***
Aaron sedang berada di kelab. Ia
menatapi wanita-wanita yang menari-nari di atas lantai dansa, mengikuti irama
musik. Sudah berkali-kali ia menghubungi Kath, tetapi Kath malah mematikan
ponselnya sehingga Aaron tidak dapat menghubunginya sekarang. Cukup mengesalkan
menghadapi wanita yang satu itu, namun cukup menantang untuk didekati. Aaron
belum menghubungi Grace untuk meminta maaf atau apa pun. Ia tidak pulang
bersama-sama hari ini. Aaron sudah menduganya. Grace tidak pernah ingin pulang
bersamanya jika hati Grace mengalami suasana buruk pada Aaron. Aaron tidak
mengerti dengan pikiran-pikiran wanita. Sudah jelas-jelas fakta ada di
depannya, tetapi mereka masih mengelak. Aaron tahu Kath menginginkannya, namun
mengapa Kath ingin menjauhinya? Dan Grace, ia sudah tahu bahwa mereka berdua
hanyalah sepasang kakak beradik yang cintanya tidak akan pernah direstui,
mengapa ia harus memaksa? Hal-hal seperti itu sulit dicerna oleh pikiran Aaron.
Sedang meminum bir di bar
–akhir-akhir ini ia tidak memakai ruang VIP—tiba-tiba saja seorang wanita
menyapanya dari jarak jauh. Wanita itu melambai-lambaikan tangannya pada Aaron
dengan raut wajah senang. Aaron tidak begitu mengingat siapa wanita itu sampai
akhirnya wanita berbibir merah itu sudah ada di hadapannya. Ibu Kath. Aaron
tidak ingin bertemu ibu Kath, ia ingin bertemu Kath! Bukan ibunya. Selena
memanggil bartender untuk menyiapkan bir untuknya satu. Lalu ia duduk di atas
kursi, ia menyandarkan punggungnya di meja bar.
“Hai, Aaron. Apa kabarmu?” Tanya
Selena berbasa-basi. Aaron menium birnya terlebih dahulu lalu hanya tersenyum
pada Selena. Ia tidak begitu ingin berbicara sekarang. Raut wajah Selena
berubah begitu saja, seolah-olah ada suatu bencana yang sebentar lagi akan
mendatanginya. “Ada apa denganmu dan Kath? Aku tidak bertemu dengannya
akhir-akhir ini. Kami bertengkar,”
“Well, aku juga bertengkar
dengannya. Dia bilang dia ingin menjauhiku. Apa menurutmu itu adalah ide bagus
Kath?” Tanya Aaron menatap mata Selena.
“Itu yang ia katakan saat aku
bertengkar dengannya! Ia ingin menjauhimu. Aku bingung dengan anakku yang satu
ini, ia tampak sulit dijinakkan. Padahal menurutku, kalian berdua sangat
serasi. Pasti ada sesuatu yang membuatnya ingin menjauhimu. Apa kau sudah tahu
mengapa?”
“Aku sudah tahu,” ucap Aaron. “Mrs.
Bloodworth –“
“Ah, kau tidak perlu memanggilku
seperti itu. Kau bisa memanggilku Selena, tidak apa-apa,” Selena
menggeleng-gelengkan kepalanya, tangannya mengibas-ngibas udara seperti sedang
mengusir debu. Aaron mengangguk satu kali.
“Selena, aku harap kau ingin
membantuku untuk mendapatkan anakmu. Aku benar-benar menginginkannya. Jika kau
ingin membantuku, ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu,” ucap Aaron
menghela nafas panjang. Kedua alis Selena terangkat, ia ingin menyimak, tentu
saja. Ia akan melakukan apa pun agar anaknya bisa bersama-sama dengan Aaron.
Mereka berdua adalah pasangan yang serasi! Siapa yang tidak menyukai mereka
berdua ketika sedang bersama-sama? Mereka tampak manis.
“Tentu saja aku akan membantumu. Apa
itu?” Tanya Selena, penasaran. Ia mulai meminum birnya yang dari tadi sudah ada
di belakang lengannya. Ia menenggaknya sampai setengah.
“Sebentar lagi aku berulang tahun,
jika kau tidak keberatan, tolong beritahu Kath 5 hari ke depan aku akan
berulang tahun. Ajak dia ke rumahku bersamamu dan suami. Terserah kau ingin
mengajak siapa pun, yang jelas, kau harus membawanya. Ulang tahunku akan
dirayakan di sebuah vila. Aku akan memberitahu informasi lebih lanjut di sini.
Temui aku tiga hari ke depan di sini, jam 7. Dan kita akan benar-benar
membicarakannya,” jelas Aaron yang Selena amati baik-baik. Selena
mengangguk-anggukkan kepalanya, mengerti.
“Baiklah. Aku pasti akan
memberitahunya. Well, aku lihai dalam masalah berbicara. Kau tidak perlu
takut,”
‘Terima kasih, Mrs.Blood—Selena, aku
sangat menghargainya. Aku permisi,” Aaron berpamitan, meninggalkan Selena
sendirian di bar. Selena hanya tersenyum-senyum karena akhirnya, Aaron
benar-benar menginginkan anaknya. Kesempatan emas! Hebatnya, Aaron tidak sama
sekali mengingat siapa Selena. Padahal dulu, Selena pernah berusaha untuk
mengeloninya agar tertidur. Well, Aaron adalah salah satu alasan mengapa Selena
tidak ingin memiliki anak laki-laki. Karena anak laki-laki sangat menyebalkan.
Namun jika Selena pikir-pikir, Aaron tidak begitu menyebalkan.
***
“Grace?” Aaron membuka pintu kamar
Grace yang tidak terkunci. Lampu sudah dimatikan, tanda Grace sudah tertidur.
Kenyataannya tidak, Aaron dapat mendengar isak tangis dari Grace. Tampaknya
Grace membuang-buang waktunya untuk menangis. Aaron tidak ingin Grace menangis,
tidak pernah ada maksud Aaron untuk menyakiti hati adiknya. Memang Aaron tahu
ini adalah sebagian dari kesalahannya karena ia terlalu tampan dan menggoda.
Adiknya bahkan tidak dapat menahan rasa suka padanya. Namun sebagian adalah
kesalahan Grace juga, karena Grace sudah jelas tahu bahwa cintanya yang tumbuh
tidak akan pernah bisa berbuah menghasilkan buah cinta yang manis. Tidak akan pernah bisa. Aaron menutup
pintu kamar Grace, ia masuk ke dalam. Lampu tetap mati, ia tahu Grace tetap
ingin berada dalam kegelapan.
“Pergilah Aaron, kau menyusahkan
jika kau ingin tahu,” ucap Grace terisak. Aaron bukanlah orang yang bisa
diberitahu satu kali, ia malah merangkak naik ke atas ranjang. Ikut berbaring
di sebelah Grace lalu menarik pundak Grace yang ditutupi oleh selimut. Grace
memunggunginya, hanya rambut yang dapat Aaron lihat. Namun selimut itu
bergerak-gerak saat Grace terisak.
“Mengapa kau harus menangis?” Tanya
Aaron mengelus pundak Grace.
“Karena hanya ini yang bisa
kulakukan! Kau tidak akan bisa membuatku senang dalam jangka waktu panjang.
Yang kaupikirkan hanyalah kesenanganmu, jadi, kau tidak ada gunanya untuk
sekarang,” ucap Grace masih menyembunyikan wajahnya dari Aaron, kali ini dengan
bantalnya. Aaron tergelak mendengar ucapan Grace. Rasa bersalah menjalar di
tubuh Aaron sekarang. Tidak seharusnya Aaron menarik tangan Grace sekasar itu
dan memberikan harapan-harapan bodoh yang tidak akan pernah bisa Aaron penuhi.
“Itu tidak sepenuhnya benar,” Aaron
mengelak. “Aku tahu mengapa kau mencintaiku,”
“Kenapa?” Tanya Grace dengan suara
serak. Ia masih terisak, namun sudah tak menangis.
“Aku terlalu tampan untuk tidak
dicintai. Mengakulah, tidak apa-apa. Aku selalu menerima kata ‘ya’ dibanding
‘tidak’. Kau juga pasti tidak bisa mengelak,”
“Kau memang terlalu tampan, terlalu
tampan untuk kutinju! Demi Tuhan, Aaron, aku ingin meninju wajahmu agar kau
tidak tampan lagi. Atau paling tidak perut atau dadamu. Tanganku sangat gatal,”
ujar Grace meringkuk. Ia menggaruk-garuk punggung tangan kanannya dengan gemas.
Aaron melihat tingkah adiknya yang lucu itu lalu memaksa Grace untuk berbalik.
“Oh, Grace!” Grace meninju perut
Aaron begitu saja dengan kencang. Cukup sakit ternyata. “Baiklah, kau sudah
memukul, jadi kita adil.”
“Tidak pernah ada kata adil dalam
hubungan kita, kau tahu,”
“Jangan mulai Grace,” Aaron
memperingatinya.
“Aku mencintaimu, kau tahu,” Grace
memindahkan kepalanya ke atas dada Aaron yang berbaring di sebelahnya. Mata
Grace tidak begitu bengkak, hanya memerah. Ia menatap tembok dalam keremangan
karena sinar bulan yang masuk melalui jendela. Air matanya mengalir. “Tidak
pernah ada kata adil dalam hubungan kita.”
***
Kebanyakkan orang berpikir kalau
Kath adalah wanita yang tidak mudah takluk oleh pria-pria yang mendekatinya, ia
sangat kasar dan tidak pedulian. Kath juga bahkan berpikir tentang apa yang
orang lain pikirkan terhadapnya, ia sempat setuju dengan pernyataan itu. Ia
memang sangat kasar dan tidak pedulian terhadap pria-pria yang mendekatinya.
Bahkan beberapa orang di sekitarnya berpikir kalau Kath adalah seorang penyuka
sesama jenis. Kath kurang yakin dengan pernyataan yang satu itu. Ia sempat
berpikir, siapa yang akan bisa menaklukannya? Sudah ada banyak pria yang
mendekatinya, tetapi tidak satupun dapat menarik perhatiannya. Sampai akhirnya
ia bertemu dengan seorang pria yang sekarang menjadi rekan kerjanya. Seorang
yang menegurnya ketika ia masuk ke dalam ruang pertemuan karena
keterlambatannya yang seharusnya berakibat fatal. Pria itu memikat hatinya saat
mata cokelat hangatnya bertemu dengan mata harimau yang dingin serta panas itu
bertemu. Hatinya terpikat dalam pandangan pertama, itu cukup membuat Kath
terkejut akan dirinya sendiri. Seharusnya dari awal Kath berpikir bahwa pria
itu berbahaya.
Keberadaannya di atas ranjang
bersama pria itu terasa sangat menyenangkan, sebenarnya. Ia berpikir mungkin
ada peluang besar untuk mendapatkan pria yang sekarang bisa menaklukan hatinya
dalam waktu singkat. Ternyata ia salah besar! Pria yang ia sukai malah
mencintai adiknya sendiri. Apakah ini yang disebut adil? Saat ia sudah
mendapatkan pria yang ia inginkan, pria itu malah memilih orang lain yang tidak
lain dan tidak bukan adalah adiknya sendiri. Hatinya seperti diinjak-injak
begitu saja. Terlebih lagi, dua anggota dari keluarga pria itu sudah tidak
menyukainya, menganggapnya sebagai pelacur. Sakit hatinya semakin terasa
menyakitkan. Sebelumnya, tidak pernah ada yang berani memanggilnya sebagai
pelacur. Kebersamaannya bersama pria itu baru berjalan selama 2 hari, namun
rasanya sangat lama. Mereka seperti mengenal satu sama lain dalam jangka waktu
yang panjang. Dan sekarang 2 hari yang menyenangkan itu sudah menjadi kenangan
baginya.
Kath mengembuskan nafasnya. Ia
menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan bermotor dari atas balkon
kondominiumnya. Tidak ada yang menyenangkan selama dua hari ini. Ibunya tidak
datang ke rumahnya selama dua hari pula. Padahal ia sudah menghubungi ibunya
untuk datang ke rumahnya karena ia merasa sangat bosan. Aaron menghubunginya
sepanjang hari agar bisa mendengarkan suaranya. Namun yang Kath lakukan hanya
meninggalkan ponselnya di dalam rumah dan meninggalkannya selama ia bekerja di
kantor. Pria itu tampaknya tidak ingin membiarkan Kath pergi dari kehidupannya.
Kath sudah menerima kenyataan yang orang-orang juga sudah bisa melihatnya
dengan jelas, mereka tidak bisa melanjutkan hubungan yang serius jika salah
satu dari mereka tidak mencintai. Keinginan bukan berarti sesuatu yang
dibutuhkan. Aaron memang ingin memiliki Kath, tetapi, apakah Kath dibutuhkan
oleh Aaron? Kath melipat bibirnya ke dalam lalu menggesek-gesekkannya hingga
dagunya ikut bergerak.
Matahari mulai terbenam. Ia tidak
menyukainya. Entah mengapa, ia tidak tahu alasan jelasnya. Kath berjalan masuk
ke dalam kamarnya karena ia mendengar suara bel tertekan. Ia mengambil salah
satu ikat rambutnya di atas meja rias lalu kembali berjalan menuju pintu
kamarnya. Sambil mengikat rambutnya, ia berteriak.
“Tunggu sebentar,” ujarnya dengan
nada suara yang tenang. Setelah rambutnya benar-benar terikat, ia membuka
pintunya tanpa melihat dari kaca lingkaran di pintunya. Seorang pria yang ia
benar-benar ingin jauhi kembali datang membawakan seikat bunga mawar putih,
lagi. Bunga mawar itu selalu datang tiap siang ke kantornya oleh pengantarnya
dan tiap malam diantarkan oleh pria yang membelinya. Aaron. Kath mendesah.
Tangan kirinya memeluk bagian bawah dadanya dan tangan kanannya bertopang di
sana. Tangannya meninju-ninju keningnya karena ia sudah tidak tahu harus
berbuat apa pada Aaron yang keras kepalanya. Bahkan ia ingin menangis. Usahanya
untuk menjauh darinya seolah-olah gagal begitu saja akan kedatangannya selama
dua hari ini. Kath menarik nafasnya dalam-dalam lalu mendongak.
“Aaron, harus berapa kali aku
memberitahumu? Kita tidak bisa bersama-sama. Aku harus menjauh darimu,” ucap
Kath dengan suara sedih.
“Mengapa?” Aaron bertanya dengan
nada suara kecewa. Bunga mawar yang awalnya berada di dadanya sekarang menurun
bersama dengan tangannya di samping paha. “Kath apa alasannya?”
“Aku …” Kath berpikir sebentar. “Aku
sudah memiliki pacar baru. Jadi, menjauhlah,” ucapnya asal. Tangannya mulai
mendorong pintu untuk menutupnya, namun kembali lagi, Aaron menahannya.
“Kau berbohong, aku tahu,” suara
Aaron tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Mengapa Kath ingin sekali
menjauhinya? Aaron menginginkan Kath, meski hatinya masih pada Grace, tetapi
mungkin saja Kath dapat mengubah perasaannya. Bukan hanya Kath dan Grace
merasakan kebimbangan, Aaron memiliki rasa bimbang yang lebih berat dibanding
mereka berdua. Dan Aaron tahu itu adalah kesalahannya sendiri karena telah
mengakui perasaannya pada Grace lalu Kath telah mengetahuinya, entah bagaimana
bisa tahu itu. “Kath, aku tahu kau berbohong. Kau menginginkanku,”
“Tidak, aku sudah memiliki pacar,”
ucap Kath. Tiba-tiba saja seorang pria muncul dari belakang tubuh Aaron, hanya
sekedar lewat. Namun Kath langsung berlari ke arah pria bertubuh jangkung,
cukup tampan dan berpakaian serba hitam. “Samuel! Ya ampun, mengapa kau tidak
menjawab teleponku tadi? Aku sudah berkali-kali menghubungimu!” Kath meraih
lengan pria itu, memeluknya lalu berucap dengan nada marah pada pria asing itu.
Kath bahkan tidak tahu kalau pria ini tinggal di sebelah kondominiumnya! Dia
tidak pernah melihat pria ini sebelumnya. Raut wajah pria itu bingung untuk
sementara sampai akhirnya ia melihat wajah Kath yang cantik. Kath langsung
membalikkan tubuh Samuel agar bisa berhadapan dengan Aaron. Aaron melihat
akting wanita di hadapannya. Sekarang Aaron bisa melihat drama lucu di
hadapannya. Mengapa Kath rela melakukan hal itu untuk menjauhinya? Sulit
dipercaya.
“Samuel?” Tanya pria itu bingung.
Pria itu ternyata tidak terlalu buruk. Terlihat sangat manis. Matanya berwarna
biru saat pria itu menatap Kath. Kedua alisnya bertaut.
“Ya, bodoh! Apa kau sudah lupa
ingatan? Namamu Samuel. Bagaimana bisa kau melupakannya? Eh, omong-omong ada
temanku ingin bertemu denganmu,” ucap Kath merasa gugup karena pria ini tidak
bisa berimprovisasi. “Ini temanku, Aaron. Aaron ini pacarku, Samuel,”
Aaron menggelengkan kepalanya. “Kau
membuat dirimu seperti orang bodoh, Kath. Kau tidak perlu melakuan itu. Kau
bahkan tidak tahu nama asli pria ini, bukan? Kath, berhentilah bersikap seperti
ini. Dan kau. Pergilah dari sini!” Perintah Aaron dingin. Pria itu langsung
beranjak dari tempat, tetapi Kath tetap menahannya.
“Siapa kau berani-beraninya menyuruh
pacarku pergi? Samuel, maafkan temanku sayang,” ucap Kath menarik pipi pria yang
ia panggil Samuel itu, mengelusnya dengan lembut. Entah mengapa sekarang Aaron
ingin meninju pipi pria itu! Mengapa pria asing itu bisa lebih beruntung
dibanding Aaron? Aaron terengah ketika ia melihat pemandangan yang paling
menjijikan seumur hidupnya. Seumur hidupnya! Kath mengecup bibir pria asing itu
seperti saat Kath mengecupnya saat berada di atas tempat tidur. Bagaimana
mungkin Kath ingin melakukan hal itu di depan Aaron hanya demi membuat Aaron
menjauh darinya? Bukan membuat Aaron ingin mengikuti keputusan Kath, Aaron
malah merasa sakit hati, kecewa, dan marah dalam waktu bersamaan. Raut wajah
pria yang dikecup itu terkejut sebentar, matanya melotot lalu mulai merileks
saat Kath mulai memagutnya. Bunyi cepakan dari ciuman mereka terdengar sampai ke
telinga Aaron. Bibir pria itu ingin Aaron tinju sampai benar-benar hancur.
Aaron menggelengkan kepalanya, kecewa. Sangat kecewa.
“Aku hanya ingin memberitahu padamu
kalau dua hari ke depan aku akan berulang tahun dan menginginkanmu berada di
hari perayaan ulang tahunku di sebuah vila. Semua pilihan ada di tanganmu,”
ucap Aaron dengan nada suara sedih, marah, dan kecewa. Ia benar-benar tidak
percaya Kath akan melakukan hal itu di depannya! Mencium pria asing yang belum
tentu bibir itu bersih hanya demi membuat Aaron menjauh darinya! Mata Kath yang
awalnya menatap Aaron dengan tatapan kesal itu sekarang melunak. Kedua alisnya
yang awalnya menegang dan menyatu itu sekarang melemas saat melihat Aaron
berbicara dengan nada lemah. Bahkan mata Aaron sekarang terlihat gelap. Aaron
memegang bunga itu, ia tidak jadi memberikannya pada Kath. “Aku permisi,” ucap
Aaron melangkah menabrak mereka berdua, sengaja agar mereka berpisah. Dua
tangan yang saling berkaitan itu membuat Aaron hampir gila!
“Aaron,” suara Kath benar-benar
kecil saat memanggil nama Aaron. Matanya ikut menatap kemana Aaron pergi. Pria
itu memunggunginya, tidak menoleh ke belakang sekalipun. Bisa dikatakan Aaron
sekarang benar-benar terpukul karena perlakuan Kath terhadapnya. Dan Kath
benar-benar menyesal. Aaron …Aaron tidak pernah melakukan itu pada Kath. Pria
itu berhenti di depan lift, lalu saat lift itu terbuka, ia masuk ke dalam. Saat
itulah mata mereka kembali bertemu. Kath bisa melihat dengan sangat jelas bahwa
mata itu memerah karena menangis. Air mata itu mengalir di pipi Aaron meski
tidak deras, ia sakit hati. Pintu lift tertutup saat Kath mulai berlari. Sudah
terlambat. Aaron sudah pergi.
Kath berusaha menghubungi Aaron,
tetapi kali ini Aaron tidak mengangkat teleponnya. Bahkan ia mematikan
ponselnya saat untuk yang kebelasan kalinya Kath menekan nomornya. Kath
benar-benar menyesal telah melakukan hal tadi pada Aaron. Bahkan pria yang ia
panggil Samuel itu sekarang menyukainya, namanya Richard. Namun Kath
menceritakan apa yang terjadi, tetapi pria itu tidak peduli. Kath tidak bisa
menyalahkan Richard karena itu salah Kath sendiri. Bunyi pintu bel terdengar
kembali, membuatnya bangkit dari tempat tidur sesegera mungkin. Berharap
–sangat berharap—kalau yang datang adalah Aaron. Ia ingin meminta maaf pada
Aaron, sungguh ingin meminta maaf padanya. Saat ia membuka pintunya, ternyata
bukan Aaron. Hanya ibunya yang membawa sekantong makanan di tangannya. Ibunya
tersenyum senang sambil mengangkat kantong makanan yang dibawa itu di hadapan
Kath. Kath langsung membalikkan tubuhnya malas karena bukan Aaron yang datang.
Well, mungkin ibu bisa membantunya.
“Hey, Kath, ada masalah apa sayang?
Beritahu Mom,” ucap Selena melangkah masuk. Ia menutup pintu lalu mengikuti
anaknya yang duduk di atas sofa sedang menengadahkan kepalanya di sisi sofa.
Selena berusaha untuk bisa memperbaiki hubungan mereka yang retak hanya karena
masalah pria. Terakhir kali Kath menyinggung masalah Selena bukan ibunya adalah
ketika ia berumur 16 tahun, saat ia benar-benar krisis identitas. Setelah itu
ia meminta maaf dan tidak pernah berbicara seperti itu lagi pada Kath. “Kau
lapar? Mom membawakan makanan untukmu,”
“Tidak, Mom, aku tidak lapar,” Kath
menolaknya. Tubuh Kath bergerak-gerak untuk mendapatkan posisi yang nyaman saat
duduk. Ia memeluk perutnya, memerhatikan ibunya yang duduk di atas karpet
sambil membuka bungkus makananan. Ibunya bersimpuh, bibirnya terus tersenyum,
membuat Kath bingung sendiri mengapa ibunya tersenyum seperti itu. Jika ibunya
tersenyum terus menerus berarti ada sesuatu yang membuat ibunya senang. “Mom,
mengapa kau tersenyum-senyum seperti itu?”
“Well, tebaklah,” ucap Selena
menggoda anaknya.
“Aku sedang malas berpikir Mom,
beritahu aku saja,” Kath mendesah, ia menekuk wajah karena terlalu lemas untuk
bergerak atau berpikir. Mungkin ini salah satu dampak ia telah menyakiti hati
Aaron. Yang Kath tidak percaya adalah saat Aaron menangis di dalam lift.
Matanya berkaca-kaca dan memerah. Meski air matanya tidak mengalir deras di
pipinya, mungkin hanya selintas, lalu selesai. Pintu lift tertutup. Kath pernah
membuat anak lelaki menangis karena sikap kasarnya pada mereka dan tidak merasa
bersalah sama sekali, namun Aaron? Ini berbeda. Dia pria yang berbeda bagi
Kath. Pria lain menyombongkan kekayaannya di hadapan Kath –pria-pria yang
ayahnya pernah perkenalkan pada Kath dari anak temannya—cukup membuat Kath muak
karena Kath juga memiliki apa yang mereka miliki. Jadi, untuk apa pria itu
menyombongkan diri? Bahkan kekayaannya bukan hasil kerja dari diri sendiri,
mereka masih bergantung pada orangtua mereka sendiri. Sangat menyedihkan.
“Aaron mengajakmu ke vila untuk
perayaan ulang tahunnya! Well, Mom bertemu dengannya di bar beberapa hari yang
lalu. Ia memberitahu padaku untuk mengajakmu ke perayaan ulang tahunnya! Kita
bisa pergi bersama-sama ke sana. Kau bisa mengajak Michael, aku mengajak Brad,”
“Mom!” Kath menegur ibunya yang
sudah gila. “Apa-apaan? Kita tentu tidak akan bisa mengajak mereka ke ulang
tahun Aaron. Aku juga bahkan belum mengambil keputusan apa aku akan ikut atau
tidak,” ucap Kath tidak erpcaya ibunya akan berkata seperti itu dan menyembunyikan
berita ulang tahun Aaron. Berarti ibunya lebih dahulu tahu dari pada Kath.
Sulit dipercaya ibunya telah bertemu dengan Aaron di bar! Dan Aaron mengajak
Kath ke perayaan ulang tahun melalui ibunya agar Kath mau pergi ke perayaan
ulang tahunnya? Cukup berani untuk pria seukuran Aaron yang langsung bertanya
pada orangtua wanita yang disukainya. Dan hari ini Aaron meminta Kath untuk
ikut ke sana juga. Well, dua kali permintaan. Berarti dia memaksa Kath untuk
pergi hari ulang tahunnya.
“Dia menginginkanmu, Kath! Dia
menyukaimu. Dia bahkan meminta Mom untuk mengajakmu pergi ke vila untuk
merayakan ulang tahunnya. Berarti dia memang menginginkanmu. Apa dia sudah
menanyakan hal ini padamu?” Tanya ibu Kath menelengkan kepala ke samping. Kath
mengangguk, ia tidak ingin mengingat masalah tadi untuk sekarang ini. Ia
menghela nafas.
“Apa menurut Mom, jika aku pergi ke
hari ulang tahunnya akan membuatnya senang?” Tanya Kath ragu-ragu.
“Tentu saja dia akan senang! Oke,
Mom harus pergi sekarang. Sudah jam 6 lewat. Ini makananmu, makanlah yang
banyak agar kau bersemangat. Mom mencintaimu.” Selena bangkit dari karpet lalu
mendekati Kath, menarik kepalanya dan mengecup kening anak perempuannya. Selena
harus bertemu dengan Aaron di bar sekarang. Sebentar lagi jam 7 malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar