****
Baiklah, baiklah. Aku tidak tahu
apa yang terjadi sekarang, yang pastinya ..aku sedang melihat Justin dan One
Direction sedang latihan di atas panggung karena besok malam, konser akan
dimulai. Aku baru saja disetubuhi Justin, dan aku mungkin tidak merasa sakit
hati. Memang terdengar murahan dan aku tidak peduli apa yang kalian bicarakan.
Aku mencintainya. Dan memang sebenarnya, walaupun kita mencintai seseorang kita
tidak perlu memberikan seluruh tubuh kita pada mereka (sebelum menikah). Aku
benar-benar bodoh dan aku tahu itu. Dan
aku tidak peduli jika aku akan hamil meski sekarang aku memang masih sedang
melewati masa subur. Aku akan menyalahkan Justin. Karena aku tahu dari Alfredo
..bahwa Alfredo sebenarnya mandul. Aku bahkan tidak mengerti mengapa ia
memiliki anak, dan ternyata aku baru tahu saat ia memberitahuku bahwa ia
mengadopsi anak. Berarti, sperma Alfredo sungguh tidak berfungsi di dalam
rahimku. Dan aku benar-benar kasihan padanya.
“Nicki, kemarilah,” ucap Justin
tiba-tiba saat Nicki sedang asyik bermain dengan ponselnya. Dengan gaya yang
super genit, Nicki berjalan ke atas panggung dengan dada yang bergoyang-goyang.
Iuh. Justin merangkul Nicki dan lalu ia mendekatkan Nicki pada Niall.
“H-hai, ap-apa kabar?” tanya
Niall yang kelihatannya ..takut?! Astaga! Tuhan! Aku sungguh ingin tertawa
sekarang. Justin melirikku dan mengedipkan satu matanya padaku. Aku sungguh
malu. Dia benar-benar genit, untuk sekarang ini. Kuharap ia tidak menarik-ulur
hatiku. Aku hanya bisa berharap.
****
Justin memegang pinggangku dengan
kedua tangannya sedangkan aku terus tersenyum melihatnya. Aku dan Justin sedang
berada di dalam bus. Hanya berdua. Dalam kegelapan. Aku melingkarkan kedua
tanganku pada lehernya. Aku tidak mengira kalau Justin akan memperlakukanku
semanis ini. Aku tidak berpikir sebelumnya. Dan seharusnya, aku tidak melakukan
ini pada Justin karena ia telah menyakiti hatiku. Tapi, aku tahu ia labil. Aku
memakluminya. Bibirku menyentuh bibirnya dengan sangat lembut. Ia mulai
memasukkan lidahnya pada mulutku dan bermain dengan nyaman. Eksotis. Tangannya
mulai turun ke arah bokongku dan langsung saja aku menaikkan tangannya pada
pinggangku lagi sambil masih mencium bibirnya.
“Aku tidak akan pernah melupakan
ciuman terbaik ini,” ucap Justin berbisik dan kembali menciumku lagi. Aku
tersenyum dan lalu mengecup-ngecup bibirnya berkali-kali.
“Justin, aku tidak akan hamil,”
ucapku menatapnya dan berhenti berciuman. Kemudian, kaki kami bergerak secara
bersamaan walau tanpa ada musik.
“Aku tidak berharap kau hamil,
aku tahu Alfredo mandul. Aku sekarang tahu, kau mencintaiku bukan?” tanya
Justin yang membuat hatiku melompat dan aku tersentak begitu saja. Aku terdiam,
tak sanggup mengucapkan satu katapun. Dan aku berpikir, apa mungkin Kenny
memberitahu Justin?!
“Bubu, apa kau menyukai Harry?
Aku sering mendapatkan dirimu melihat Harry sambil tersenyum-senyum. Apa kau
menyukainya?” tanya Justin lagi. Aku menganggukkan kepalaku lalu menggigit
bibir. Masih terasa basah. Maksudku, bibirku masih terasa basah karena Justin.
Tiba-tiba Justin menarikku untuk masuk ke dalam kamarnya. *ceklek* Ia menutup
pintunya dengan cepat. Padahal aku ingin menjawab pertanyaan Justin. Dan Justin
langsung menjatuhkan tubuhku di atas kasur dan menindih tubuhku. Semoga ia
tidak melakukannya lagi meski aku bersedia untuk melakukannya. Aku tidak peduli
dengan perkataan kalian! Aku memang murahan.
Justin mulai menciumi leherku
dengan gairah yang menggebu-gebu. Dan ia mulai memegang kedua tanganku ke atas
sehingga sekarang tanganku sedang berada di atasku.
“Oh, astaga! Ya ampun. Aku
sungguh minta maaf,” ucap seseorang tiba-tiba. Aku dan Justin benar-benar
terkejut akan kedatangan orang tersebut. Aku ingin mati sekarang. Jantungku
sungguh berdebar-debar. Justin langsung berdiri dari tubuhku. Dan melihat Harry
yang sedang berjalan untuk keluar dari Bus.
“Harry! Harry, tunggu!” teriak
Justin dengan cepat dan langsung mengejar Harry. Tangan Harry tercengkram oleh
tangan Justin dan langsung saja Harry berbalik.
“Tolong jangan beritahu
siapa-siapa,” ucap Justin dengan getaran suara yang ketakutan. Aku berdiri dan
menghampiri mereka. Terlihat Harry berpikir-pikir sejenak, sungguh aku ingin
menampar wajahnya. Kemudian, ia menatapku selama 3 detik dan lalu ia tersenyum.
“Oh, tentu saja. Aku tidak akan
memberitahu siapa-siapa,” ucap Harry yang membuat senyuman Justin mengembang.
Hatiku kembali melompat di dadaku dan tersenyum dengan senangnya. Aku sungguh
berterimakasih pada Harry. Aku tidak ingin kejadian tadi tersebar pada seluruh
fans Justin. Aku akan segera mati jika itu memang benar-benar terjadi.
****
Aku dan Harry sedang melihat
Justin yang sedang tampil hari ini setelah tadi ia telah selesai berkolaborasi
dengan Justin dan berhasil membuat para fans Justin berteriak kegirangan saat
ia dan Zayn bernyanyi. Aku bahkan tidak tahu kalau fans Justin menyukai One
Direction juga. Harry memegang tanganku dengan erat. Aku melirik ke arahnya dan
kulihat ia tersenyum manis.
“Hei,” sapanya terlambat.
Seharusnya daritadi ia menyapaku, tapi tidak apa-apa.
“Uh, hei. Penampilanmu bagus
sekali tadi,” ucapku memuji. Ia tertawa kecil, meski aku tidak bisa mendengar
tawaannya karena tepat saat ia tertawa, teriakkan para Fans Justin terdengar
dengan meriahnya karena aku lihat tadi Justin membuka jaketnya. Dan ia hanya
memakai jaket kulit, jadi tidak ada dalamannya sehingga terlihat perut
sixpack-nya itu. Meski menurutku, tubuh Harry lebih bagus dan lebih bidang.
“Oh God, dia menangis. Hei,
jangan menangis. Aku Justin Bieber,” ucap Justin kepada seorang penggemarnya.
Belieber. Belieber ini menangis terharu saat Justin memegang tangannya. Dan
lalu ia menyanyikan lagu One Less Lonely Girl. Kemudian, Justin menarik tangan
Belieber ini untuk duduk di sebuah kursi dan memberinya sebuah jaket yang tadi
Justin lepas. Untuk pertama kalinya, Justin memberikan jaketnya untuk
Beliebernya. Dia memakaikan jaket itu kepadanya –belieber-.
“Aku tahu itu pasti bau, tapi itu
bau Justin Bieber. Dan aku harap kau tidak akan melupakan bau wangiku,” ucap
Justin padanya. Belieber itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus
menangis terharu dan berusaha untuk menghapus air matanya. Tiba-tiba Harry
mempererat pegangan tangannya padaku dan Justin menatap kami berdua sambil
tersenyum. Seperti biasanya.
Lagu demi lagu telah dinyanyikan
oleh Justin. Dengan lagu penutup Believe, ia nyanyikan bersama-sama para dancers. Saat lagu Believe selesai
dinyanyikan, Justin pergi ke belakang panggung. Dan beberapa detik kemudian dia
datang kembali sambil membawa sebuah ponsel ditangannya.
“Ada satu orang yang selalu
mengusulkanku untuk terus mengutamakan kalian. Awalnya aku berpikir, ‘Hei, aku
menyukai Nicki Minaj’. Tapi ia menyadarkanku untuk lebih menyukai kalian,
seperti yang kalian tahu sendiri,” ucap Justin yang membuat aku tercengang
karena bingung. Aku bahkan tidak mengerti apa yang ia katakan.
“Hei, aku Justin. Well, ini suaraku yang seksi. Apa kau suka? Yeah, ahh
.. Seperti itu. Kau dengar? Ini untuk kalian. Beliebers-ku. Aku ingin sekali
kalian berada di ranjangku, aaahhh,” rekaman dari ponsel Justin terdengar
saat Justin mendekatkan mikrofon pada ponselnya. Aku ingat kejadian sewaktu
itu, saat aku lebih menyarankannya untuk memberikannya pada Fans-nya sebelum
aku dan Justin tertidur. Kudengar ada
beberapa Fans Justin berteriak dengan kencang ‘Aku ingin bercinta denganmu!’
‘Aku sangat mencintaimu Justin’.
“Aku tahu itu terdengar konyol.
Tapi, aku sungguh mencintai kalian,” ucap Justin mencium tangannya lalu
mengangkat tangannya ke udara dengan jari berbentuk ‘damai’. Kemudian, ia
kembali masuk ke belakang panggung. Gemuruh teriakkan para fans Justin sangat
terdengar di telinga sehingga telingaku minta di potong sekarang juga. Aku
tersenyum.
****
“Apa yang kaulakukan tadi dengan
Harry tadi?” tanya Justin diruang latihan. Tentunya di dalam bus. Seharusnya,
sekarang kita bermain-main air diluar bersama yang lain. Tapi Justin
menolaknya.
“Apa? Aku tidak melakukan
apa-apa,” ucapku dengan bingung. Apa yang aku lakukan dengan Harry?
****
Aku terus menggeleng-gelengkan
kepalaku saat aku melihat Justin dan para kru bermain perang air. Padahal
Scooter sudah menyuruh mereka semua untuk masuk ke dalam bus dan pergi lagi ke Los
Angeles. Sesekali Harry melirik ke arahku sambil mengedipkan satu matanya. Dan
kejadian ini kami rekam. Dan akan diunggah di Youtube nantinya. Kata Justin,
biar para fans tahu kalau dia itu normal. Semua orang tahu kalau Justin normal,
atau menurutku Abnormal. Itu menurutku.
“Okay, guys. Ini Justin Bieber,
dan aku mencintai kalian,” ucap Justin pada kamera yang menyorotnya dengan kaus
dalam hitam dan rambut yang begitu basah. Seksi sekali. Kemudian Justin
langsung berhamburan kemana-mana membuatku tertawa. *Crot-crot* Siapapun itu,
aku ingin mencekiknya. Aku disemprot oleh air dari pistol-pistolan. Aku melihat
Zayn si Arab itu tertawa dengan senangnya. Aku ikut tertawa paksa.
“Hahaha,hahaha,hahaha. Zayn itu
tidak lucu,” ucapku tiba-tiba berhenti tertawa dan langsung menatapnya dengan
tatapan Aku Mempunyai Kuku Panjang. Zayn masih tertawa-tawa dengan senangnya.
Aku menutup mataku saat Justin juga menyemprotkan air tersebut tepat dimulutku.
Sekarang dua orang itu tertawa dengan senangnya.
“Terima ..aa! Cuih! Setan kau,
Justin!” ucapku jengkel saat aku ingin berbicara ia malah menyemprotkan air itu
ke dalam mulutku sehingga aku tersedak. Aku langsung mengejar tubuh Justin yang
basah itu sedang Zayn ikut mengejarku dari belakang. Gila! Justin cepat sekali
berlari. HAP! Tiba-tiba aku dipeluk dari belakang. Aku tertawa kegelian saat
tangannya memeluk pinggangku.
“Hei, aku tidak tahu kalau kau
begitu seksi,” bisik Zayn tepat ditelingaku. Tawaku terhenti begitu saja dan
masih terkekeh sedikit. Aku menatap Justin yang sudah masuk ke dalam bus.
Dengan cepat aku melepaskan pelukan Zayn.
“Kita harus masuk,” ucapku saat
sadar bahwa Bus sudah akan berjalan. Aku dan Zayn langsung berlari masuk ke
dalam Bus.
Mataku membulat saat aku melihat
tubuh seksi Harry terlihat. Astaga! Dia lebih seksi daripada Justin. Justin
melihatku, terlihat tidak suka jika aku mengagumi Harry. Dia bilang, alasan ia
mendekatiku lagi adalah ..ia merasa tidak nyaman dan merasa kehilangan. Cukup
masuk akal. Untung baju tidak terlalu basah, mungkin hanya baju bagian
belakangku karena tadi aku dipeluk oleh Zayn yang basah.
“Bubu,” panggil Justin. Aku
langsung menghampirinya dan dengan cepat ia menarik tanganku untuk masuk ke
dalam kamarnya. Dan lalu, ia membuka bajunya tepat di depan mataku. Ia tertawa
sejenak. Padahal tidak ada yang lucu.
“Aku lebih seksi daripada Harry
bukan?” tanya Justin yang membuatku bingung bagaimana aku harus menjawabnya.
Jika aku jujur, Justin pasti akan sakit hati karena memang kenyataannya Harry
yang lebih seksi. Ini hanya hal sepele. Dan kenapa Justin harus
membandingkannya? Oh yeah, aku baru sadar. Dia kan masih anak-anak.
“Jujur,” ucap Justin saat aku
baru ingin menjawab bahwa ia lebih seksi (dalam mimpi).
“Baiklah, Harry lebih seksi
daripada kau,” ucapku dengan cuek. Kemudian aku terduduk di atas kasurnya. Dia
langsung melempar bajunya ke segala arah dan lalu melihatku.
“Aku tahu itu,” ucap Justin yang
membuatku bingung. Dia tidak marah? Oh, ini sungguh tidak lucu.
****
“Kau bisa merasakannya?” tanya
Justin saat kami ingin tertidur. Bus sudah berjalan sejak 25 menit yang lalu dan
para kru telah tertidur. Tinggal aku dan Justin yang belum tertidur. Ia menarik
tanganku dan menyentuhkannya pada dadanya. Jantungnya berdetak dengan begitu
kencang. Aku menganggukkan kepalaku.
“Itu adalah perasaanku jika aku
bertemu dengan Beliebers, mereka ada di sini,” ucap Justin yang membuatku
tersenyum. Mungkin memang Beliebers ada di hatinya, tapi Justin ada di hatiku.
Untuk selamanya. Kurasa. Aku tidak bisa memastikan itu.
“Bubu, kau tahu? Tadi aku menemui
seorang anak kecil, dia perempuan. Dan orangtua dari anak kecil ini memintaku
untuk menggendong anak ini dan mereka akan mengambil gambarku dengan anak
mereka,” ucap Justin yang tidak membuatku terkejut. Aku sudah bisa melihat itu.
Aku menganggukkan kepalaku sambil memperlihatkan wajah ‘Lalu?’.
“Dan, anehnya ..Ini benar-benar
memalukan. Anak kecil itu menangis,” ucap Justin yang membuatku tertawa lepas.
Ini sungguh-sungguh aneh. Aku bahkan tidak mengerti mengapa anak kecil itu
menangis. Padahal ia sedang berfoto bersama seorang Justin Bieber. Apa kalian
bergurau? Banyak jutaan wanita di dunia
ini ingin mengambil foto bersama Justin Bieber. Dan anak kecil ini menangis?
Bunuh aku saja.
“Sssh, jadi ..apa boleh aku
menyentuh dadamu?” tanya Justin yang membuatku tersinggung. Dadaku?
“Maksudku, aku juga ingin
merasakan detak jantungmu,” ucap Justin yang membuat tersenyum kembali setelah
tadi aku memberikannya wajah yang HAH!?
Kemudian, ia mendekatkan tangannya pada diriku. Eh!? Kurang ajar, ia malah
menyentuh dada kiriku. Dengan wajah tanpa dosa dia malah tertawa dan langsung
memindahkan tangannya pada dada tengahku.
“Oh yeah, itu aku bisa
merasakannya. Kau kurus sekali,” ucap Justin mengejekku. Oh yeah, tentu saja.
Itu kan Justin. Jadi, tidak mungkin jika dia tidak mengejekku. Tapi tiba-tiba
tangannya meremas dada kiriku. Aku langsung memukul celana bagian tengahnya,
seperti yang kalian ketahui sendiri. Itu adalah Bieberconda. Yang pernah masuk
ke dalam ..uh. Aku tidak ingin memberitahu kalian.
“Justin, aku tidak mau,” ucapku
saat Justin memberikan senyuman mesumnya. Dengan cepat ia memeluk tubuhku dan
mengeratkannya. Kalau hanya berpelukan seperti ini aku mau.
“Aku mencintaimu,” ucap Justin
tidak kedengaran. Tunggu, apa benar? Aku
tidak begitu jelas mendengarnya karena suaranya begitu kecil.
“Apa?”
“Tidak jadi,” ucap Justin yang
membuatku mendengus dengan kesalnya.
****
“Hei, kemari kau,” ucap Carly
yang tiba-tiba saja memanggilku saat Bus kami berhenti di sebuah parkiran Radio
Disney. Justin diundang di sana dan aku baru saja turun dari Bus. Aku
menghampiri Carly yang berdiri di belakang Bus dan menatapku dengan nista.
“Ada apa?” tanyaku dengan wajah
yang polos. Ia tidak sama sekali tersenyum dan menatapku dari bawah hingga
atas.
“Apa yang kaulakukan pada Justin
hingga ia menjauh dariku?” tanya Carly yang membuatku sedikit bingung. Apa yang
membuat Justin menjauh darinya? Mana aku tahu. Seharusnya ia bertanya pada
Justin langsung. Eh! ASTAGA! Wajah Bedak 5 cm tiba-tiba datang. Maksudku, Nicki
Minaj. Ia menatapku dengan tatapan nista juga.
“Yeah, apa yang kaulakukan pada
Justin hingga ia menjauh dari kita? Huh?” tanya Nicki dengan suara cemprengnya.
Dengan cuek aku hanya mengangkat kedua bahuku dan langsung melengos pergi. Eh!
Tanganku ditarik oleh Nicki dengan cengkraman yang begitu kuat. Aku meringis.
Dasar Bibir Tebal 10 cm! Ish! Kesal sekali aku melihatnya.
***
“Hei, Justin,” sapa Nicki dengan
genitnya saat Justin masuk ke dalam Bus
dan ia langsung meraba-raba dada Justin di depan mataku. Aku sedang terduduk di
kursi belakang, seperti biasanya. Aku ingin sekali menonjok bibir Nicki hingga
berdarah.
“Oh, hei,” sapa Justin dengan
cuek. Aku tertawa dalam hati. Kasihan sekali, mencoba untuk merayu Justin tapi
tak berhasil. Justin langsung berjalan ke arah tempat minuman, di dekat
kamarnya. Dan Nicki langsung menatapku dengan tatapan dingin. Ish! Sudah tua
masih saja mau sama yang muda. Seharusnya ia sadar diri.
“Justin,” ucap Carly dengan suara
yang dibuat ..seksi?! Oh c’mon. Aku saja tidak pernah seperti itu pada Justin.
Yang ada Justin yang seperti itu padaku. Astaga, aku baru sadar kalau mereka
benar-benar menginginkan Justin. Justin yang sedang meminum air hanya memberi
senyuman pada Carly. Scooter telah masuk Bus. Kita melanjutkan kembali
perjalanan kami menuju Las Vegas.
Kemudian Justin menatapku dan
tersenyum dengan manisnya. Ia berjalan ke arahku dan mengabaikan Carly yang
mengelus-elus dadanya. Astaga! Ini benar-benar lucu sekali. Justin duduk di
sebelahku dan langsung merangkulku. Aku benar-benar ingin tertawa.
****
Aku hamil. Aku sungguh tidak
percaya ini. Lututku bergetar saat aku melihat alat tes kehamilan yang menunjukkan
bahwa aku positif hamil. Aku menyandarkan tubuhku pada washtafel yang berada di
belakangku. Aku sekarang sadar, setelah akhir-akhir ini aku mual dan merasa
tidak enak badan. Dan, sudah sejak 5 hari yang lalu seharusnya aku menstruasi.
Astaga, Tuhan! Aku terjongkok dan mengeluarkan air mata. Aku tidak tahu harus
berbuat apa. Aku benar-benar bingung. Kemudian, aku memejamkan mata sejenak.
Dan lalu, aku membuka mataku lalu berdiri. Bus masih berjalan.
Aku keluar dari kamar mandi Justin
ini dan melihat Justin yang sedang bersantai di tempat tidurnya sambil bermain
dengan ponselnya. Dan lalu ia melihatku dengan senyuman. Aku tidak membalas
senyumannya. Kemudian, senyuman Justin surut setelah ia sadar kalau aku sedang
menangis. Justin langsung melemparkan ponselnya ke segala arah dan
menghampiriku.
“Kau kenapa?” tanya Justin dengan
penuh perhatian. Aku memberikan alat tes kehamilanku yang kulapisi dengan
plastik. Ia melihatnya dengan tatapan terkejut tapi ia tidak memperlihatkan
kekejutannya. Ia menatap mataku yang sudah berair ini. Kemudian ia memelukku.
“Sssh, sudahlah tidak apa-apa.
Aku tahu ini sangat berat,” ucap Justin mengelus-elus pundakku dengan
lembutnya. Aku mengangguk dan masih menangis. Isak tangisku benar-benar
mengharukan Justin. Justin menangis juga. Aku bisa merasakan airmatanya di
kepalaku. Aku benar-benar hamil.
****
Hari ini aku terus dirangkul oleh
Justin. Ia akan bertanggungjawab, meski resikonya besar sekali. Aku tidak
memaksanya. Aku bahkan tidak memintanya. Aku terduduk di kursi belakang bersama
Justin sambil menekukkan lututku seperti biasanya. Nicki dan Carly terlihat
begitu curiga dengan sikap Justin yang terlalu dekat denganku. Bahkan setiap
hari aku selalu ditekankan oleh mereka untuk menjauhi Justin. Tapi aku selalu
mengabaikannya.
“Hei, Justin. Dia hamil, kan?”
tanya Nicki yang tiba-tiba mengeluarkan suara. Justin hanya terkekeh dan lalu
langsung terdiam.
“Kau tidak tahu kami, jadi jangan
banyak bicara,” ucap Justin dengan tegas. Astaga! Ini benar-benar ..gentleman?! Kemudian Nicki terdiam dan
para kru sebenarnya daritadi sudah melihat Justin dan diriku, tentunya. Tapi
setelah Justin berbicara seperti itu, semuanya kembali terduduk.
“Aku akan terus melindungimu,”
ucap Justin begitu terdengar manis. Aku menganggukkan kepalaku dan menadahkan
daguku pada tangan Justin yang terlingkar di leherku. Aku memejamkan mataku dan
berusaha untuk menerima semuanya. Aku hamil. Anak Justin. Bagaimana dengan para
fans Justin? Aku sungguh takut. Rasanya tak tega melihat Justin yang sebentar
lagi akan kehilangan reputasinya hanya karena diriku. Tidak apa jika Justin
tidak bertanggungjawab. Justin mengecup kepalaku dengan penuh perasaan. Oh,
Tuhan. Aku dan Justin benar-benar sedang dalam masalah.
****
Aku menangis sambil menatap
tubuhku di depan cermin. Perutku memang masih terlihat kurus, tapi mulai
berbentuk sedikit. Setengah jam lagi konser akan dimulai. Justin sudah berada
di bawah, maksudku di tempat konser lebih dulu sedangkan aku sedang berada di
dalam kamarnya dan langsung memakai jaket yang tebal. Ketakutanku terhadap
Nicki Minaj mulai terlihat. Kenapa ia begitu lihai memprediksi keadaan orang?! Aku menghapus air mataku.
Aku mulai melangkahkan kakiku
untuk keluar dari kamar Justin. Tapi kulihat Nicki sudah berada di depan pintu
kamar Justin dan melihatku dengan tatapan Aku Tahu Kau Hamil. Dan lalu ia
memperlihatkan alat tes ..kehamilanku?! Astaga! Ia dapat dari mana? Aku ingin
mati sekarang. Lututku melemas.
“Well, well, well. Lihat siapa
yang sedang berada dalam jurang. Jadi, menurutmu bagaimana?” tanya Nicki yang
membuatku sedikit bingung dengan pertanyaannya. Menurutku bagaimana?!
Menurutku, kau harus mati! Aku menggelengkan kepalaku.
“Jauhi Justin, atau ini ..akan
menyebar dikalangan para Beliebers. Berani?” tanya Nicki menantang. Nenek
sihir!
-----
Aku tidak peduli dengan perkataan
Nicki tadi. Aku langsung merebut alat tes kehamilanku dan menginjak-injakkanya
hingga hancur. Nicki menatapku dengan tatapan Kurang Ajar.Aku tidak peduli jika
ia akan memberitahu pada Scooter karena aku yakin Justin akan membelaku. Well,
aku berpikir ke depan. Sekalipun aku menjauh dari Justin, kehamilan ini lama
kelamaan akan cepat terkuak ‘kan?! Jadi, aku tidak bodoh. Aku memperat jaket
dari keluaran H&M ini, tentunya milik Justin. Sebentar lagi Justin akan
mempromosikan H&M untuk fashion bajunya. Para fans Justin berteriak saat
Justin mulai muncul dari belakang panggung. Dia benar-benar tampan. Aku hanya
tersenyum senang melihatnya yang begitu mencintai para fans-nya yang benar-benar
mengagumkan. Maksudku, memang benar bukan?! Setelah banyak sekali rumor dari
Justin yang tidak benar, mulai dari Justin memotong rambutnya, dan masih banyak
lagi, tapi para fans Justin masih mengaguminya?! Oh c’mon. Jangan bercanda. Itu
tidak akan terjadi. Kecuali pada Justin Bieber. Mungkin jika boleh, aku ingin
menjadi Beliebers juga. Baiklah, itu tidak sama sekali lucu.
Aku memegang perutku yang
sekarang telah memiliki janin sekarang. Dari seorang Justin Bieber. *slep*
Tanganku tiba-tiba dipegang oleh si Arab, Zayn. Aku tersenyum melihatnya. Dan
lalu ia memainkan mata padaku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan tertawa.
Huh, lagu Beauty And a Beat. Aku benci sekali melihat penampilan Justin yang
harus berkolaborasi dengan Nicki selama tur ini. Berarti, selama 2 tahun ini
..aku akan terus melihat wajah tua itu?! Oh, God! Mungkin dalam waktu beberapa
bulan, aku akan segera melahirkan karena bosan melihat wajahnya. Justin menatapku saat aku menyandarkan kepalaku
pada pundak Zayn. Ia tersenyum padaku, tapi aku tahu pasti ia sedang marah
padaku. Para fans-nya mengalahkan segala perasaan buruk Justin. Itu adalah The
Power Of The Beliebers. Hahaha, lucu juga.
Astaga, kenapa aku masih bisa
tertawa disaat aku sedang dalam masalah? Aku memang bodoh. Aku mulai khawatir
dengan keadaanku nanti. Aku melepaskan pegangan tangan Zayn dan berjalan ke
belakang panggung. Otakku terus berputar sambil aku terus memegang perutku.
Sebentar lagi, aku akan mati. Karena kemungkinan besar, seorang perempuan yang
baru saja berumur 18 tahun hamil akan mati. Karena memang, pertumbuhan fisikku
belum matang dan dinding uterusku masih muda. Aku benar-benar akan mati.
Kujatuhkan bokongku pada sofa empuk ini. Terdengar Justin sedang bernyanyi
Beautiful dengan Carly. Kupejamkan mataku dengan erat. Oh, Tuhan! Aku
benar-benar sedang berada dalam masalah sekarang. Aku tidak tahu bagaimana
lagi. Aku tidak bisa berpikir lagi. Mungkin jika aku mati, para fans Justin
akan senang. Karena aku tahu, mereka akan membenciku sebentar lagi. Bahkan
mungkin aku akan mati ditangan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar