***
AUTHOR
Aaron terkejut dengan pernyataan
Kath. Tidak mungkin wanita yang berada di bawah tubuhnya sekarang masih
perawan. Bagaimana mungkin? Dari cara berpakaian dan sikap Kath, ia tidak
terlihat seperti wanita yang masih perawan. Aaron menatap dua pasang mata yang
melihatnya dengan tatapan takut. Beberapa detik kemudian Kath tersenyum,
berpura-pura untuk tidak malu dengan keadaannya yang masih suci itu. Kath tidak
mau berhubungan badan sebelum ia menikah. Tetapi, tiap wanita yang masih
perawan dan diperhadapkan oleh seorang Aaron Bieber, pasti mereka ingin
disentuh tiap inchinya oleh pria seperti Aaron. Terlebih lagi, saat di kelab,
bibir yang seksi itu digigit oleh Aaron. Dan lalu kedipan mata serta tatapannya
seperti meminta Kath untuk mengguncang
tempat tidur bersama. Kath mengelus rambut Aaron yang lembut serta harum itu,
ia menelan ludah.
“Tidak apa-apa,” bisik Kath.
Bayangan Alice muncul begitu saja. Duplikat Alice sekarang ada di hadapannya.
Hanya mata cokelat madu yang lembut yang membuat perbedaan di antara mereka
berdua. Kath mulai memajukan kepalanya, memagut bibir Aaron dengan lembut.
Tersengat oleh sentuhan wanita yang ia tunggu-tunggu sejak seminggu yang lalu,
ia membalas ciuman itu. Sungguh manis rasanya. Mengulum lidah satu sama lain.
Kath tidak pernah merasa begitu panas sampai ia bertemu dengan Aaron. Kedua
tangan Kath meremas rambut Aaron dengan penuh kelembutan, lalu menarik kerah
kemeja putih yang dikenakan Aaron saat Aaron mengecup lehernya. Tubuhnya
bergetar di bawah Aaron, kakinya menegang saat lidah itu mulai menjelajahi
leher jenjangnya hingga Kath harus mendongak untuk merasakan yang lebih lagi.
Aaron mengecup-kecupi leher itu perlahan-lahan. Menghasilkan bunyi cepakan yang
sensual hingga Kath harus meremas kemejanya. Erangan Kath memanggil Aaron untuk
bertindak lebih jauh lagi. Ia membuka satu per satu tiga kancing gaun Kath
sambil mengecup dagu Kath.
“Kau yakin?” Aaron sedikit
ragu-ragu. Awalnya ia memang sangat ingin berhubungan badan dengan Kath. Hanya
untuk menjadikan Kath sebagai pasangan seksnya tanpa hubungan khusus. Bahkan
hari pertama ia melihat Kath, rasanya Aaron ingin merobek paksa blazer yang
Kath kenakan. Lalu menyetubuhi wanita itu di atas meja rapat. Melihat wanita
itu mendesah di bawah tubuhnya dan memohon-mohon pada Aaron untuk menghentikan
pompaannya. Kath menekan kepala Aaron ke belahan sebagai jawabannya. Buah dada
yang ranum serta pas untuk ukuran tubuh Kath benar-benar menyiksa Aaron untuk
bermain pelan-pelan. Terlebih lagi ini adalah pengalaman pertama bagi Kath. Ia
harus membuat Kath memohon pada Aaron untuk yang kedua kalinya. Kulit tubuh
Kath benar-benar halus. Terlebih lagi ketika Aaron menurunkan cup buah dadanya
yang kesempitan. Sangat seksi untuk dilepaskan. Buah dada itu menyembul begitu
saja di hadapan Aaron, jakun Aaron naik turun melihat pemandangan indah yang
pernah ia lihat sebelumnya. Terlihat sangat putih, lembut serta puting berwarna
merah muda benar-benar menggiurkan. Seperti dulu. Kesukaannya. Benar-benar
menggoda, tak bisa ditolak. Saat Aaron mengecup puncak putingnya satu kali,
Kath terkesiap, menarik nafas terkejut karena sentuhan itu. Aaron mulai
menggodanya. Mengecupnya berkali-kali hingga Kath menggelengkan kepalanya ke
kanan dan kiri. Kedua kaki Kath telah memeluk pinggang Aaron, kakinya menekan
punggung Aaron dan perutnya terangkat hingga menyentuh kemeja Aaron.
“Oh, apa yang kaulakukan, Aaron?”
Kath benar-benar tak bisa berpikir saat sentuhan-sentuhan itu menyengatnya.
“Kau suka ini?” Tanya Aaron sekarang
meremas buah dada Kath yang sekarang putingnya menegang keras. Kath mengerang.
“Ssh, pelan-pelan. Aku tahu waktunya tidak tepat, tapi kita sama-sama tahu
kalau kita menginginkan ini sangat buruk. Jangan buat ayahku mendengarmu,”
Aaron memperingati. Terpaksa Kath harus menggigit bibirnya untuk menghindari
erangannya yang kencang ketika Aaron mulai menarik paksa gaunnya untuk lepas
dari tubuhnya. Kali ini Aaron mengangkangi perut Kath, menekan-nekan bagian
tengah celana hingga Kath kembali terkesiap. Kath menarik kepala Aaron untuk
mencium bibirnya. Ia benar-benar haus. Bibir itu kadang terlepas beberapa
sentimeter lalu kembali berpagut. Tangan Kath tak sabar membuat kemeja Aaron
dengan kasar. Ia ingin berhubungan badan dengan Aaron secepat yang ia bisa.
Tangan Aaron bersandar di sebelah kepala Kath, sedangkan yang satunya lagi
mulai menyusup masuk ke dalam celana dalam Kath. Kath tidak pernah
mempersiapkan apa pun, namun ternyata, ia sudah mencukur bulu-bulu halus di
bawah sana. Benar-benar menguntungkan. Saat tangan Aaron menangkup bagian
bawahnya dengan satu telapak tangan, Kath mengerang dalam ciuman itu.
“Benar-benar basah. Mungkin hadiah
kecil untukmu karena ingin datang ke rumahku,” ucap Aaron tersenyum nakal pada
Kath. Aaron bangkit dari perut Kath, mundur ke belakang hingga membelah
lututnya hingga bagian bawahnya benar-benar terbuka untuknya. Aaron berlutut,
ia mencondongkan tubuhnya ke depan agar dapat melihat wajah Kath –lututnya
masih tetap menahan kaki Kath yang mengangkang. Kath menggigit bibirnya ketika
telapak tangan itu mengusap-usap bagian bawahnya naik turun tanpa memasukkan
jarinya ke dalam. Sangat basah, intim, dan tak dapat ditolak. Kath ingin
merasakan seluruhnya. Merasakan apa yang pernah teman-temannya rasakan.
Penasaran apa yang akan terjadi padanya malam ini. Saat cairan yang licin itu
telah membasahi seluruh daerah bawahnya itu, Aaron mulai memfokuskan jari
tengahnya ke bagian paling kecil namun paling intim di tubuh Kath. Kath
terkesiap, kakinya tak dapat ia tutup begitu saja karena lutut Aaron yang
menahannya. Sungguh pria ini benar-benar cerdik membuat wanitanya kenikmatan.
“Oh, apa itu?” Kedua tangan Kath
memegang lengan Aaron yang berotot. Otot-otot itu sekarang terasa sangat panas
dan berkeringat. Aaron mulai menggesek-gesekkan jarinya di bawah sana hingga
pinggul Kath ikut tergoyang untuk menikmatinya. Gesekan itu membuat Kath
mendesah, matanya terpejam. Aaron ingin wanita ini menatapnya saat ia
mendapatkan kenikmatannya. Aaron senang melihat seorang wanita mendapatkan
pelepasan sambil membuka matanya. Sangat intens. “Aaron,” desah Kath bergetar
di bawah tubuh Aaron.
“Buka matamu!” Pinta Aaron
mengancam. Terpaksa mata Kath terbuka, ia terpaku oleh tatapan Aaron yang menyala-nyala
penuh nafsu dan tuntutan. Jarinya semakin cepat menggesek bagian intimnya,
membuat Kath pusing karena kenikmatan ini entah sampai kapan akan berakhir.
“Ya Tuhan, Aaron!” Jerit Kath
tertahan. Saat itu juga Aaron langsung memagut bibir Kath. Kenikmatan tiada
tara itu menyerang tubuh Kath hingga Kath bergetar. Sialan betul saat Kath
ingin menutup kakinya, lutut Aaron menahannya. Kath dapat merasakan ada sebuah
cairan yang terus mengalir keluar dari tubuhnya. Jarinya Aaron tak berhenti,
perut Kath menegang, pinggulnya mulai bergerak-gerak. Berpikir apakah dengan
menggerakan pinggulnya akan membuat kenikmatan ini cepat berlalu karena lutut
Aaron sungguh menyiksanya. Ia tak dapat menutupi kakinya! Sialan. Kath
mengerang, menangis tanpa henti saat pinggulnya terus bergerak. Cairan itu
terus mengalir sampai menembus sela-selan jari Aaron dan membasahi celana dalam
yang masih dipakai. Aaron dapat melihatnya dengan jelas. Sangat seksi. Sangat
intim. Dan sepertinya nikmat untuk diminum. Tangan Kath yang meremas kemeja
Aaron langsung jatuh lemah ke atas tempat tidur. Wanita itu berusaha untuk
menstabilkan pernafasannya. Apa-apaan yang baru saja terjadi?
“Benar-benar bagus,” puji Aaron
bangkit dari tempat tidur. Ia langsung melepaskan celana dalam Kath yang basah
itu lalu membuangnya ke sembarang arah. Tangannya yang baru saja mengusap
bagian bawah Kath itu benar-benar basah dan licin. Aaron melepaskan celana jins
yang ia pakai dan celana dalamnya. Kejantanannya itu sudah benar-benar tegang.
Ia mengusap-usap kejantanannya dengan cairan Kath yang basah itu di sepanjang
kejantanannya. Kath masih menggerak-gerakkan kakinya secara perlahan, ia
kelihatan sangat lelah. Telanjang. Terbuka. Dan benar-benar waktu yang tepat
untuk menyetubuhinya. Bagian bawahnya terlihat merah muda dan basah mengilap.
Aaron kembali mengambil celana jins yang ada di atas lantai lalu merogoh
kantongnya untuk mengambil sesuatu. Sebuah kondom. Tentu saja ia harus memakai
pengaman. Ia memakainya perlahan-lahan sambil matanya menatap Kath.
“Apa-apaan yang baru saja terjadi?”
Kath bertanya penuh kebingungan. Aaron merangkak naik ke atas tempat tidur lalu
menindih tubuh Kath. “Oh, apa itu?” Kembali Kath bertanya saat merasakan
sesuatu menyentuh perutnya. Licin.
“Kau benar-benar polos. Penampilan
yang bagus untuk menutupinya,” Aaron tersenyum. Ia menyelipkan rambut Kath yang
panjang itu ke belakang telinga. Kath tidak mengerti apa yang ia Aaron katakan,
jadi ia terdiam saja. Ia baru saja melewati kenikmatan yang belum pernah ia
rasakan sebelumnya. Ia mengerti mengapa teman-temannya sungguh senang saat
Jumat malam tiba. Ia sepenuhnya mengerti. “Kau siap?”
“Untuk apa?”
“Aku belum mendapatkan kenikmatan
yang sama,” ucap Aaron mulai menggesek-gesekkan ujung kejantanannya ke bibir
bagian bawah Kath. Kath terkesiap kembali, ia langsung memeluk punggung Aaron. “Kau
siap?” Mata Aaron bertemu dengan Kath. Kath menatap Aaron penuh kekhawatiran.
Bagaimana jika benar-benar menyakitkan? Bagaimana jika Kath tidak berhasil
melewati bagian tersakitnya? Bagaimana jika Aaron memperlakukannya tidak
selembut tadi? Namun melihat mata sayu dan menggoda itu tak dapat Kath tolak
begitu saja. Kath mengangguk dengan mantap.
“Ini hanya akan sakit sesaat,” bisik
Aaron mulai menenggelamkan kepalanya ke sela leher Kath. Kath dapat merasakan
sesuatu melesak masuk ke dalam tubuhnya. “Oh, sialan, kau sangat panas!” Erang
Aaron tertahan akan jepitan bagian bawah Kath yang benar-benar ketat itu. Aaron
mengangkat kepalanya, keningnya mencium kening Kath. Bibir mereka tidak benar-benar
terpagut, hanya tergesek-gesek. Kath memejamkan matanya, merasakan sakit luar
biasa di bagian bawahnya. Rasa ini benar-benar menyesakkan tubuh Kath hingga
terpaksa Kath harus menjerit. Aaron langsung mencium bibir Kath, memagutnya
tiap dua detik untuk meredamkan jeritan itu serta membuat Aaron lebih
terangsang dalam waktu yang bersamaan.
“Sakit,” bisik Kath tertahan.
“Oh, demi Tuhan!” Aaron mengerang
tertahan ketika seluruhnya masuk ke dalam. Ia mendiamkan kejantannya di sana
untuk beberapa menit agar Kath dapat beradaptasi dengan kejantanannya di dalam
tubuh Kath. Kath mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan, ia mengerang
pelan. “Kau siap?”
“Untuk apa kau memasukiku jika aku
tidak siap? Cepat lakukan,” Kath memohon, kali ini.
“Baiklah,” Aaron mulai menggerakkan
pinggulnya dengan lembut. Ia menempatkan kedua tangannya ke sisi tempat tidur,
meremasnya untuk menahan jepitan nikmat dari bagian bawah Kath. Ia tidak dapat
menahan erangannya tiap kali kejantanannya keluar masuk ke dalam tubuh Kath.
Kath mendesah di bawah tubuh Aaron, kedua lututnya terangkat ke atas. Ia tidak
pernah berpikir rasanya akan senikmat ini.
“Kau sangat nikmat,” erang Aaron.
“Oh, Aaron. Rasanya sangat nikmat.
Sialan,” Kath terisak karena ia tak sanggup menerima kenikmatan senikmat ini.
Pinggul Aaron semakin bergoyang dengan kencang hingga tempat tidur itupun
terguncang dengan hebat. “Ada sesuatu yang akan …” Ucapan Kath terhenti begitu
saja, ia menggigit bibir bawahnya untuk tidak berteriak karena ada sesuatu yang
meledak di tubuhnya. Aaron terus menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas tubuh
Kath tanpa mempedulikan Kath yang sudah mendapatkan kenikmatan. Rasanya seperti
seluruh tenaga Kath terkuras habis dengan keluarnya cairan-cairan itu. Justin
mendongakkan kepalanya ke atas, jepitan bagian bawah Kath benar-benar
menyiksanya. Ia tidak ingin ini semua berakhir. Aaron tidak ingin cepat-cepat
berhenti melakukan ini bersama dengan Kath. Gairah Kath kembali tersulut.
Cairan yang keluar dari tubuh Kath benar-benar melumasi bagian bawah Kath agar
kejantanan Aaron lebih mudah keluar masuk. Namun remasan dari bawah sana
benar-beanr tak bisa Aaron tahan. Ia ikut menggigit bibirnya, kepalanya masih
mendongak ke belakang, lalu pinggulnya bergerak sekencang yang ia bisa hingga
Kath benar-benar berteriak, bahkan sedikit kesakitan. Kenikmatan itu
mengalahkan kesakitannya. Yang ia rasakan hanyalah ledakan kenikmatan lagi,
yang sama seperti tadi. Pertahanan Aaron runtuh begitu saja. Ia mengerang
sekencang dan terus memasukkan kejantannya lebih dalam dengan hitungan jari. “Kath!”
“Sialan, Aaron,” desah Kath memegang
pundak Aaron. Tubuhnya mengejang untuk beberapa saat lalu bergerak kaku selama
beberapa detik. Sampai akhirnya Aaron benar-benar lelah, ia ambruk ke atas
tubuh Kath. Namun tidak memberatkan Kath. Kepala Aaron diselipkan ke dalam
leher Kath lalu mengecupnya. “Mengagumkan,”
“Aku tahu,” Aaron kembali mengangkat
kepalanya dan mengecup bibir Kath dengan lembut. Suara tawa dari luar kamar itu
tak dapat mereka berdua dengar karena mereka terlalu sibuk berciuman. Justin
tampaknya ikut terangsang dengan desahan serta erangan mereka berdua yang
saling menyahut. Dari tadi ia mencuri dengar hubungan intim mereka dari awal
hingga akhir. Jantung Justin berdegup kencang.
Lalu ia berpikir, mungkin Aaron dan Kath adalah pasangan yang cocok.
“Dad, apa yang kaulakukan di sana?”
Suara Grace terdengar begitu saja. Mengejutkan Justin setengah mati. “Apa yang
mereka lakukan?” Grace menaikkan salah satu alisnya.
“Kau tahulah, ‘Aw, baby, jangan berhenti. Yeah, benar. Di
sana. Di sana.’” Justin mengikuti suara desahan wanita saat sedang berhubungan
badan. Grace memutar bola matanya dengan kesal, lalu ia pergi dari hadapan
Justin untuk masuk ke dalam kamarnya. Justin hanya tertawa ketika ia sadar kalau
tadi ia benar-benar lucu. Tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka. Membuat
Justin terkesiap, terkejut atas kemunculan Aaron. Aaron sudah mengenakan
pakaiannya meski rambutnya sudah kusut. Aaron terkejut. Ia mengusap wajahnya
sebentar saat ia melihat ayahnya berdiri di hadapannya. Sebisa mungkin Aaron
sabar pada tingkah ayahnya. Tidak percaya kalau ayahnya akan mencuri dengar apa
yang ia lakukan dengan Kath tadi. Kath sedang membersihkan diri di kamar mandi.
“Demi Tuhan, Dad! Jangan bilang kau
baru saja …” Aaron menutup pintu kamar, ia menatap ayahnya dengan kesal. “Sulit
dipercaya. Sangat sulit dipercaya!” Aaron membentak benci.
“Justin, apa yang kaulakukan?”
Alexis muncul sambil menggendong Justin kecil yang sudah terlelap dalam
gendongannya. Kepalanya bersandar di bahu Alex. “Aaron, apa yang terjadi?”
“Dad sudah gila! Kau begini caranya,
aku tidak akan pernah bisa mendapatkan kekasih!” Aaron menggelengkan kepalanya,
ia pergi meninggalkan keduanya menuju kamar tidurnya sendiri. Ia ingin ganti
baju. Sedangkan Alexis mendekati Justin yang berdiri sambil mengusap-usap
tengkuknya.
“Apa kita baru saja mendapatkan
pengganti Alice?” Alex bertanya penasaran.
“Yeah. Kurasa begitu. Ternyata Aaron
hebat di atas ranjang,” Justin berkomentar. “Kau mau aku melakukannya padamu
seperti Aaron melakukannya pada Kath? Sial, anak itu benar-benar hebat di atas
ranjang.”
***
Bukan salah Grace untuk jatuh cinta
pada kakaknya sendiri. Bukan ia yang memilih untuk jatuh cinta pada kakaknya,
tetapi hatinya yang memilih. Memang rasanya sangat salah jatuh cinta pada kakak
sendiri. Namun Grace selalu berpikir bahwa itu tidak apa-apa. Ia tidak memiliki
hubungan darah dengan kakaknya yang diambil dari panti asuhan. Kadang Grace
berpikir mengapa orangtua Aaron sangat bodoh melempar anaknya ke panti asuhan.
Jika tidak, sudah pasti Grace memacari kakaknya sekarang. Pasti Aaron akan
setampan sekarang, mungkin dengan keangkuhan yang berbeda. Malamnya, Grace
tidak dapat memejamkan matanya. Ia terpaksa harus keluar dari kamar dan menyalakan
televisi di ruang keluarga yang berada di lantai dua. Meski Grace sudah
bertumbuh menjadi seorang gadis menuju wanita, ia masih mengenakan piyama
berwarna merah muda dengan gambar beruang. Ia memakan makanan ringan sambil
menonton acara televisi yang membosankan. Acara itu benar-benar tak berguna! Ia
masih belum bisa menghilangkan bayang-bayang kakaknya berada di atas tubuh
Kath, wanita jalang itu, menurut Kath. Wajar saja bilang Kath cemburu akan
wanita itu, ia juga menginginkannya kakaknya seperti Kath menginginkan Aaron.
Jika Aaron melepaskan dirinya dari keluarga Bieber dan mengubah nama
belakangnya, Grace bisa saja mudah mendapatkan Aaron. Terlebih lagi, ia tidak
bisa bersatu dengan Aaron hanya karena nama belakang. Sialan benar, bukan?
Grace menyandarkan tubuhnya ke sisi
sofanya –ia duduk di karpet lembut—lalu menengadahkan kepalanya. Mulutnya
mengunyah makanan ringan itu dengan damai. Lalu kepalanya kembali menegak, dan
menonton televisi kembali. Didengarnya suara bukaan pintu dari salah satu kamar
tetapi Grace tak bergeming. Ia kembali memasukkan makanan ringan itu ke dalam
mulut dengan mata terus menatap televisi tanpa memerhatikan sama sekali.
Pendengarannya terlalu mengacu pada suara langkahan kaki yang semakin lama
semakin mendekatinya. Orang-orang di rumah ini sudah tertidur. Jam juga sudah
menunjukkan pukul tengah malam tepat. Tiba-tiba saja muncul Aaron dari balik tembok
dengan pakaian tidurnya yang berwarna hitam. Pria itu tampak tampak jika
dilihat dalam keremangan ruangan. Lampu-lampu dimatikan, hanya cahaya dari
televisi dari ruang main Juber yang dinyalakan –yang cukup jauh dari ruang
keluarga lantai atas—jadi sekarang ruang keluarga terlihat remang-remang.
“Hey,” Aaron mendekati Grace yang
menatapnya. Ia segera terduduk di sebelah adiknya lalu merebut kantong makanan
ringan yang Grace pegang. “Mengapa belum tidur?” Grace menoleh, ia memeluk perutnya.
“Belum mengantuk,” ia tidak
sepenuhnya berbohong. Mungkin memang ia sedikit mengantuk, tetapi tiap kali ia
memejamkan matanya, ia tidak dapat tidak memikirkan bagaimana Aaron dan Kath
berhubungan badan. Bahkan mantan pacar Grace yang sekarang sudah pindah tempat
tinggal tidak pernah berhubungan badan dengan Grace lagi. Well, memang tidak
akan pernah bisa lagi. Sejak Aaron menendang selangkangan mantan pacar Grace
sejak saat itu Grace tidak pernah berhubungan badan dengan siapa pun. Mungkin
satu-satunya pria yang ia impikan untuk tidur bersamanya satu ranjang hanyalah
Aaron.
“Aku tahu kau sedang memikirkan
sesuatu. Ceritakanlah,” Aaron ikut bersandar pada sofa. Grace tidak pernah bisa
berbohong sesuatu pada Aaron, kecuali perasaannya terhadap Aaron selama ini. Grace
menyandarkan kepalanya ke atas bahu Aaron lalu mengembuskan nafasnya. Tatapan
matanya sekarang sudah tidak tertuju pada televisi, melainkan kaki Aaron yang
terjulur. Seluruh tubuh Aaron pernah pasti pernah disentuh oleh Kath. Hati
Grace meremuk begitu saja jika ia memikirkannya.
“Apa kau menyukainya?” Tanya Grace.
“Kath. Apa kau menyukai Kath?”
Aaron sudah menduga inilah
pertanyaan Grace. “Tidak juga. Aku hanya senang dengan tubuhnya, sebenarnya.
Tidak lebih. Mungkin kita hanya akan berteman,” jelas Aaron. Entah mengapa
ketakutan Grace belum menghilang begitu saja. Ingatan tentang Alice mulai
berputar di otaknya. Menurut Grace, hubungan Kath dan Aaron akan berakhir sama
ketika Aaron bersama dengan Alice. Awalnya Aaron menyukai Grace, tetapi lama
kelamaan Aaron menyukai Alice entah kenapa. Dan meninggalkan perasaannya
terhadap Grace lalu berpaling kepada Alice. Cukup sakit untuk diingat. Dan
cukup ditakuti sekarang jika kejadian itu kembali terjadi. Aaron bukan pria
yang mudah ditebak. Ia bisa bertindak sesuatu yang tidak pernah dipikirkan
orang di sekitarnya. Seperti menyetubuhi Alice di toilet restoran mungkin? Dan
seperti baru-baru ini saja. Ia menyetubuhi Kath saat yang lain masih terjaga.
Apa mereka tidak cukup gila untuk memancing Jonathan atau si kembar mencuri
dengar apa yang mereka lakukan di dalam kamar? Cukup berbahaya, tetapi tidak
cukup berbahaya bagi Aaron.
“Apa dia seperti Alice?” Pertanyaan
itu tidak dapat Grace tahan. Ia tidak ingin Aaron mendapatkan gadis seperti
Alice kembali. Ia hanya ingin menjadi miliknya. Bagaimana pun caranya, ia harus
bersama dengan Aaron. Terdengar hembusan nafas Aaron tajam.
“Mengapa kau bertanya seperti itu?”
Tanya Aaron menundukkan kepalanya hingga bibirnya menyentuh rambut Grace. Grace
mendongak ke atas sehingga wajah mereka berada dalam jarak dekat. Mata Grace
tertuju pada bibir itu. Bibir yang benar-benar mengundangnya untuk
mengecupinya.
“Menurutmu? Kau tahu aku, Aaron. Aku
kesal jika kau mendapatkan wanita lain,”
“Mengapa? Apa karena kau
mencintaiku?” Tanya Aaron menembak hati Grace tepat pada sasarannya. Nafas
Grace tercekat. Matanya tak sanggup untuk menatap mata Aaron, jika sekali ia
menatap Aaron, maka Aaron akan mendapatkan jawaban yan tidak akan bisa Grace
sangkal. Bibir Aaron menekan bibir Grace begitu saja. Mata Grace membulat,
terkejut akan serangan Aaron. Ini impiannya sejak dulu. Aaron mengecup bibirnya
dan sekarang itu benar-benar terjadi. Terasa sangat hangat dan lembut. Aaron
mulai memagut bibir bawah Grace yang dibalas oleh Grace. Aaron melepaskan
bibirnya begitu saja tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Justru ia memang
menikmati mencium bibir adiknya. Padahal ia tidak sedang mabuk. “Tapi kau tahu
kita tidak akan pernah bersatu,” kata-kata itu meluncur bagaikan bom yang
menghancurkan hati Grace. Itu adalah kenyataan yang tidak akan bisa Grace
terima. Ia tidak bisa untuk tidak bersatu dengan Aaron. Ia merasa Aaron-lah
yang pantas menjadi kekasihnya di masa depan. Menjadi ayah dari anak-anaknya.
Bukan Kath atau siapa pun.
“Mengapa kau tidak berusaha untuk
menyatukannya?” Tanya Grace berusaha untuk menahan tangisannya. Aaron tampaknya
tahu apa yang akan segera terjadi pada Grace. Mata Grace mulai berkaca-kaca. “Kita
bisa melakukannya jika kau mau,”
“Tidak jika Mom sudah melarangnya,”
“Aku tidak peduli dengan perkataan
Mom,” Grace membuang wajah bersamaan dengan air matanya yang mulai jatuh,
menetes. Segera telapak tangan Aaron mengelap pipi Grace yang basah. “Apa
menurutmu kita tidak cocok? Mengapa kau memilih Kath sedangkan kau masih bisa
memilih aku?”
“Aku tidak bisa melakukan itu
padamu,” Aaron tidak dapat menyembunyikan nada sedih dari suaranya. Ia tidak
bisa melihat adiknya sedih seperti ini. Meski Aaron sudah mengetahui perasaan
Grace terhadapnya sudah lama, ia memilih waktu yang tepat untuk mengatakannya.
Bodohnya, Aaron memilih waktu malam ini. Malam yang akan mengundang
adik-adiknya terbangun bila Grace menangis sesenggukan. “Kau tahu apa yang akan
terjadi pada Mom jika ia tahu kita berdua memiliki perasaan yang sama. Ia pasti
akan membunuhku,” Aaron berucap sambil mengelus buku-buku jari Grace. Grace
mendongak, melihat Aaron yang matanya tampak gelap seperti kehilangan. Kalimat
itu benar-benar membuat tanda tanya besar bagi Grace. Apa Aaron memiliki
perasaan yang sama dengan Grace? Tidak mungkin. Dari gerak-gerik Aaron selama
ini, Aaron tidak pernah menunjukkan bahwa ia menyukai Grace.
“Kau juga mencintaiku?” Tanya Grace
berbisik. Aaron menyelipkan sejumput rambut Grace ke belakang telinga lalu
tersenyum lemah.
“Kenapa tidak? Mungkin dulu memang
aku pernah mencintaimu, lalu aku mencintai Alice. Tetapi gadis yang selama ini
berada di hatiku mungkin sekarang kau. Hanya saja, aku berusaha untuk
membohongi perasaanku. Aku hanya …” Aaron mendesah, ia menggeleng-gelengkan
kepalanya tidak mengerti mengapa ia harus mengakui perasaan yang sebenarnya
pada Grace. “Aku hanya tidak ingin membuatmu terluka. Atau membuka Mom terluka.
Dad tidak akan keberatan jika kita berhubungan badan sekarang. Tetapi bagaimana
dengan Mom? Ia mungkin lebih memilih bunuh diri dibanding ia harus melihat aku
dan kau saling jatuh cinta,” Aaron kembali mengecup bibir Grace singkat. Mengapa
tidak sejak dulu saja ia mengecup bibir adiknya yang manis? Grace tidak
menangis sampai terisak, ia hanya tidak sanggup menerima fakta yang dipaparkan
di hadapannya. Grace menyandarkan kepalanya ke dada Aaron. Perasaanya lebih
baik. Setidaknya Grace tahu bahwa kakaknya memiliki perasaan yang sama pada
Grace.
“Mungkin kita bisa kabur
bersama-sama dan menikah,” Grace mengkhayal. Aaron tergelak dengan impian
Grace. “Apanya yang lucu? Aku serius,” Aaron berhenti tersenyum. Ia tidak bisa
melakukan itu bersama dengan adiknya. Bahkan Kath yang berada di kamarnya sudah
ia lupakan begitu saja. Seolah-olah Kath hanyalah boneka seks bagi Aaron yang
hanya akan Aaron mainkan. Aaron menepuk-nepuk bahu adiknya lalu menghela nafas
panjang.
“Tidak mungkin itu bisa terjadi,”
“Mungkin saja. Jika benar kau
mencintaiku, pasti kau akan melakukan apa pun agar kita bisa bersatu. Mengapa
tidak kau lakukan itu? Membawaku kabur kemana saja? Aku akan ada di sisimu
dimana pun kau berada, well, kecuali di toilet tentunya,” Grace memutar bola
matanya sambil terkekeh. Matanya masih basah, namun hatinya sekarang tenang
karena kejujuran Aaron yang tiba-tiba. Well, ia jika Aaron bisa bersikap jujur
seperti ini sejak dulu, mungkin sekarang mereka sudah kabur bersama-sama pergi
dari rumah yang jauh sampai ibu dan ayah mereka tak bisa menemukan mereka.
“Kau bahkan belum menjawab
pertanyaanku tadi,”
“Bukankah sudah jelas? Aku juga
mencintaimu!” Bisik Grace tertahan pada Aaron lalu memukul perut kencangnya.
Aaron tertawa lalu ia mulai menggoda Grace dengan mencium pundaknya. Gracer
tertawa mendapat perlakuan Aaron, ia mendorong kepala Aaron. “Berhenti Aaron!”
Pintu sebuah kamar terbuka begitu
saja. Membuat mereka menjauh diri masing-masing. Membeku melihat pintu yang
terbuka. Tentu saja pintu kamar Alexis yang terbuka, terlihat Alexis yang
menggendong Justin kecil mengangkat salah satu alisnya. Sepertinya Justin kecil
terbangun karena mereka dari tadi. Sekarang wajah Aaron terlihat sangat lucu.
Seolah-olah Aaron baru saja mengotori lantai dengan tumpahan susu putih. Grace
hanya menundukkan kepalanya sambil tersenyum, tak bisa ia tahan senyuman itu
karena ia terlalu senang mengetahui perasaan kakaknya yang sama dengannya.
“Apa yang kalian berdua lakukan?”
Alexis masih tidak dapat mencerna apa yang sedang terjadi. Tiap kali ia
mendengar suara rengekan dari Justin kecil, pasti ia langsung terjaga dan
menggendongnya agar Justin kecil tertidur kembali. Namun mendengar suara orang
tertawa dari luar membuat Alexis terpaksa membuka pintu untuk mencaritahu.
Ternyata dua anaknya sedang bermain-main seperti anak kecil. “Bukankah
seharusnya kalian berada di tempat tidur?”
“Mom, kita bukan anak kecil,” Aaron
memperingati. Alexis mengangguk satu kali, setuju. Lalu ia mundur masuk ke
dalam kamar. “Jangan lupa matikan televisi jika kalian ingin tidur,”
“Pasti.” Grace mengangkat dua jempol
dengan senyum sumringah. Alexis tidak mengerti apa yang terjadi dengan anaknya
yang labil itu, ia menutup pintu. Padahal tadi Grace marah-marah karena
mengetahui Aaron bersetubuh dengan Kath, namun sekarang ia terlihat begitu
bahagia. Alexis tidak begitu peduli karena ia sangat mengantuk. Sepertinya Kath
peduli dengan apa yang terjadi barusan. Tampaknya memang akan menjadi prilaku
yang buruk bagi Kath yang mencuri dengar apa yang adik-kakak tadi
perbincangkan. Langkahan kakinya menuju tembok itu tidak dapat didengar oleh
keduanya karena mereka terlalu sibuk berbicara satu sama lain. Kath terbangun
ketika Aaron bangkit dari tempat tidurnya, membuat Kath ikut keluar dari kamar.
Namun ia bersembunyi begitu saja ketika Aaron mulai duduk di sebelah Grace dan
mengecup adiknya. Kath terkesiap, tentu saja, ia tidak percaya dengan apa yang
kaka beradik itu lakukan. Dan yang lebih parahnya lagi, Aaron mengabaikan Kath
yang berada di kamarnya. Maksudnya, setelah menyetubuhi Kath, sekarang Aaron
mencium Grace? Bukankah itu sikap pria brengsek? Kath tidak tahan ketika Grace
mulai mengajak Aaron kabur bersama. Ia masuk ke dalam kamar kembali dan menutup
pintu tanpa membuat suara sedikitpun. Ia melemparkan dirinya ke atas tempat
tidur, menangis sejadi-jadinya. Dan berharap Aaron tidak datang ke kamarnya
untuk beberapa menit ke depan.
Harapan-harapan Kath terhadap Aaron
pudar sudah. Ia sudah tahu apa yang Aaron rasakan sekarang. Aaron mencintai
adiknya sendiri. Tidak dengan dirinya. Mungkin Kath bisa mengubah perasan Aaron
yang mencintai Grace menjadi jatuh cinta padanya. Tetapi itu bukanlah Kath yang
sebenarnya. Ia tidak ingin membuat Aaron jatuh cinta padanya karena Kath tahu
bahwa Aaron mencintai adiknya, dan Kath harus menang dari Grace lalu ia
mengecup bibir Aaron di hadapan Grace. Tidak, tidak, tidak. Kath harus menjauh
dari Aaron secepat yang ia bisa. Meski keinginannya untuk bersama dengan Aaron
lebih besar. Namun Kath tidak boleh egois.
Kath menarik selimut tebal itu
sampai bahunya, memunggungi pintu agar jika Aaron muncul Aaron tidak dapat
melihat Kath yang menangis. Kath segera mengelap air matanya saat pintu kamar
terbuka. Ia memejamkan mata. Untungnya ia menangis tidak sampai terisak. Pintu
terkunci begitu saja. Ia dapat merasakan Aaron naik ke atas ranjang lalu masuk
ke dalam selimut yang sama. Aaron memeluk pinggangnya. Ingin rasanya Kath
memukul tangan Aaron yang memeluk pinggangnya. Kath merasa seperti selingkuhan
Aaron. Atau lebih tepatnya pelacur. Mungkin inilah yang dinamakan hubungan seks
tanpa ikatan. Seharusnya Kath berpikir terlebih dahulu sebelum ia meninjau
lebih jauh apa yang akan terjadi dengannya bersama dengan Aaron dan lalu
membuat hatinya sakit begitu saja. Aaron tidak merasa ada yang berubah
sepertinya. Sungguh melegakan bagi Kath. Terlihat senyuman yang mantap dari
bibir Aaron. Sekarang perasaan Aaron
benar-benar lega setelah ia mengutarakan perasaannya pada Grace. Sepertinya
Aaron harus bermain film. Karena aktingnya untuk menyembunyikan perasaan
terhadap Grace benar-benar menipu. Setidaknya, sekarang ia tidak perlu
menyembunyikan perasaan itu. Well, yang ia pikirkan sekarang adalah apa yang
akan ia katakan pada Kath besok kalau mereka hanya berhubungan badan tanpa
ikatan? Terlebih lagi Kath perawan. Pasti wanita itu sangat menyesal. Aaron
terpaksa harus tidur agar ia tidak memikirkan itu lama-lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar