Senin, 14 April 2014

Touching Fire's Water Bab 6



***

AUTHOR

            Aaron terkejut dengan pernyataan Kath. Tidak mungkin wanita yang berada di bawah tubuhnya sekarang masih perawan. Bagaimana mungkin? Dari cara berpakaian dan sikap Kath, ia tidak terlihat seperti wanita yang masih perawan. Aaron menatap dua pasang mata yang melihatnya dengan tatapan takut. Beberapa detik kemudian Kath tersenyum, berpura-pura untuk tidak malu dengan keadaannya yang masih suci itu. Kath tidak mau berhubungan badan sebelum ia menikah. Tetapi, tiap wanita yang masih perawan dan diperhadapkan oleh seorang Aaron Bieber, pasti mereka ingin disentuh tiap inchinya oleh pria seperti Aaron. Terlebih lagi, saat di kelab, bibir yang seksi itu digigit oleh Aaron. Dan lalu kedipan mata serta tatapannya seperti meminta Kath untuk  mengguncang tempat tidur bersama. Kath mengelus rambut Aaron yang lembut serta harum itu, ia menelan ludah.
            “Tidak apa-apa,” bisik Kath. Bayangan Alice muncul begitu saja. Duplikat Alice sekarang ada di hadapannya. Hanya mata cokelat madu yang lembut yang membuat perbedaan di antara mereka berdua. Kath mulai memajukan kepalanya, memagut bibir Aaron dengan lembut. Tersengat oleh sentuhan wanita yang ia tunggu-tunggu sejak seminggu yang lalu, ia membalas ciuman itu. Sungguh manis rasanya. Mengulum lidah satu sama lain. Kath tidak pernah merasa begitu panas sampai ia bertemu dengan Aaron. Kedua tangan Kath meremas rambut Aaron dengan penuh kelembutan, lalu menarik kerah kemeja putih yang dikenakan Aaron saat Aaron mengecup lehernya. Tubuhnya bergetar di bawah Aaron, kakinya menegang saat lidah itu mulai menjelajahi leher jenjangnya hingga Kath harus mendongak untuk merasakan yang lebih lagi. Aaron mengecup-kecupi leher itu perlahan-lahan. Menghasilkan bunyi cepakan yang sensual hingga Kath harus meremas kemejanya. Erangan Kath memanggil Aaron untuk bertindak lebih jauh lagi. Ia membuka satu per satu tiga kancing gaun Kath sambil mengecup dagu Kath.
            “Kau yakin?” Aaron sedikit ragu-ragu. Awalnya ia memang sangat ingin berhubungan badan dengan Kath. Hanya untuk menjadikan Kath sebagai pasangan seksnya tanpa hubungan khusus. Bahkan hari pertama ia melihat Kath, rasanya Aaron ingin merobek paksa blazer yang Kath kenakan. Lalu menyetubuhi wanita itu di atas meja rapat. Melihat wanita itu mendesah di bawah tubuhnya dan memohon-mohon pada Aaron untuk menghentikan pompaannya. Kath menekan kepala Aaron ke belahan sebagai jawabannya. Buah dada yang ranum serta pas untuk ukuran tubuh Kath benar-benar menyiksa Aaron untuk bermain pelan-pelan. Terlebih lagi ini adalah pengalaman pertama bagi Kath. Ia harus membuat Kath memohon pada Aaron untuk yang kedua kalinya. Kulit tubuh Kath benar-benar halus. Terlebih lagi ketika Aaron menurunkan cup buah dadanya yang kesempitan. Sangat seksi untuk dilepaskan. Buah dada itu menyembul begitu saja di hadapan Aaron, jakun Aaron naik turun melihat pemandangan indah yang pernah ia lihat sebelumnya. Terlihat sangat putih, lembut serta puting berwarna merah muda benar-benar menggiurkan. Seperti dulu. Kesukaannya. Benar-benar menggoda, tak bisa ditolak. Saat Aaron mengecup puncak putingnya satu kali, Kath terkesiap, menarik nafas terkejut karena sentuhan itu. Aaron mulai menggodanya. Mengecupnya berkali-kali hingga Kath menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. Kedua kaki Kath telah memeluk pinggang Aaron, kakinya menekan punggung Aaron dan perutnya terangkat hingga menyentuh kemeja Aaron.
            “Oh, apa yang kaulakukan, Aaron?” Kath benar-benar tak bisa berpikir saat sentuhan-sentuhan itu menyengatnya.
            “Kau suka ini?” Tanya Aaron sekarang meremas buah dada Kath yang sekarang putingnya menegang keras. Kath mengerang. “Ssh, pelan-pelan. Aku tahu waktunya tidak tepat, tapi kita sama-sama tahu kalau kita menginginkan ini sangat buruk. Jangan buat ayahku mendengarmu,” Aaron memperingati. Terpaksa Kath harus menggigit bibirnya untuk menghindari erangannya yang kencang ketika Aaron mulai menarik paksa gaunnya untuk lepas dari tubuhnya. Kali ini Aaron mengangkangi perut Kath, menekan-nekan bagian tengah celana hingga Kath kembali terkesiap. Kath menarik kepala Aaron untuk mencium bibirnya. Ia benar-benar haus. Bibir itu kadang terlepas beberapa sentimeter lalu kembali berpagut. Tangan Kath tak sabar membuat kemeja Aaron dengan kasar. Ia ingin berhubungan badan dengan Aaron secepat yang ia bisa. Tangan Aaron bersandar di sebelah kepala Kath, sedangkan yang satunya lagi mulai menyusup masuk ke dalam celana dalam Kath. Kath tidak pernah mempersiapkan apa pun, namun ternyata, ia sudah mencukur bulu-bulu halus di bawah sana. Benar-benar menguntungkan. Saat tangan Aaron menangkup bagian bawahnya dengan satu telapak tangan, Kath mengerang dalam ciuman itu.
            “Benar-benar basah. Mungkin hadiah kecil untukmu karena ingin datang ke rumahku,” ucap Aaron tersenyum nakal pada Kath. Aaron bangkit dari perut Kath, mundur ke belakang hingga membelah lututnya hingga bagian bawahnya benar-benar terbuka untuknya. Aaron berlutut, ia mencondongkan tubuhnya ke depan agar dapat melihat wajah Kath –lututnya masih tetap menahan kaki Kath yang mengangkang. Kath menggigit bibirnya ketika telapak tangan itu mengusap-usap bagian bawahnya naik turun tanpa memasukkan jarinya ke dalam. Sangat basah, intim, dan tak dapat ditolak. Kath ingin merasakan seluruhnya. Merasakan apa yang pernah teman-temannya rasakan. Penasaran apa yang akan terjadi padanya malam ini. Saat cairan yang licin itu telah membasahi seluruh daerah bawahnya itu, Aaron mulai memfokuskan jari tengahnya ke bagian paling kecil namun paling intim di tubuh Kath. Kath terkesiap, kakinya tak dapat ia tutup begitu saja karena lutut Aaron yang menahannya. Sungguh pria ini benar-benar cerdik membuat wanitanya kenikmatan.
            “Oh, apa itu?” Kedua tangan Kath memegang lengan Aaron yang berotot. Otot-otot itu sekarang terasa sangat panas dan berkeringat. Aaron mulai menggesek-gesekkan jarinya di bawah sana hingga pinggul Kath ikut tergoyang untuk menikmatinya. Gesekan itu membuat Kath mendesah, matanya terpejam. Aaron ingin wanita ini menatapnya saat ia mendapatkan kenikmatannya. Aaron senang melihat seorang wanita mendapatkan pelepasan sambil membuka matanya. Sangat intens. “Aaron,” desah Kath bergetar di bawah tubuh Aaron.
            “Buka matamu!” Pinta Aaron mengancam. Terpaksa mata Kath terbuka, ia terpaku oleh tatapan Aaron yang menyala-nyala penuh nafsu dan tuntutan. Jarinya semakin cepat menggesek bagian intimnya, membuat Kath pusing karena kenikmatan ini entah sampai kapan akan berakhir.
            “Ya Tuhan, Aaron!” Jerit Kath tertahan. Saat itu juga Aaron langsung memagut bibir Kath. Kenikmatan tiada tara itu menyerang tubuh Kath hingga Kath bergetar. Sialan betul saat Kath ingin menutup kakinya, lutut Aaron menahannya. Kath dapat merasakan ada sebuah cairan yang terus mengalir keluar dari tubuhnya. Jarinya Aaron tak berhenti, perut Kath menegang, pinggulnya mulai bergerak-gerak. Berpikir apakah dengan menggerakan pinggulnya akan membuat kenikmatan ini cepat berlalu karena lutut Aaron sungguh menyiksanya. Ia tak dapat menutupi kakinya! Sialan. Kath mengerang, menangis tanpa henti saat pinggulnya terus bergerak. Cairan itu terus mengalir sampai menembus sela-selan jari Aaron dan membasahi celana dalam yang masih dipakai. Aaron dapat melihatnya dengan jelas. Sangat seksi. Sangat intim. Dan sepertinya nikmat untuk diminum. Tangan Kath yang meremas kemeja Aaron langsung jatuh lemah ke atas tempat tidur. Wanita itu berusaha untuk menstabilkan pernafasannya. Apa-apaan yang baru saja terjadi?
            “Benar-benar bagus,” puji Aaron bangkit dari tempat tidur. Ia langsung melepaskan celana dalam Kath yang basah itu lalu membuangnya ke sembarang arah. Tangannya yang baru saja mengusap bagian bawah Kath itu benar-benar basah dan licin. Aaron melepaskan celana jins yang ia pakai dan celana dalamnya. Kejantanannya itu sudah benar-benar tegang. Ia mengusap-usap kejantanannya dengan cairan Kath yang basah itu di sepanjang kejantanannya. Kath masih menggerak-gerakkan kakinya secara perlahan, ia kelihatan sangat lelah. Telanjang. Terbuka. Dan benar-benar waktu yang tepat untuk menyetubuhinya. Bagian bawahnya terlihat merah muda dan basah mengilap. Aaron kembali mengambil celana jins yang ada di atas lantai lalu merogoh kantongnya untuk mengambil sesuatu. Sebuah kondom. Tentu saja ia harus memakai pengaman. Ia memakainya perlahan-lahan sambil matanya menatap Kath.
            “Apa-apaan yang baru saja terjadi?” Kath bertanya penuh kebingungan. Aaron merangkak naik ke atas tempat tidur lalu menindih tubuh Kath. “Oh, apa itu?” Kembali Kath bertanya saat merasakan sesuatu menyentuh perutnya. Licin.
            “Kau benar-benar polos. Penampilan yang bagus untuk menutupinya,” Aaron tersenyum. Ia menyelipkan rambut Kath yang panjang itu ke belakang telinga. Kath tidak mengerti apa yang ia Aaron katakan, jadi ia terdiam saja. Ia baru saja melewati kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mengerti mengapa teman-temannya sungguh senang saat Jumat malam tiba. Ia sepenuhnya mengerti. “Kau siap?”
            “Untuk apa?”
            “Aku belum mendapatkan kenikmatan yang sama,” ucap Aaron mulai menggesek-gesekkan ujung kejantanannya ke bibir bagian bawah Kath. Kath terkesiap kembali, ia langsung memeluk punggung Aaron. “Kau siap?” Mata Aaron bertemu dengan Kath. Kath menatap Aaron penuh kekhawatiran. Bagaimana jika benar-benar menyakitkan? Bagaimana jika Kath tidak berhasil melewati bagian tersakitnya? Bagaimana jika Aaron memperlakukannya tidak selembut tadi? Namun melihat mata sayu dan menggoda itu tak dapat Kath tolak begitu saja. Kath mengangguk dengan mantap.
            “Ini hanya akan sakit sesaat,” bisik Aaron mulai menenggelamkan kepalanya ke sela leher Kath. Kath dapat merasakan sesuatu melesak masuk ke dalam tubuhnya. “Oh, sialan, kau sangat panas!” Erang Aaron tertahan akan jepitan bagian bawah Kath yang benar-benar ketat itu. Aaron mengangkat kepalanya, keningnya mencium kening Kath. Bibir mereka tidak benar-benar terpagut, hanya tergesek-gesek. Kath memejamkan matanya, merasakan sakit luar biasa di bagian bawahnya. Rasa ini benar-benar menyesakkan tubuh Kath hingga terpaksa Kath harus menjerit. Aaron langsung mencium bibir Kath, memagutnya tiap dua detik untuk meredamkan jeritan itu serta membuat Aaron lebih terangsang dalam waktu yang bersamaan.
            “Sakit,” bisik Kath tertahan.
            “Oh, demi Tuhan!” Aaron mengerang tertahan ketika seluruhnya masuk ke dalam. Ia mendiamkan kejantannya di sana untuk beberapa menit agar Kath dapat beradaptasi dengan kejantanannya di dalam tubuh Kath. Kath mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan, ia mengerang pelan. “Kau siap?”
            “Untuk apa kau memasukiku jika aku tidak siap? Cepat lakukan,” Kath memohon, kali ini.
            “Baiklah,” Aaron mulai menggerakkan pinggulnya dengan lembut. Ia menempatkan kedua tangannya ke sisi tempat tidur, meremasnya untuk menahan jepitan nikmat dari bagian bawah Kath. Ia tidak dapat menahan erangannya tiap kali kejantanannya keluar masuk ke dalam tubuh Kath. Kath mendesah di bawah tubuh Aaron, kedua lututnya terangkat ke atas. Ia tidak pernah berpikir rasanya akan senikmat ini.
            “Kau sangat nikmat,” erang Aaron.
            “Oh, Aaron. Rasanya sangat nikmat. Sialan,” Kath terisak karena ia tak sanggup menerima kenikmatan senikmat ini. Pinggul Aaron semakin bergoyang dengan kencang hingga tempat tidur itupun terguncang dengan hebat. “Ada sesuatu yang akan …” Ucapan Kath terhenti begitu saja, ia menggigit bibir bawahnya untuk tidak berteriak karena ada sesuatu yang meledak di tubuhnya. Aaron terus menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas tubuh Kath tanpa mempedulikan Kath yang sudah mendapatkan kenikmatan. Rasanya seperti seluruh tenaga Kath terkuras habis dengan keluarnya cairan-cairan itu. Justin mendongakkan kepalanya ke atas, jepitan bagian bawah Kath benar-benar menyiksanya. Ia tidak ingin ini semua berakhir. Aaron tidak ingin cepat-cepat berhenti melakukan ini bersama dengan Kath. Gairah Kath kembali tersulut. Cairan yang keluar dari tubuh Kath benar-benar melumasi bagian bawah Kath agar kejantanan Aaron lebih mudah keluar masuk. Namun remasan dari bawah sana benar-beanr tak bisa Aaron tahan. Ia ikut menggigit bibirnya, kepalanya masih mendongak ke belakang, lalu pinggulnya bergerak sekencang yang ia bisa hingga Kath benar-benar berteriak, bahkan sedikit kesakitan. Kenikmatan itu mengalahkan kesakitannya. Yang ia rasakan hanyalah ledakan kenikmatan lagi, yang sama seperti tadi. Pertahanan Aaron runtuh begitu saja. Ia mengerang sekencang dan terus memasukkan kejantannya lebih dalam dengan hitungan jari. “Kath!”
            “Sialan, Aaron,” desah Kath memegang pundak Aaron. Tubuhnya mengejang untuk beberapa saat lalu bergerak kaku selama beberapa detik. Sampai akhirnya Aaron benar-benar lelah, ia ambruk ke atas tubuh Kath. Namun tidak memberatkan Kath. Kepala Aaron diselipkan ke dalam leher Kath lalu mengecupnya. “Mengagumkan,”
            “Aku tahu,” Aaron kembali mengangkat kepalanya dan mengecup bibir Kath dengan lembut. Suara tawa dari luar kamar itu tak dapat mereka berdua dengar karena mereka terlalu sibuk berciuman. Justin tampaknya ikut terangsang dengan desahan serta erangan mereka berdua yang saling menyahut. Dari tadi ia mencuri dengar hubungan intim mereka dari awal hingga akhir. Jantung Justin berdegup kencang.  Lalu ia berpikir, mungkin Aaron dan Kath adalah pasangan yang cocok.
            “Dad, apa yang kaulakukan di sana?” Suara Grace terdengar begitu saja. Mengejutkan Justin setengah mati. “Apa yang mereka lakukan?” Grace menaikkan salah satu alisnya.
            “Kau tahulah, ‘Aw, baby, jangan berhenti. Yeah, benar. Di sana. Di sana.’” Justin mengikuti suara desahan wanita saat sedang berhubungan badan. Grace memutar bola matanya dengan kesal, lalu ia pergi dari hadapan Justin untuk masuk ke dalam kamarnya. Justin hanya tertawa ketika ia sadar kalau tadi ia benar-benar lucu. Tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka. Membuat Justin terkesiap, terkejut atas kemunculan Aaron. Aaron sudah mengenakan pakaiannya meski rambutnya sudah kusut. Aaron terkejut. Ia mengusap wajahnya sebentar saat ia melihat ayahnya berdiri di hadapannya. Sebisa mungkin Aaron sabar pada tingkah ayahnya. Tidak percaya kalau ayahnya akan mencuri dengar apa yang ia lakukan dengan Kath tadi. Kath sedang membersihkan diri di kamar mandi.
            “Demi Tuhan, Dad! Jangan bilang kau baru saja …” Aaron menutup pintu kamar, ia menatap ayahnya dengan kesal. “Sulit dipercaya. Sangat sulit dipercaya!” Aaron membentak benci.
            “Justin, apa yang kaulakukan?” Alexis muncul sambil menggendong Justin kecil yang sudah terlelap dalam gendongannya. Kepalanya bersandar di bahu Alex. “Aaron, apa yang terjadi?”
            “Dad sudah gila! Kau begini caranya, aku tidak akan pernah bisa mendapatkan kekasih!” Aaron menggelengkan kepalanya, ia pergi meninggalkan keduanya menuju kamar tidurnya sendiri. Ia ingin ganti baju. Sedangkan Alexis mendekati Justin yang berdiri sambil mengusap-usap tengkuknya.
            “Apa kita baru saja mendapatkan pengganti Alice?” Alex bertanya penasaran.
            “Yeah. Kurasa begitu. Ternyata Aaron hebat di atas ranjang,” Justin berkomentar. “Kau mau aku melakukannya padamu seperti Aaron melakukannya pada Kath? Sial, anak itu benar-benar hebat di atas ranjang.”


***


            Bukan salah Grace untuk jatuh cinta pada kakaknya sendiri. Bukan ia yang memilih untuk jatuh cinta pada kakaknya, tetapi hatinya yang memilih. Memang rasanya sangat salah jatuh cinta pada kakak sendiri. Namun Grace selalu berpikir bahwa itu tidak apa-apa. Ia tidak memiliki hubungan darah dengan kakaknya yang diambil dari panti asuhan. Kadang Grace berpikir mengapa orangtua Aaron sangat bodoh melempar anaknya ke panti asuhan. Jika tidak, sudah pasti Grace memacari kakaknya sekarang. Pasti Aaron akan setampan sekarang, mungkin dengan keangkuhan yang berbeda. Malamnya, Grace tidak dapat memejamkan matanya. Ia terpaksa harus keluar dari kamar dan menyalakan televisi di ruang keluarga yang berada di lantai dua. Meski Grace sudah bertumbuh menjadi seorang gadis menuju wanita, ia masih mengenakan piyama berwarna merah muda dengan gambar beruang. Ia memakan makanan ringan sambil menonton acara televisi yang membosankan. Acara itu benar-benar tak berguna! Ia masih belum bisa menghilangkan bayang-bayang kakaknya berada di atas tubuh Kath, wanita jalang itu, menurut Kath. Wajar saja bilang Kath cemburu akan wanita itu, ia juga menginginkannya kakaknya seperti Kath menginginkan Aaron. Jika Aaron melepaskan dirinya dari keluarga Bieber dan mengubah nama belakangnya, Grace bisa saja mudah mendapatkan Aaron. Terlebih lagi, ia tidak bisa bersatu dengan Aaron hanya karena nama belakang. Sialan benar, bukan?
            Grace menyandarkan tubuhnya ke sisi sofanya –ia duduk di karpet lembut—lalu menengadahkan kepalanya. Mulutnya mengunyah makanan ringan itu dengan damai. Lalu kepalanya kembali menegak, dan menonton televisi kembali. Didengarnya suara bukaan pintu dari salah satu kamar tetapi Grace tak bergeming. Ia kembali memasukkan makanan ringan itu ke dalam mulut dengan mata terus menatap televisi tanpa memerhatikan sama sekali. Pendengarannya terlalu mengacu pada suara langkahan kaki yang semakin lama semakin mendekatinya. Orang-orang di rumah ini sudah tertidur. Jam juga sudah menunjukkan pukul tengah malam tepat.  Tiba-tiba saja muncul Aaron dari balik tembok dengan pakaian tidurnya yang berwarna hitam. Pria itu tampak tampak jika dilihat dalam keremangan ruangan. Lampu-lampu dimatikan, hanya cahaya dari televisi dari ruang main Juber yang dinyalakan –yang cukup jauh dari ruang keluarga lantai atas—jadi sekarang ruang keluarga terlihat remang-remang.
            “Hey,” Aaron mendekati Grace yang menatapnya. Ia segera terduduk di sebelah adiknya lalu merebut kantong makanan ringan yang Grace pegang. “Mengapa belum tidur?”  Grace menoleh, ia memeluk perutnya.
            “Belum mengantuk,” ia tidak sepenuhnya berbohong. Mungkin memang ia sedikit mengantuk, tetapi tiap kali ia memejamkan matanya, ia tidak dapat tidak memikirkan bagaimana Aaron dan Kath berhubungan badan. Bahkan mantan pacar Grace yang sekarang sudah pindah tempat tinggal tidak pernah berhubungan badan dengan Grace lagi. Well, memang tidak akan pernah bisa lagi. Sejak Aaron menendang selangkangan mantan pacar Grace sejak saat itu Grace tidak pernah berhubungan badan dengan siapa pun. Mungkin satu-satunya pria yang ia impikan untuk tidur bersamanya satu ranjang hanyalah Aaron.
            “Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Ceritakanlah,” Aaron ikut bersandar pada sofa. Grace tidak pernah bisa berbohong sesuatu pada Aaron, kecuali perasaannya terhadap Aaron selama ini. Grace menyandarkan kepalanya ke atas bahu Aaron lalu mengembuskan nafasnya. Tatapan matanya sekarang sudah tidak tertuju pada televisi, melainkan kaki Aaron yang terjulur. Seluruh tubuh Aaron pernah pasti pernah disentuh oleh Kath. Hati Grace meremuk begitu saja jika ia memikirkannya.
            “Apa kau menyukainya?” Tanya Grace. “Kath. Apa kau menyukai Kath?”
            Aaron sudah menduga inilah pertanyaan Grace. “Tidak juga. Aku hanya senang dengan tubuhnya, sebenarnya. Tidak lebih. Mungkin kita hanya akan berteman,” jelas Aaron. Entah mengapa ketakutan Grace belum menghilang begitu saja. Ingatan tentang Alice mulai berputar di otaknya. Menurut Grace, hubungan Kath dan Aaron akan berakhir sama ketika Aaron bersama dengan Alice. Awalnya Aaron menyukai Grace, tetapi lama kelamaan Aaron menyukai Alice entah kenapa. Dan meninggalkan perasaannya terhadap Grace lalu berpaling kepada Alice. Cukup sakit untuk diingat. Dan cukup ditakuti sekarang jika kejadian itu kembali terjadi. Aaron bukan pria yang mudah ditebak. Ia bisa bertindak sesuatu yang tidak pernah dipikirkan orang di sekitarnya. Seperti menyetubuhi Alice di toilet restoran mungkin? Dan seperti baru-baru ini saja. Ia menyetubuhi Kath saat yang lain masih terjaga. Apa mereka tidak cukup gila untuk memancing Jonathan atau si kembar mencuri dengar apa yang mereka lakukan di dalam kamar? Cukup berbahaya, tetapi tidak cukup berbahaya bagi Aaron.
            “Apa dia seperti Alice?” Pertanyaan itu tidak dapat Grace tahan. Ia tidak ingin Aaron mendapatkan gadis seperti Alice kembali. Ia hanya ingin menjadi miliknya. Bagaimana pun caranya, ia harus bersama dengan Aaron. Terdengar hembusan nafas Aaron tajam.
            “Mengapa kau bertanya seperti itu?” Tanya Aaron menundukkan kepalanya hingga bibirnya menyentuh rambut Grace. Grace mendongak ke atas sehingga wajah mereka berada dalam jarak dekat. Mata Grace tertuju pada bibir itu. Bibir yang benar-benar mengundangnya untuk mengecupinya.
            “Menurutmu? Kau tahu aku, Aaron. Aku kesal jika kau mendapatkan wanita lain,”
            “Mengapa? Apa karena kau mencintaiku?” Tanya Aaron menembak hati Grace tepat pada sasarannya. Nafas Grace tercekat. Matanya tak sanggup untuk menatap mata Aaron, jika sekali ia menatap Aaron, maka Aaron akan mendapatkan jawaban yan tidak akan bisa Grace sangkal. Bibir Aaron menekan bibir Grace begitu saja. Mata Grace membulat, terkejut akan serangan Aaron. Ini impiannya sejak dulu. Aaron mengecup bibirnya dan sekarang itu benar-benar terjadi. Terasa sangat hangat dan lembut. Aaron mulai memagut bibir bawah Grace yang dibalas oleh Grace. Aaron melepaskan bibirnya begitu saja tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Justru ia memang menikmati mencium bibir adiknya. Padahal ia tidak sedang mabuk. “Tapi kau tahu kita tidak akan pernah bersatu,” kata-kata itu meluncur bagaikan bom yang menghancurkan hati Grace. Itu adalah kenyataan yang tidak akan bisa Grace terima. Ia tidak bisa untuk tidak bersatu dengan Aaron. Ia merasa Aaron-lah yang pantas menjadi kekasihnya di masa depan. Menjadi ayah dari anak-anaknya. Bukan Kath atau siapa pun.
            “Mengapa kau tidak berusaha untuk menyatukannya?” Tanya Grace berusaha untuk menahan tangisannya. Aaron tampaknya tahu apa yang akan segera terjadi pada Grace. Mata Grace mulai berkaca-kaca. “Kita bisa melakukannya jika kau mau,”
            “Tidak jika Mom sudah melarangnya,”
            “Aku tidak peduli dengan perkataan Mom,” Grace membuang wajah bersamaan dengan air matanya yang mulai jatuh, menetes. Segera telapak tangan Aaron mengelap pipi Grace yang basah. “Apa menurutmu kita tidak cocok? Mengapa kau memilih Kath sedangkan kau masih bisa memilih aku?”
            “Aku tidak bisa melakukan itu padamu,” Aaron tidak dapat menyembunyikan nada sedih dari suaranya. Ia tidak bisa melihat adiknya sedih seperti ini. Meski Aaron sudah mengetahui perasaan Grace terhadapnya sudah lama, ia memilih waktu yang tepat untuk mengatakannya. Bodohnya, Aaron memilih waktu malam ini. Malam yang akan mengundang adik-adiknya terbangun bila Grace menangis sesenggukan. “Kau tahu apa yang akan terjadi pada Mom jika ia tahu kita berdua memiliki perasaan yang sama. Ia pasti akan membunuhku,” Aaron berucap sambil mengelus buku-buku jari Grace. Grace mendongak, melihat Aaron yang matanya tampak gelap seperti kehilangan. Kalimat itu benar-benar membuat tanda tanya besar bagi Grace. Apa Aaron memiliki perasaan yang sama dengan Grace? Tidak mungkin. Dari gerak-gerik Aaron selama ini, Aaron tidak pernah menunjukkan bahwa ia menyukai Grace.
            “Kau juga mencintaiku?” Tanya Grace berbisik. Aaron menyelipkan sejumput rambut Grace ke belakang telinga lalu tersenyum lemah.
            “Kenapa tidak? Mungkin dulu memang aku pernah mencintaimu, lalu aku mencintai Alice. Tetapi gadis yang selama ini berada di hatiku mungkin sekarang kau. Hanya saja, aku berusaha untuk membohongi perasaanku. Aku hanya …” Aaron mendesah, ia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti mengapa ia harus mengakui perasaan yang sebenarnya pada Grace. “Aku hanya tidak ingin membuatmu terluka. Atau membuka Mom terluka. Dad tidak akan keberatan jika kita berhubungan badan sekarang. Tetapi bagaimana dengan Mom? Ia mungkin lebih memilih bunuh diri dibanding ia harus melihat aku dan kau saling jatuh cinta,” Aaron kembali mengecup bibir Grace singkat. Mengapa tidak sejak dulu saja ia mengecup bibir adiknya yang manis? Grace tidak menangis sampai terisak, ia hanya tidak sanggup menerima fakta yang dipaparkan di hadapannya. Grace menyandarkan kepalanya ke dada Aaron. Perasaanya lebih baik. Setidaknya Grace tahu bahwa kakaknya memiliki perasaan yang sama pada Grace.
            “Mungkin kita bisa kabur bersama-sama dan menikah,” Grace mengkhayal. Aaron tergelak dengan impian Grace. “Apanya yang lucu? Aku serius,” Aaron berhenti tersenyum. Ia tidak bisa melakukan itu bersama dengan adiknya. Bahkan Kath yang berada di kamarnya sudah ia lupakan begitu saja. Seolah-olah Kath hanyalah boneka seks bagi Aaron yang hanya akan Aaron mainkan. Aaron menepuk-nepuk bahu adiknya lalu menghela nafas panjang.
            “Tidak mungkin itu bisa terjadi,”
            “Mungkin saja. Jika benar kau mencintaiku, pasti kau akan melakukan apa pun agar kita bisa bersatu. Mengapa tidak kau lakukan itu? Membawaku kabur kemana saja? Aku akan ada di sisimu dimana pun kau berada, well, kecuali di toilet tentunya,” Grace memutar bola matanya sambil terkekeh. Matanya masih basah, namun hatinya sekarang tenang karena kejujuran Aaron yang tiba-tiba. Well, ia jika Aaron bisa bersikap jujur seperti ini sejak dulu, mungkin sekarang mereka sudah kabur bersama-sama pergi dari rumah yang jauh sampai ibu dan ayah mereka tak bisa menemukan mereka.
            “Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku tadi,”
            “Bukankah sudah jelas? Aku juga mencintaimu!” Bisik Grace tertahan pada Aaron lalu memukul perut kencangnya. Aaron tertawa lalu ia mulai menggoda Grace dengan mencium pundaknya. Gracer tertawa mendapat perlakuan Aaron, ia mendorong kepala Aaron. “Berhenti Aaron!”
            Pintu sebuah kamar terbuka begitu saja. Membuat mereka menjauh diri masing-masing. Membeku melihat pintu yang terbuka. Tentu saja pintu kamar Alexis yang terbuka, terlihat Alexis yang menggendong Justin kecil mengangkat salah satu alisnya. Sepertinya Justin kecil terbangun karena mereka dari tadi. Sekarang wajah Aaron terlihat sangat lucu. Seolah-olah Aaron baru saja mengotori lantai dengan tumpahan susu putih. Grace hanya menundukkan kepalanya sambil tersenyum, tak bisa ia tahan senyuman itu karena ia terlalu senang mengetahui perasaan kakaknya yang sama dengannya.
            “Apa yang kalian berdua lakukan?” Alexis masih tidak dapat mencerna apa yang sedang terjadi. Tiap kali ia mendengar suara rengekan dari Justin kecil, pasti ia langsung terjaga dan menggendongnya agar Justin kecil tertidur kembali. Namun mendengar suara orang tertawa dari luar membuat Alexis terpaksa membuka pintu untuk mencaritahu. Ternyata dua anaknya sedang bermain-main seperti anak kecil. “Bukankah seharusnya kalian berada di tempat tidur?”
            “Mom, kita bukan anak kecil,” Aaron memperingati. Alexis mengangguk satu kali, setuju. Lalu ia mundur masuk ke dalam kamar. “Jangan lupa matikan televisi jika kalian ingin tidur,”
            “Pasti.” Grace mengangkat dua jempol dengan senyum sumringah. Alexis tidak mengerti apa yang terjadi dengan anaknya yang labil itu, ia menutup pintu. Padahal tadi Grace marah-marah karena mengetahui Aaron bersetubuh dengan Kath, namun sekarang ia terlihat begitu bahagia. Alexis tidak begitu peduli karena ia sangat mengantuk. Sepertinya Kath peduli dengan apa yang terjadi barusan. Tampaknya memang akan menjadi prilaku yang buruk bagi Kath yang mencuri dengar apa yang adik-kakak tadi perbincangkan. Langkahan kakinya menuju tembok itu tidak dapat didengar oleh keduanya karena mereka terlalu sibuk berbicara satu sama lain. Kath terbangun ketika Aaron bangkit dari tempat tidurnya, membuat Kath ikut keluar dari kamar. Namun ia bersembunyi begitu saja ketika Aaron mulai duduk di sebelah Grace dan mengecup adiknya. Kath terkesiap, tentu saja, ia tidak percaya dengan apa yang kaka beradik itu lakukan. Dan yang lebih parahnya lagi, Aaron mengabaikan Kath yang berada di kamarnya. Maksudnya, setelah menyetubuhi Kath, sekarang Aaron mencium Grace? Bukankah itu sikap pria brengsek? Kath tidak tahan ketika Grace mulai mengajak Aaron kabur bersama. Ia masuk ke dalam kamar kembali dan menutup pintu tanpa membuat suara sedikitpun. Ia melemparkan dirinya ke atas tempat tidur, menangis sejadi-jadinya. Dan berharap Aaron tidak datang ke kamarnya untuk beberapa menit ke depan.
            Harapan-harapan Kath terhadap Aaron pudar sudah. Ia sudah tahu apa yang Aaron rasakan sekarang. Aaron mencintai adiknya sendiri. Tidak dengan dirinya. Mungkin Kath bisa mengubah perasan Aaron yang mencintai Grace menjadi jatuh cinta padanya. Tetapi itu bukanlah Kath yang sebenarnya. Ia tidak ingin membuat Aaron jatuh cinta padanya karena Kath tahu bahwa Aaron mencintai adiknya, dan Kath harus menang dari Grace lalu ia mengecup bibir Aaron di hadapan Grace. Tidak, tidak, tidak. Kath harus menjauh dari Aaron secepat yang ia bisa. Meski keinginannya untuk bersama dengan Aaron lebih besar. Namun Kath tidak boleh egois.
            Kath menarik selimut tebal itu sampai bahunya, memunggungi pintu agar jika Aaron muncul Aaron tidak dapat melihat Kath yang menangis. Kath segera mengelap air matanya saat pintu kamar terbuka. Ia memejamkan mata. Untungnya ia menangis tidak sampai terisak. Pintu terkunci begitu saja. Ia dapat merasakan Aaron naik ke atas ranjang lalu masuk ke dalam selimut yang sama. Aaron memeluk pinggangnya. Ingin rasanya Kath memukul tangan Aaron yang memeluk pinggangnya. Kath merasa seperti selingkuhan Aaron. Atau lebih tepatnya pelacur. Mungkin inilah yang dinamakan hubungan seks tanpa ikatan. Seharusnya Kath berpikir terlebih dahulu sebelum ia meninjau lebih jauh apa yang akan terjadi dengannya bersama dengan Aaron dan lalu membuat hatinya sakit begitu saja. Aaron tidak merasa ada yang berubah sepertinya. Sungguh melegakan bagi Kath. Terlihat senyuman yang mantap dari bibir Aaron.  Sekarang perasaan Aaron benar-benar lega setelah ia mengutarakan perasaannya pada Grace. Sepertinya Aaron harus bermain film. Karena aktingnya untuk menyembunyikan perasaan terhadap Grace benar-benar menipu. Setidaknya, sekarang ia tidak perlu menyembunyikan perasaan itu. Well, yang ia pikirkan sekarang adalah apa yang akan ia katakan pada Kath besok kalau mereka hanya berhubungan badan tanpa ikatan? Terlebih lagi Kath perawan. Pasti wanita itu sangat menyesal. Aaron terpaksa harus tidur agar ia tidak memikirkan itu lama-lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar