasih. Kau tahu itu. Kita hanya bisa melewati waktu bersama-sama seperti kakak beradik. Aku butuh seorang wanita yang bisa menjadi penggantimu karena aku tahu, sedalamnya cintaku padamu, Mom tidak akan pernah merestuinya. Mom adalah wanita pertama yang kucintai, aku tidak ingin melihatnya menangis. Kuharap kau mengerti keadaan kita, Grace,”
            “Aku mencintaimu selama 4 tahun. Apa itu tidak membuktikan betapa aku mencintaimu?” Grace mendongakkan kepalanya. Matanya basah dan berair. Kedua ibu jari Aaron mengelap air matanya, lalu menggelengkan kepala. Tangisan Grace memecah. Ia bahkan baru mendapatkan kebahagiaan sebenarnya selama 2 hari bersama dengan Aaron! Mengapa Aaron bisa merusaknya bersama dengan wanita sialan itu? Dan jari tengah …well, jari tengah itu cukup berhasil membuat Grace terkejut karena ketidaksopanannya terhadap Aaron. Aaron mengecup keningnya dengan mata terpejam.
            “Aku tahu itu. Aku tahu. Kita bertumbuh bersama, Grace. Aku pernah mencintaimu sampai aku bertemu dengan Alice. Lalu aku jatuh cinta lagi padamu sejak dua tahun yang lalu. Sulit rasanya untuk mengetahui kau mencintaiku karena kau tampak baik-baik saja sedangkan aku tidak. Dan terlebih lagi, Mom selalu mengawasiku seperti elang,” Aaron menghela nafas. “Kau cantik. Cerdas. Periang. Kau tampak sempurna di mataku. Bukan berarti kita bisa bersama sebagai sepasang suami istri,”
            “Tidak dengan Kath. Ia …aku tidak menyukainya. Sialan, aku tidak percaya Dad akan mengadopsimu sebagai anaknya. Karenanya aku tidak bisa berpacaran denganmu,” ucap Grace menatap mata yang sama dengan warna matanya. Terlihat dari mata Aaron, ia tampak sangat sedih. Kehilangan. Dan seperti haus akan sesuatu yang Grace tahu sendiri, ia tidak akan bisa memenuhinya. Apa ini waktu yang tepat untuk merelakan Aaron dan mencari pria lain? Grace menggelengkan kepalanya, tidak. Bukan sekarang saatnya. Aaron juga mencintainya. Setidaknya mereka harus mencobanya selama beberapa bulan tanpa sepengetahuan ibu atau ayahnya –dan Grace tahu ayahnya tidak apa-apa jika mereka berpacaran. Justin tidak pernah ambil pusing dengan siapa mereka berpasangan. Bahkan kakak beradik seperti mereka karena mereka memang bukan saudara kandung.
            “Kau masih denganku, Grace?” Aaron menyadarkan Grace dari lamunannya. Kakaknya dari tadi mengoceh namun ia tidak mendengarnya. Grace berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Aaron, membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi dari kantor. Punggung Grace menghilang dari pandangan Aaron saat pintu itu tertutup. Aaron tidak ingin membuat kekacauan di depan sekretarisnya yang cukup banyak bicara itu. Ia hanya bisa memaki-maki dalam hati, memukul udara karena kesal. Jadi siapa yang harus pilih? Kath yang memberinya jari tengah? Atau Grace yang masih menahannya agar ia tidak berpacaran dengan siapa pun?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar