Minggu, 22 Desember 2013

Cerpen: Mr.Bieber Sucks Part 4




****

Baiklah, baiklah. Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang, yang pastinya ..aku sedang melihat Justin dan One Direction sedang latihan di atas panggung karena besok malam, konser akan dimulai. Aku baru saja disetubuhi Justin, dan aku mungkin tidak merasa sakit hati. Memang terdengar murahan dan aku tidak peduli apa yang kalian bicarakan. Aku mencintainya. Dan memang sebenarnya, walaupun kita mencintai seseorang kita tidak perlu memberikan seluruh tubuh kita pada mereka (sebelum menikah). Aku benar-benar bodoh dan aku tahu itu.  Dan aku tidak peduli jika aku akan hamil meski sekarang aku memang masih sedang melewati masa subur. Aku akan menyalahkan Justin. Karena aku tahu dari Alfredo ..bahwa Alfredo sebenarnya mandul. Aku bahkan tidak mengerti mengapa ia memiliki anak, dan ternyata aku baru tahu saat ia memberitahuku bahwa ia mengadopsi anak. Berarti, sperma Alfredo sungguh tidak berfungsi di dalam rahimku. Dan aku benar-benar kasihan padanya.

“Nicki, kemarilah,” ucap Justin tiba-tiba saat Nicki sedang asyik bermain dengan ponselnya. Dengan gaya yang super genit, Nicki berjalan ke atas panggung dengan dada yang bergoyang-goyang. Iuh. Justin merangkul Nicki dan lalu ia mendekatkan Nicki pada Niall.

“H-hai, ap-apa kabar?” tanya Niall yang kelihatannya ..takut?! Astaga! Tuhan! Aku sungguh ingin tertawa sekarang. Justin melirikku dan mengedipkan satu matanya padaku. Aku sungguh malu. Dia benar-benar genit, untuk sekarang ini. Kuharap ia tidak menarik-ulur hatiku. Aku hanya bisa berharap.


****

Justin memegang pinggangku dengan kedua tangannya sedangkan aku terus tersenyum melihatnya. Aku dan Justin sedang berada di dalam bus. Hanya berdua. Dalam kegelapan. Aku melingkarkan kedua tanganku pada lehernya. Aku tidak mengira kalau Justin akan memperlakukanku semanis ini. Aku tidak berpikir sebelumnya. Dan seharusnya, aku tidak melakukan ini pada Justin karena ia telah menyakiti hatiku. Tapi, aku tahu ia labil. Aku memakluminya. Bibirku menyentuh bibirnya dengan sangat lembut. Ia mulai memasukkan lidahnya pada mulutku dan bermain dengan nyaman. Eksotis. Tangannya mulai turun ke arah bokongku dan langsung saja aku menaikkan tangannya pada pinggangku lagi sambil masih mencium bibirnya.

“Aku tidak akan pernah melupakan ciuman terbaik ini,” ucap Justin berbisik dan kembali menciumku lagi. Aku tersenyum dan lalu mengecup-ngecup bibirnya berkali-kali.

“Justin, aku tidak akan hamil,” ucapku menatapnya dan berhenti berciuman. Kemudian, kaki kami bergerak secara bersamaan walau tanpa ada musik. 

“Aku tidak berharap kau hamil, aku tahu Alfredo mandul. Aku sekarang tahu, kau mencintaiku bukan?” tanya Justin yang membuat hatiku melompat dan aku tersentak begitu saja. Aku terdiam, tak sanggup mengucapkan satu katapun. Dan aku berpikir, apa mungkin Kenny memberitahu Justin?!

“Bubu, apa kau menyukai Harry? Aku sering mendapatkan dirimu melihat Harry sambil tersenyum-senyum. Apa kau menyukainya?” tanya Justin lagi. Aku menganggukkan kepalaku lalu menggigit bibir. Masih terasa basah. Maksudku, bibirku masih terasa basah karena Justin. Tiba-tiba Justin menarikku untuk masuk ke dalam kamarnya. *ceklek* Ia menutup pintunya dengan cepat. Padahal aku ingin menjawab pertanyaan Justin. Dan Justin langsung menjatuhkan tubuhku di atas kasur dan menindih tubuhku. Semoga ia tidak melakukannya lagi meski aku bersedia untuk melakukannya. Aku tidak peduli dengan perkataan kalian! Aku memang murahan.

Justin mulai menciumi leherku dengan gairah yang menggebu-gebu. Dan ia mulai memegang kedua tanganku ke atas sehingga sekarang tanganku sedang berada di atasku.

“Oh, astaga! Ya ampun. Aku sungguh minta maaf,” ucap seseorang tiba-tiba. Aku dan Justin benar-benar terkejut akan kedatangan orang tersebut. Aku ingin mati sekarang. Jantungku sungguh berdebar-debar. Justin langsung berdiri dari tubuhku. Dan melihat Harry yang sedang berjalan untuk keluar dari Bus.

“Harry! Harry, tunggu!” teriak Justin dengan cepat dan langsung mengejar Harry. Tangan Harry tercengkram oleh tangan Justin dan langsung saja Harry berbalik.

“Tolong jangan beritahu siapa-siapa,” ucap Justin dengan getaran suara yang ketakutan. Aku berdiri dan menghampiri mereka. Terlihat Harry berpikir-pikir sejenak, sungguh aku ingin menampar wajahnya. Kemudian, ia menatapku selama 3 detik dan lalu ia tersenyum.

“Oh, tentu saja. Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa,” ucap Harry yang membuat senyuman Justin mengembang. Hatiku kembali melompat di dadaku dan tersenyum dengan senangnya. Aku sungguh berterimakasih pada Harry. Aku tidak ingin kejadian tadi tersebar pada seluruh fans Justin. Aku akan segera mati jika itu memang benar-benar terjadi.


****

Aku dan Harry sedang melihat Justin yang sedang tampil hari ini setelah tadi ia telah selesai berkolaborasi dengan Justin dan berhasil membuat para fans Justin berteriak kegirangan saat ia dan Zayn bernyanyi. Aku bahkan tidak tahu kalau fans Justin menyukai One Direction juga. Harry memegang tanganku dengan erat. Aku melirik ke arahnya dan kulihat ia tersenyum manis.

“Hei,” sapanya terlambat. Seharusnya daritadi ia menyapaku, tapi tidak apa-apa.

“Uh, hei. Penampilanmu bagus sekali tadi,” ucapku memuji. Ia tertawa kecil, meski aku tidak bisa mendengar tawaannya karena tepat saat ia tertawa, teriakkan para Fans Justin terdengar dengan meriahnya karena aku lihat tadi Justin membuka jaketnya. Dan ia hanya memakai jaket kulit, jadi tidak ada dalamannya sehingga terlihat perut sixpack-nya itu. Meski menurutku, tubuh Harry lebih bagus dan lebih bidang.

“Oh God, dia menangis. Hei, jangan menangis. Aku Justin Bieber,” ucap Justin kepada seorang penggemarnya. Belieber. Belieber ini menangis terharu saat Justin memegang tangannya. Dan lalu ia menyanyikan lagu One Less Lonely Girl. Kemudian, Justin menarik tangan Belieber ini untuk duduk di sebuah kursi dan memberinya sebuah jaket yang tadi Justin lepas. Untuk pertama kalinya, Justin memberikan jaketnya untuk Beliebernya. Dia memakaikan jaket itu kepadanya –belieber-.

“Aku tahu itu pasti bau, tapi itu bau Justin Bieber. Dan aku harap kau tidak akan melupakan bau wangiku,” ucap Justin padanya. Belieber itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus menangis terharu dan berusaha untuk menghapus air matanya. Tiba-tiba Harry mempererat pegangan tangannya padaku dan Justin menatap kami berdua sambil tersenyum. Seperti biasanya.


Lagu demi lagu telah dinyanyikan oleh Justin. Dengan lagu penutup Believe, ia nyanyikan bersama-sama para dancers. Saat lagu Believe selesai dinyanyikan, Justin pergi ke belakang panggung. Dan beberapa detik kemudian dia datang kembali sambil membawa sebuah ponsel ditangannya.

“Ada satu orang yang selalu mengusulkanku untuk terus mengutamakan kalian. Awalnya aku berpikir, ‘Hei, aku menyukai Nicki Minaj’. Tapi ia menyadarkanku untuk lebih menyukai kalian, seperti yang kalian tahu sendiri,” ucap Justin yang membuat aku tercengang karena bingung. Aku bahkan tidak mengerti apa yang ia katakan.

Hei, aku Justin. Well, ini suaraku yang seksi. Apa kau suka? Yeah, ahh .. Seperti itu. Kau dengar? Ini untuk kalian. Beliebers-ku. Aku ingin sekali kalian berada di ranjangku, aaahhh,” rekaman dari ponsel Justin terdengar saat Justin mendekatkan mikrofon pada ponselnya. Aku ingat kejadian sewaktu itu, saat aku lebih menyarankannya untuk memberikannya pada Fans-nya sebelum aku dan  Justin tertidur. Kudengar ada beberapa Fans Justin berteriak dengan kencang ‘Aku ingin bercinta denganmu!’ ‘Aku sangat mencintaimu Justin’.

“Aku tahu itu terdengar konyol. Tapi, aku sungguh mencintai kalian,” ucap Justin mencium tangannya lalu mengangkat tangannya ke udara dengan jari berbentuk ‘damai’. Kemudian, ia kembali masuk ke belakang panggung. Gemuruh teriakkan para fans Justin sangat terdengar di telinga sehingga telingaku minta di potong sekarang juga. Aku tersenyum.


****

“Apa yang kaulakukan tadi dengan Harry tadi?” tanya Justin diruang latihan. Tentunya di dalam bus. Seharusnya, sekarang kita bermain-main air diluar bersama yang lain. Tapi Justin menolaknya.

“Apa? Aku tidak melakukan apa-apa,” ucapku dengan bingung. Apa yang aku lakukan dengan Harry?


****

Aku terus menggeleng-gelengkan kepalaku saat aku melihat Justin dan para kru bermain perang air. Padahal Scooter sudah menyuruh mereka semua untuk masuk ke dalam bus dan pergi lagi ke Los Angeles. Sesekali Harry melirik ke arahku sambil mengedipkan satu matanya. Dan kejadian ini kami rekam. Dan akan diunggah di Youtube nantinya. Kata Justin, biar para fans tahu kalau dia itu normal. Semua orang tahu kalau Justin normal, atau menurutku Abnormal. Itu menurutku.

“Okay, guys. Ini Justin Bieber, dan aku mencintai kalian,” ucap Justin pada kamera yang menyorotnya dengan kaus dalam hitam dan rambut yang begitu basah. Seksi sekali. Kemudian Justin langsung berhamburan kemana-mana membuatku tertawa. *Crot-crot* Siapapun itu, aku ingin mencekiknya. Aku disemprot oleh air dari pistol-pistolan. Aku melihat Zayn si Arab itu tertawa dengan senangnya. Aku ikut tertawa paksa.

“Hahaha,hahaha,hahaha. Zayn itu tidak lucu,” ucapku tiba-tiba berhenti tertawa dan langsung menatapnya dengan tatapan Aku Mempunyai Kuku Panjang. Zayn masih tertawa-tawa dengan senangnya. Aku menutup mataku saat Justin juga menyemprotkan air tersebut tepat dimulutku. Sekarang dua orang itu tertawa dengan senangnya.

“Terima ..aa! Cuih! Setan kau, Justin!” ucapku jengkel saat aku ingin berbicara ia malah menyemprotkan air itu ke dalam mulutku sehingga aku tersedak. Aku langsung mengejar tubuh Justin yang basah itu sedang Zayn ikut mengejarku dari belakang. Gila! Justin cepat sekali berlari. HAP! Tiba-tiba aku dipeluk dari belakang. Aku tertawa kegelian saat tangannya memeluk pinggangku.

“Hei, aku tidak tahu kalau kau begitu seksi,” bisik Zayn tepat ditelingaku. Tawaku terhenti begitu saja dan masih terkekeh sedikit. Aku menatap Justin yang sudah masuk ke dalam bus. Dengan cepat aku melepaskan pelukan Zayn.

“Kita harus masuk,” ucapku saat sadar bahwa Bus sudah akan berjalan. Aku dan Zayn langsung berlari masuk ke dalam Bus.

Mataku membulat saat aku melihat tubuh seksi Harry terlihat. Astaga! Dia lebih seksi daripada Justin. Justin melihatku, terlihat tidak suka jika aku mengagumi Harry. Dia bilang, alasan ia mendekatiku lagi adalah ..ia merasa tidak nyaman dan merasa kehilangan. Cukup masuk akal. Untung baju tidak terlalu basah, mungkin hanya baju bagian belakangku karena tadi aku dipeluk oleh Zayn yang basah.

“Bubu,” panggil Justin. Aku langsung menghampirinya dan dengan cepat ia menarik tanganku untuk masuk ke dalam kamarnya. Dan lalu, ia membuka bajunya tepat di depan mataku. Ia tertawa sejenak. Padahal tidak ada yang lucu.

“Aku lebih seksi daripada Harry bukan?” tanya Justin yang membuatku bingung bagaimana aku harus menjawabnya. Jika aku jujur, Justin pasti akan sakit hati karena memang kenyataannya Harry yang lebih seksi. Ini hanya hal sepele. Dan kenapa Justin harus membandingkannya? Oh yeah, aku baru sadar. Dia kan masih anak-anak.

“Jujur,” ucap Justin saat aku baru ingin menjawab bahwa ia lebih seksi (dalam mimpi).

“Baiklah, Harry lebih seksi daripada kau,” ucapku dengan cuek. Kemudian aku terduduk di atas kasurnya. Dia langsung melempar bajunya ke segala arah dan lalu melihatku.

“Aku tahu itu,” ucap Justin yang membuatku bingung. Dia tidak marah? Oh, ini sungguh tidak lucu.


****

“Kau bisa merasakannya?” tanya Justin saat kami ingin tertidur. Bus sudah berjalan sejak 25 menit yang lalu dan para kru telah tertidur. Tinggal aku dan Justin yang belum tertidur. Ia menarik tanganku dan menyentuhkannya pada dadanya. Jantungnya berdetak dengan begitu kencang. Aku menganggukkan kepalaku.

“Itu adalah perasaanku jika aku bertemu dengan Beliebers, mereka ada di sini,” ucap Justin yang membuatku tersenyum. Mungkin memang Beliebers ada di hatinya, tapi Justin ada di hatiku. Untuk selamanya. Kurasa. Aku tidak bisa memastikan itu.

“Bubu, kau tahu? Tadi aku menemui seorang anak kecil, dia perempuan. Dan orangtua dari anak kecil ini memintaku untuk menggendong anak ini dan mereka akan mengambil gambarku dengan anak mereka,” ucap Justin yang tidak membuatku terkejut. Aku sudah bisa melihat itu. Aku menganggukkan kepalaku sambil memperlihatkan wajah ‘Lalu?’.

“Dan, anehnya ..Ini benar-benar memalukan. Anak kecil itu menangis,” ucap Justin yang membuatku tertawa lepas. Ini sungguh-sungguh aneh. Aku bahkan tidak mengerti mengapa anak kecil itu menangis. Padahal ia sedang berfoto bersama seorang Justin Bieber. Apa kalian bergurau? Banyak jutaan wanita di  dunia ini ingin mengambil foto bersama Justin Bieber. Dan anak kecil ini menangis? Bunuh aku saja.

“Sssh, jadi ..apa boleh aku menyentuh dadamu?” tanya Justin yang membuatku tersinggung. Dadaku?

“Maksudku, aku juga ingin merasakan detak jantungmu,” ucap Justin yang membuat tersenyum kembali setelah tadi  aku memberikannya wajah yang HAH!? Kemudian, ia mendekatkan tangannya pada diriku. Eh!? Kurang ajar, ia malah menyentuh dada kiriku. Dengan wajah tanpa dosa dia malah tertawa dan langsung memindahkan tangannya pada dada tengahku.

“Oh yeah, itu aku bisa merasakannya. Kau kurus sekali,” ucap Justin mengejekku. Oh yeah, tentu saja. Itu kan Justin. Jadi, tidak mungkin jika dia tidak mengejekku. Tapi tiba-tiba tangannya meremas dada kiriku. Aku langsung memukul celana bagian tengahnya, seperti yang kalian ketahui sendiri. Itu adalah Bieberconda. Yang pernah masuk ke dalam ..uh. Aku tidak ingin memberitahu kalian.

“Justin, aku tidak mau,” ucapku saat Justin memberikan senyuman mesumnya. Dengan cepat ia memeluk tubuhku dan mengeratkannya. Kalau hanya berpelukan seperti ini aku mau.

“Aku mencintaimu,” ucap Justin tidak kedengaran.  Tunggu, apa benar? Aku tidak begitu jelas mendengarnya karena suaranya begitu kecil.

“Apa?”

“Tidak jadi,” ucap Justin yang membuatku mendengus dengan kesalnya.


****

“Hei, kemari kau,” ucap Carly yang tiba-tiba saja memanggilku saat Bus kami berhenti di sebuah parkiran Radio Disney. Justin diundang di sana dan aku baru saja turun dari Bus. Aku menghampiri Carly yang berdiri di belakang Bus dan menatapku dengan nista.

“Ada apa?” tanyaku dengan wajah yang polos. Ia tidak sama sekali tersenyum dan menatapku dari bawah hingga atas.

“Apa yang kaulakukan pada Justin hingga ia menjauh dariku?” tanya Carly yang membuatku sedikit bingung. Apa yang membuat Justin menjauh darinya? Mana aku tahu. Seharusnya ia bertanya pada Justin langsung. Eh! ASTAGA! Wajah Bedak 5 cm tiba-tiba datang. Maksudku, Nicki Minaj. Ia menatapku dengan tatapan nista juga.

“Yeah, apa yang kaulakukan pada Justin hingga ia menjauh dari kita? Huh?” tanya Nicki dengan suara cemprengnya. Dengan cuek aku hanya mengangkat kedua bahuku dan langsung melengos pergi. Eh! Tanganku ditarik oleh Nicki dengan cengkraman yang begitu kuat. Aku meringis. Dasar Bibir Tebal 10 cm! Ish! Kesal sekali aku melihatnya.

***

“Hei, Justin,” sapa Nicki dengan genitnya saat Justin  masuk ke dalam Bus dan ia langsung meraba-raba dada Justin di depan mataku. Aku sedang terduduk di kursi belakang, seperti biasanya. Aku ingin sekali menonjok bibir Nicki hingga berdarah.

“Oh, hei,” sapa Justin dengan cuek. Aku tertawa dalam hati. Kasihan sekali, mencoba untuk merayu Justin tapi tak berhasil. Justin langsung berjalan ke arah tempat minuman, di dekat kamarnya. Dan Nicki langsung menatapku dengan tatapan dingin. Ish! Sudah tua masih saja mau sama yang muda. Seharusnya ia sadar diri.

“Justin,” ucap Carly dengan suara yang dibuat ..seksi?! Oh c’mon. Aku saja tidak pernah seperti itu pada Justin. Yang ada Justin yang seperti itu padaku. Astaga, aku baru sadar kalau mereka benar-benar menginginkan Justin. Justin yang sedang meminum air hanya memberi senyuman pada Carly. Scooter telah masuk Bus. Kita melanjutkan kembali perjalanan kami menuju Las Vegas.

Kemudian Justin menatapku dan tersenyum dengan manisnya. Ia berjalan ke arahku dan mengabaikan Carly yang mengelus-elus dadanya. Astaga! Ini benar-benar lucu sekali. Justin duduk di sebelahku dan langsung merangkulku. Aku benar-benar ingin tertawa.


****

Aku hamil. Aku sungguh tidak percaya ini. Lututku bergetar saat aku melihat alat tes kehamilan yang menunjukkan bahwa aku positif hamil. Aku menyandarkan tubuhku pada washtafel yang berada di belakangku. Aku sekarang sadar, setelah akhir-akhir ini aku mual dan merasa tidak enak badan. Dan, sudah sejak 5 hari yang lalu seharusnya aku menstruasi. Astaga, Tuhan! Aku terjongkok dan mengeluarkan air mata. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar bingung. Kemudian, aku memejamkan mata sejenak. Dan lalu, aku membuka mataku lalu berdiri. Bus masih berjalan.

Aku keluar dari kamar mandi Justin ini dan melihat Justin yang sedang bersantai di tempat tidurnya sambil bermain dengan ponselnya. Dan lalu ia melihatku dengan senyuman. Aku tidak membalas senyumannya. Kemudian, senyuman Justin surut setelah ia sadar kalau aku sedang menangis. Justin langsung melemparkan ponselnya ke segala arah dan menghampiriku.

“Kau kenapa?” tanya Justin dengan penuh perhatian. Aku memberikan alat tes kehamilanku yang kulapisi dengan plastik. Ia melihatnya dengan tatapan terkejut tapi ia tidak memperlihatkan kekejutannya. Ia menatap mataku yang sudah berair ini. Kemudian ia memelukku.

“Sssh, sudahlah tidak apa-apa. Aku tahu ini sangat berat,” ucap Justin mengelus-elus pundakku dengan lembutnya. Aku mengangguk dan masih menangis. Isak tangisku benar-benar mengharukan Justin. Justin menangis juga. Aku bisa merasakan airmatanya di kepalaku. Aku benar-benar hamil.


****

Hari ini aku terus dirangkul oleh Justin. Ia akan bertanggungjawab, meski resikonya besar sekali. Aku tidak memaksanya. Aku bahkan tidak memintanya. Aku terduduk di kursi belakang bersama Justin sambil menekukkan lututku seperti biasanya. Nicki dan Carly terlihat begitu curiga dengan sikap Justin yang terlalu dekat denganku. Bahkan setiap hari aku selalu ditekankan oleh mereka untuk menjauhi Justin. Tapi aku selalu mengabaikannya.

“Hei, Justin. Dia hamil, kan?” tanya Nicki yang tiba-tiba mengeluarkan suara. Justin hanya terkekeh dan lalu langsung terdiam.

“Kau tidak tahu kami, jadi jangan banyak bicara,” ucap Justin dengan tegas. Astaga! Ini benar-benar ..gentleman?! Kemudian Nicki terdiam dan para kru sebenarnya daritadi sudah melihat Justin dan diriku, tentunya. Tapi setelah Justin berbicara seperti itu, semuanya kembali terduduk.

“Aku akan terus melindungimu,” ucap Justin begitu terdengar manis. Aku menganggukkan kepalaku dan menadahkan daguku pada tangan Justin yang terlingkar di leherku. Aku memejamkan mataku dan berusaha untuk menerima semuanya. Aku hamil. Anak Justin. Bagaimana dengan para fans Justin? Aku sungguh takut. Rasanya tak tega melihat Justin yang sebentar lagi akan kehilangan reputasinya hanya karena diriku. Tidak apa jika Justin tidak bertanggungjawab. Justin mengecup kepalaku dengan penuh perasaan. Oh, Tuhan. Aku dan Justin benar-benar sedang dalam masalah.



****

Aku menangis sambil menatap tubuhku di depan cermin. Perutku memang masih terlihat kurus, tapi mulai berbentuk sedikit. Setengah jam lagi konser akan dimulai. Justin sudah berada di bawah, maksudku di tempat konser lebih dulu sedangkan aku sedang berada di dalam kamarnya dan langsung memakai jaket yang tebal. Ketakutanku terhadap Nicki Minaj mulai terlihat. Kenapa ia begitu lihai memprediksi keadaan orang?!  Aku menghapus air mataku.

Aku mulai melangkahkan kakiku untuk keluar dari kamar Justin. Tapi kulihat Nicki sudah berada di depan pintu kamar Justin dan melihatku dengan tatapan Aku Tahu Kau Hamil. Dan lalu ia memperlihatkan alat tes ..kehamilanku?! Astaga! Ia dapat dari mana? Aku ingin mati sekarang. Lututku melemas.

“Well, well, well. Lihat siapa yang sedang berada dalam jurang. Jadi, menurutmu bagaimana?” tanya Nicki yang membuatku sedikit bingung dengan pertanyaannya. Menurutku bagaimana?! Menurutku, kau harus mati! Aku menggelengkan kepalaku.

“Jauhi Justin, atau ini ..akan menyebar dikalangan para Beliebers. Berani?” tanya Nicki menantang. Nenek sihir!


-----

Aku tidak peduli dengan perkataan Nicki tadi. Aku langsung merebut alat tes kehamilanku dan menginjak-injakkanya hingga hancur. Nicki menatapku dengan tatapan Kurang Ajar.Aku tidak peduli jika ia akan memberitahu pada Scooter karena aku yakin Justin akan membelaku. Well, aku berpikir ke depan. Sekalipun aku menjauh dari Justin, kehamilan ini lama kelamaan akan cepat terkuak ‘kan?! Jadi, aku tidak bodoh. Aku memperat jaket dari keluaran H&M ini, tentunya milik Justin. Sebentar lagi Justin akan mempromosikan H&M untuk fashion bajunya. Para fans Justin berteriak saat Justin mulai muncul dari belakang panggung. Dia benar-benar tampan. Aku hanya tersenyum senang melihatnya yang begitu mencintai para fans-nya yang benar-benar mengagumkan. Maksudku, memang benar bukan?! Setelah banyak sekali rumor dari Justin yang tidak benar, mulai dari Justin memotong rambutnya, dan masih banyak lagi, tapi para fans Justin masih mengaguminya?! Oh c’mon. Jangan bercanda. Itu tidak akan terjadi. Kecuali pada Justin Bieber. Mungkin jika boleh, aku ingin menjadi Beliebers juga. Baiklah, itu tidak sama sekali lucu.

Aku memegang perutku yang sekarang telah memiliki janin sekarang. Dari seorang Justin Bieber. *slep* Tanganku tiba-tiba dipegang oleh si Arab, Zayn. Aku tersenyum melihatnya. Dan lalu ia memainkan mata padaku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan tertawa. Huh, lagu Beauty And a Beat. Aku benci sekali melihat penampilan Justin yang harus berkolaborasi dengan Nicki selama tur ini. Berarti, selama 2 tahun ini ..aku akan terus melihat wajah tua itu?! Oh, God! Mungkin dalam waktu beberapa bulan, aku akan segera melahirkan karena bosan melihat wajahnya.  Justin menatapku saat aku menyandarkan kepalaku pada pundak Zayn. Ia tersenyum padaku, tapi aku tahu pasti ia sedang marah padaku. Para fans-nya mengalahkan segala perasaan buruk Justin. Itu adalah The Power Of The Beliebers. Hahaha, lucu juga.

Astaga, kenapa aku masih bisa tertawa disaat aku sedang dalam masalah? Aku memang bodoh. Aku mulai khawatir dengan keadaanku nanti. Aku melepaskan pegangan tangan Zayn dan berjalan ke belakang panggung. Otakku terus berputar sambil aku terus memegang perutku. Sebentar lagi, aku akan mati. Karena kemungkinan besar, seorang perempuan yang baru saja berumur 18 tahun hamil akan mati. Karena memang, pertumbuhan fisikku belum matang dan dinding uterusku masih muda. Aku benar-benar akan mati. Kujatuhkan bokongku pada sofa empuk ini. Terdengar Justin sedang bernyanyi Beautiful dengan Carly. Kupejamkan mataku dengan erat. Oh, Tuhan! Aku benar-benar sedang berada dalam masalah sekarang. Aku tidak tahu bagaimana lagi. Aku tidak bisa berpikir lagi. Mungkin jika aku mati, para fans Justin akan senang. Karena aku tahu, mereka akan membenciku sebentar lagi. Bahkan mungkin aku akan mati ditangan mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar