Minggu, 01 Februari 2015

Lucky Slut Bab 7


CHAPTER SEVEN

            Sosoknya tinggi, tegap, berambut hitam gelap, dan… senyum yang dapat membuat bunga bermekaran secantik bunga musim semi. Grisell terpana sesaat, mengamati pria yang berhadapan dengannya. Dua bola mata berwarna biru gelap membuat pria itu sangat misterius hingga jantung Grisell berdebar tak menentu. Otaknya menyuruhnya pergi dari tempat itu, tapi hatinya memintanya diam di tempat untuk menikmati sesosok pria tampan. Miss Gillbride hampir terhuyung ke samping, ia tidak percaya bahwa pria ini akan semakin menawan tiap harinya. Miss Gillbride melangkah ke sebelah Grisell lalu ia membungkuk memberi hormat pada pria itu.
            “Selamat pagi, Lord Clopton,” sapa Miss Gillbride dengan suara tenang dan terkendali. Grisell juga ingin menyapa pria itu, namun peraturannya adalah Grisell harus dikenalkan pada pria yang dipanggil Lord Clopton ini. Jika ada hal yang dapat mengalihkan Miss Gillbride dari pemandangan, maka hal itu mungkin adalah kiamat. Miss Gillbride tak sadar pipinya memerah, berkata secara diam-diam bahwa ia menyukai Lord Clopton.
            “Selamat pagi, Miss Gillbride. Lama tak bertemu denganmu. Kau semakin cantik saja, begitu juga dengan gadis di sebelahmu,” ucap Lord Clopton ramah tapi sedikit kurang ajar saat ia menatap Grisell dengan senyum penuh arti. Tentu saja Lord Clopton pernah melihat Grisell! Bagaimana mungkin ia melupakan wanita bertubuh pendek dan memiliki rambut tebal nan panjang berwarna cokelat madu itu? Meski ia tidak bertemu secara langsung dengan Grisell, tapi ia pernah melihat Grisell berdiri di depan rumah pelacuran sedang mencari-cari mangsa. Lord Clopton tentu tidak memakai Grisell atas dasar kesopanannya sebagai seorang gentleman dan fakta bahwa ia anak keturunan bangsawan.
            Pipi Miss Gillbride merah padam sebab ternyata Lord Clopton lebih tertarik pada Grisell. “Tentu saja, My Lord. Perkenalkan Miss Grisell Parnell, teman Lord Moore dari London. Dan Miss Parnell, perkenalkan Lord Clopton, kakak dari Lady Clopton,”
            “Senang bertemu denganmu, My Lord.” Grisell membungkuk lalu memberi senyuman cerah. Grisell ingin muntah saat ia mengetahui bahwa Lord Clopton adalah kakak dari Henrietta! Mereka tidak sama sekali mirip jika rambut Lord Clopton tidak berwarna hitam. “Bukankah ini pagi yang menyenangkan, My Lord?”
            “Tentu saja, Miss Parnell. Pagi ini sangat menyenangkan, terutama karena aku bertemu denganmu. Katakan padaku, Miss Parnell, dalam rangka apa Lord Moore mengundangmu ke Cheshire?” Lord Clopton memberi raut wajah serius, lebih tepatnya, sesuatu yang membuat Grisell terangsang sekaligus jengkel. Mengapa pria Cheshire harus berperilaku layaknya orang membosankan? Apakah mereka membosankan sejak lahir atau membosankan karena peraturan bangsawan mereka yang konyol? Grisell menatap Miss Gillbride terlebih dahulu, lalu wanita itu memberi peringatan agar tidak memberitahu Lord Clopton hal yang begitu mendetail.
            Sayangnya, Lord Clopton tahu bahwa Grisell adalah pelacur, Henrietta sendiri yang mengatakannya. Dan Grisell sadar betul bahwa pria itu mengenalnya, tapi bukankah sangat nakal bila Grisell melawan peringatan Miss Gillbride? Ia tidak akan berdansa dengan Lord Clopton saat season berlangsung jika ia tidak lulus dalam hal tata krama berkenalan dan bercakap-cakap.
            Season, kurasa,”
            “Oh, maka, Miss Parnell, tulislah namaku di kartumu agar aku menjadi pria pertama yang berdansa denganmu,” ucap Lord Clopton menunduk, lalu mengambil tangan Grisell dan mengecup punggung tangannya yang terbalut sarung putih.
            “Kau akan menjadi pertama dan terakhir, My Lord. Tentu saja aku akan menulis namamu,” Grisell memberi senyum menawan. Lord Clopton tak pernah melihat mahluk semenawan ini. Bagaimana mungkin Lord Moore bisa mendapatkan Grisell dan menempatkan wanita ini di Moore House? Cukup mengejutkan saat berita itu keluar dari mulut Henrietta—wanita mengamuk saat tahu bahwa seorang pelacur berada di rumah mantan kekasihnya. Lord Clopton tak percaya pria sesopan, seramah dan anti-skandal itu mau mengundang seorang pelacur seperti Grisell tinggal di rumahnya selama season. Dan jujur saja, Lord Clopton sangat terpukau melihat Grisell memakai gaun berwarna putih bercorak bunga-bungaan dan dedaunan seperti musim semi yang sangat berbanding terbalik dengan musim gugur saat ini—Grisell seperti bunga paling indah di Cheshire saat ini. Sangat berbeda dengan cara berpakai Grisell saat di London, pahanya yang putih terpampang jelas bagi Lord Clopton—hingga Lord Clopton terpaksa tidur dengan kejantanan keras.
            “Kalau begitu, apakah aku boleh mengajakmu pergi berjalan-jalan nanti sore, bila kau tidak begitu sibuk?” Pertanyaan itu membuat Grisell menegang. Lord Clopton mengajaknya pergi berjalan-jalan nanti sore? Sangat berani. Bahkan di depan Miss Gillbride! Grisell tidak perlu meminta izin Miss Gillbride, Grisell langsung mengangguk semangat.
            “Tentu saja, My Lord. Aku memiliki waktu kosong nanti jam 3 sore,”
            “Jika begitu, aku akan menjemputmu. Jam 3 sore? Baiklah, selama itu yang keinginanmu. Senang bertemu denganmu, Miss Parnell,”
            “Aku juga begitu, My Lord,” Grisell membungkuk, begitu juga dengan Miss Gillbride. Pria itu berbalik meninggalkan mereka yang mematung di tempat. Grisell menatap Miss Gillbride yang terdiam, raut wajah gurunya tampak tak bersemangat tapi juga bisa dibilang tenang. Miss Gillbride bahkan tidak berusaha untuk menceramahi atau mengoreksi kesalahan Grisell yang tadi mengangguk begitu bersemangat seperti anak kecil. Merasa Miss Gillbride tak mengatakan apa-apa, entah mengapa, mata Grisell jatuh pada halaman rumah dimana Lord Moore sempat berada, tapi sekarang pria itu sudah tidak ada. Apakah ia melihat kejadian tadi? Grisell berharap tidak!

***

            Lord Moore baru saja selesai mengunjungi beberapa penyewa tanahnya yang sedang sakit dan bermasalah dengan tetangganya. Seharusnya Lord Moore tidak terkejut saat orang-orang yang dikunjunginya bertanya-tanya siapa Grisell Parnell yang ia sembunyikan di rumahnya. Tapi kenyataannya, Lord Moore terkejut—sangat terkejut hingga ia menahan nafas selama beberapa detik—begitu ia ditanya, apakah Grisell Parnell sepupu jauh atau kerabatnya? Tidak ada yang bertanya atau mengejeknya mengetahui Grisell Parnell adalah seorang pelacur. Lord Moore tidak cukup naïf untuk tahu bahwa orang-orang itu sedang berpura-pura tidak tahu bahwa Grisell adalah pelacur demi menghormati Lord Moore. Ia tahu, berita itu seharusnya mendatangkan kelegaan tersendiri. Ia pikir orang-orang akan mengejeknya atau mencemooh tindakan Lord Moore, tapi kenyataannya sangat berbeda tipis dari bayangannya. Orang-orang itu tahu, tapi berpura-pura tak tahu. Tapi itu tidak cukup membuat Lord Moore tenang.
            Ia teringat akan kunjungannya ke rumah Mr. Butler pagi tadi untuk melihat bagaimana keadaannya. Satu hal yang membuat perhatiannya teralihkan dari jarak pandang dekat; Grisell Parnell bercakap-cakap dengan Lord Clopton. Lord Moore sangat mengenal Lord Clopton! Pria itu terkenal akan kehebatannya meminum bir dan minuman keras. Dan pagi ini, Lord Moore mendapat pria itu sedang berbicara dengan Grisell Parnell. Lord Moore berharap dari permintaan Grisell akan membuat hubungan mereka berjalan dengan baik, tapi Lord Clopton ternyata memilih menghalangi rencana Lord Moore. Kuda hitam Lord Moore mendengus, mencondongkan hidungnya ke bahu Lord Moore, meminta pulang ke rumah. Tapi Lord Moore sedang tak ingin berada di rumah sekarang. Ia ingin menikmati suasana sejuk di hutan ini. Meski sebagian besar daun berwarna oranye kecokelatan, Lord Moore sangat menikmatinya.
            Terutama, Lord Moore menginginkan ketenangan.
            Jika Lord Moore tahu Lord Clopton akan berani mendekati Grisell di estatnya sendiri, ia tidak akan mengizinkan Grisell berkeluyuran di Cheshire. Ia butuh minuman keras untuk mengalahkan perasaan candu ini. Ia butuh pengalihan. Lord Moore tahu jelas apa yang sedang melandanya, tapi demi Tuhan, tidak ada yang bisa mengalihkannya. Ia menginginkan Grisell seperti ia menginginkan Henrietta dulu. Tapi dengan cara yang berbeda. Ketika ia menatap gadis bertubuh pendek dengan penampilan menarik itu, Lord Moore sulit mengendalikan diri seperti biasanya. Jelas Grisell bukanlah pilihan pertama Lord Moore sebagai istrinya. Fakta Henrietta memiliki derajat lebih tinggi dibanding Grisell akan membuat pria mana pun dilema, berpikir siapakah yang lebih pantas menjadi istri Lord Moore.
            Tangan Lord Moore masuk ke dalam kantong dalam jas hitamnya lalu mengeluarkan jamnya, melihat pukul berapa sekarang. Pria itu mengangkat kepalanya menatap kuda hitamnya yang besar, sehat dan kuat itu dengan senyum simpul. Kuda hitam itu sering dipanggil Aires, kuda Arab yang paling kuat diantara semua kuda keluarga Moore. Lord Moore menarik tali kekangnya, menarik Aires berjalan bersamanya ke atas jalan aspal. Sepertinya Aires ada benarnya, mereka harus pulang sekarang sebelum Mildred panik karena tidak tahu kemana Lord Moore pergi. Lord Moore mendongak ke langit terbuka yang berwarna biru keabu-abuan, menandakan sebentar lagi akan hujan. Sudah mendung dan Aires sepertinya tak begitu menyukai hujan. Gerak cekatan dari Lord Moore menunggangi kudanya akan berhasil membuat Grisell menganga bila Grisell melihat bagaimana pria itu menaiki Aires.
            Aires berlari melewati jalan aspal bersamaan saat suara guntur mulai memekakan telinganya. Lord Moore mencondongkan tubuhnya, menyuruh Aires agar berlari lebih cepat menuju Moore House. Daun-daun musim gugur mulai berterbangan saat angin menerpa mereka. Orang-orang yang sedang berjalan saat itu mulai terburu-buru berjalan menuju rumah mereka karena hujan besar sebentar lagi akan melanda Cheshire. Ia memikirkan dimana Grisell sekarang berada, mungkin ia sudah berada di rumah. Mengingat sekarang adalah waktunya untuk tidur siang, tentu saja wanita itu harus mengikuti jadwal yang dibuat Miss Gillbride.
            Andai saja Lord Moore tahu bahwa Grisell sedang menikmati waktunya bersama pria yang dulunya hampir menjadi kakak ipar Lord Moore, pasti Lord Moore sudah kehilangan kendali saat itu juga. Grisell berjalan di bawah naungan langit mendung, berbicara tentang dirinya yang sedang belajar menjadi wanita terhormat pada Lord Clopton. Grisell harus menarik kembali apa yang ia pikirkan tadi pagi tentang betapa membosankannya Lord Clopton hampir sama seperti Lord Moore. Pria itu jelas bukan orang yang membosankan, mengingat bagaimana ia tertawa hampir di setiap perkataan Grisell. Ini bukan pertama kali Grisell merasa nyaman bersama pria, tapi Lord Clopton berhasil membuat Grisell merasa dunia ini hanya diciptakan untuk mereka berdua. Tak peduli seberapa keras kau tertawa, kau mengatakan pendapatmu, atau kau melompat di hadapannya, Lord Clopton akan terus memerhatikanmu seperti ia memerhatikan spesies binatang laut yang baru.
            “Jadi, seharusnya sekarang kau tidur siang sesuai jadwal?” Lord Clopton bertanya penuh perhatian. Mereka sedang berjalan menuju Moore House setelah setengah jam berjalan-jalan di estat Lord Clopton yang tak jauh dari Welshing Park.
            “Tidak juga,” Grisell menggeleng kepala. “Jika aku memiliki pertemuan, Miss Gillbride mengizinkannya. Asalkan aku harus memiliki pendamping. Dan seperti yang kaulihat di belakang kita, Eunice mengawasi gerak-gerikku. Tapi ia tidak punya wewenang lebih seperti yang dimiliki Miss Gillbride,”
            “Wewenang lebih?”
            “Ya. Miss Gillbride bukan pelayanku. Ia guruku, jadi ia diberi wewenang untuk memperbaiki sikapku selama bersosialisasi. Tapi berhubung Miss Gillbride sedang tidak enak badan, aku tidak perlu bersusah payah mengangkat daguku tinggi-tinggi,” ucap Grisell menendang batu krikil di jalan aspal. Lord Clopton menarik nafas tajam, perasaannya was-was namun bercampur dengan perasaan terhibur. Grisell Parnell benar-benar sesuatu yang lain. Grisell menunduk menyembunyikan senyum malu-malunya dari Lord Clopton saat ia melihat pria itu memerhatikannya begitu cermat. Entahlah, rasanya begitu asing bila itu datang dari seorang bangsawan. Atau hanya dari Lord Clopton? Grisell rasanya ingin segera pulang dan menceritakan apa saja yang terjadi pada Hope. Gadis itu sangat ramah padanya dan tidak malu-malu, justru Hope menawarkan pertemanan pada Grisell setelah ia pulang belajar. Tawaran itu adalah tawaran berharga bagi Grisell yang seumur hidup hanya berteman dengan Bibi Millicent dan teman-temannya yang juga melacur—hubungan mereka justru lebih mendekskripsikan kompetisi siapa yang lebih hebat mendapatkan pria.
            “Sebelumnya, bolehkah aku bertanya, Miss Parnell?” Lord Clopton meminta izin hati-hait. Grisell mendongak, ia kemudian tersenyum santai lalu mengangguk pasti.
            “Tentu saja, Lord Clopton,”
            “Sebenarnya, hubungan apa yang kaumiliki dengan Lord Moore?” Tanya Lord Clopton menempatkan kedua tangannya di belakang punggung, mengaitkan jemarinya sehingga tangannya terkunci di belakang. Grisell terdiam sejenak sambil terus berjalan, memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Entah mengapa pertanyaan itu begitu sederhana, namun entah mengapa otak Grisell sepertinya tak ingin berkompromi untuk menyiapkan jawaban bagi pertanyaan yang satu ini. Hubungan apa? Grisell sendiri pun tak tahu. Baru kali inilah Grisell menganggap Miss Gillbride adalah malaikat yang diturunkan Tuhan untuknya. Jika Grisell tak tahu harus menjawab pertanyaan yang baginya sulit, jawablah dengan jawaban umum.
            “Pertemanan,” bukanlah kata yang tepat untuk menjelaskan hubungan mereka. “Hanya petemanan biasa. Aku masih lajang,” jelas Grisell mengangguk-angguk yakin. Ternyata latihan bersandiwara dengan Bibi Millicent sangat berguna untuk menipu seorang aristokrat seperti Lord Clopton. Tapi mengapa tidak pada Lord Moore? Lord Clopton menghela nafas lega, senyumnya lebih lebar sekarang.
            “Kalau begitu, tidak ada yang harus kukhawatirkan sekarang. Pertama kupikir kau adalah kekasih baru Lord Moore karena adikku, Henrietta, diputuskan olehnya dengan alasan tak masuk akal. Tapi setelah kau menerima ajakanku tadi pagi, aku yakin kau belum dikekang olehnya. Pertanyaan tadi hanya untuk mengklarifikasikan segalanya,”
            “Tentu saja, Lord—“ Grisell menjerit seketika saat seseorang dengan paksa menarik tubuhnya dari Lord Clopton. Aires hampir tak ingin menuruti permintaan majikannya saat Lord Moore tiba-tiba saja menarik tali kekangnya agar ia berlari lebih lambat. Entah bagaimana bisa terjadi begitu cepat, tangan Lord Moore terjulur ke bawah lalu menarik seseorang seperti ia menarik buah apel dari pohonnya. Suara jeritan perempuan menarik perhatian orang-orang yang sedang sibuk mengambil jemuran pakaiannya. Grisell tiba-tiba saja sudah berada di atas kuda, berhadapan dengan Lord Moore yang wajahnya datar.
            “Moore! Apa yang kaulakukan? Turunkan aku sekarang!”
            “Berjalan dengan kaki menuju Welshing Park saja akan membuatmu basah kuyup. Aku tidak ingin mengambil risiko kau melewatkan tiga hari belajar karena demam. Hujan akan turun,”
            “Tapi aku sedang berjalan-jalan dengan Lord Clopton. Apa yang akan kukatakan pada Lord Clopton bila aku bertemu dengannya lagi?” Duduk dengan posisi miring benar-benar tak nyaman. Grisell terpaksa harus melingkarkan tangannya di leher Lord Moore yang panjang dan… kuat. Kepala Grisell terangkat untuk melihat Lord Clopton dari balik pundak Lord Moore, namun ia tidak menemukan orang yang dicari karena kuda Lord Moore sudah berbelok menuju Welshing Park. Karena putus asa, Grisell menurunkan kepalanya lalu bersandar di dada pria menyebalkan ini. Ia mendengus kesal, ingin memberontak turun dari kuda Lord Moore. Keinginan itu memang sangat menggiurkan tapi ia tidak ingin menghabiskan beberapa bulan di Moore House dengan keadaan sakit karena patah tulang dan ia tidak akan mengikuti season. Lebih parahnya lagi, ia tidak bisa berdansa dengan Lord Clopton.
            Telinga Grisell dapat mendengar bagaimana detak jantung Lord Moore berdetak lebih cepat, tapi jika ia melirik wajahnya yang rupawan itu, Grisell mendapatinya sedang bernafas normal. Tiba-tiba saja kepala pria itu tertunduk, membuat mata mereka bertemu dan terkunci. Mata cokelat Lord Moore sekarang justru lebih mirip warna hitam dibanding warna cokelat, begitu dalam hingga Grisell hanyut terbawa ke dalamnya. Kegelapan itu membawanya entah kemana, sangat misterius seperti kotak harta karun yang berhasil didapatkan oleh perompak. Bulu matanya panjang, turun, seolah-olah sedang melindungi mata itu dari partikel-partikel sekecil debu yang akan mengotori matanya. Tapi pria itu justru mengedipkan matanya, memutuskan koneksi intim itu hingga pipi Grisell bersemu merah dan sadar kalau ia kali ini benar-benar menatap Lord Moore. Pria itu hampir ingin menghentikan kudanya sebentar saja untuk mencium bibir mungil itu saat Grisell mendongak memerhatikannya seperti anak kecil yang memerhatikan Ayahnya sedang bekerja di ruang kerjanya. Ia segera menegakkan lehernya, menatap lurus jalan.
            Lord Moore memberi anggukan singkat pada orang-orang yang menyapanya saat ia memasuki daerah Welshing Park. Bibir orang-orang itu melengkung menghasilkan senyum sempurna yang dilatih tanpa mengeluarkan satu pertanyaan pun. Hanya sapaan ramah untuk Lord Moore. Jika saja bukan Lord Moore yang melakukannya sudah pasti mereka menatap orang itu dengan tatapan heran. Seorang wanita berambut cokelat madu berada dalam pelukannya di atas kuda dan keduanya masih lajang. Tidak satu pun diantara mereka mengaku bahwa mereka sepasang kekasih atau apa pun. Terutama Lord Moore yang tampaknya tak ingin membahas siapa Grisell Parnell. Semuanya akan mengenal Grisell saat season tiba, atau lebih tepatnya, saat Grisell siap dikenal oleh Cheshire.
            Gerbang besi berwarna hitam yang menjulang tinggi terbuka bagi Lord Moore, kedua penjaga gerbang yang membuka gerbang untuknya memberi salam hormat. Andai saja Lord Moore tak mempunyai reputasi yang bagus, sudah jelas Lord Moore akan mempercepat laju Aires ke istal, mengabaikan dua orang itu. Tapi atas dasar kesopanan, pria itu mengangguk lalu memerintah Aires agar berlari lebih cepat menuju istal. Tepat saat mereka masuk ke dalam istal, hujan turun berupa rintik-rintik ringan. Namun Lord Moore yakin, suara guntur itu menandakan hujan turun deras. Grisell menarik tangannya dari leher Lord Moore, ia menunggu pria itu menurunkannya. Pria itu dengan gerakan lugas turun dari kuda, kedua tangannya terjulur ke arah Grisell kemudian wanita itu melompat ke dalam gendongannya.
            Pengurus kuda, Bartram, tiba-tiba muncul dari dalam. Ia memiliki perawakan tinggi rata-rata pria, janggut lebat berwarna merah yang menutupi hampir seluruh pipinya, dan memiliki gigi ompong di daerah gigi depan. Pria itu sepertinya sudah memasuki umur 40an atau kurang dari itu, jika Grisell menebak. “Selamat sore, Milord! Apa acara jalan-jalanmu berlangsung dengan baik?” Tanya Bartram hampir membuat Grisell terlonjak di tempatnya mendengar aksennya yang begitu berbeda dari aksen Inggris.
            “Dia keturunan Skotlandia dari Ibu,” Lord Moore menjelaskan pada Grisell lalu pria itu menatap Bartram. “Ya, acara jalan-jalan berlangsung dengan baik. Terima kasih kau sudah bertanya, kau perhatian sekali. Bisakah kau mengurus Aires? Dia kelelahan setelah hampir seharian aku mengajaknya pergi,”
            “Tentu saja, Milord,” ucap Bartram riang. Hujan semakin lama semakin deras. Tapi Bartram sepertinya tak ingin memberi privasi pada dua orang di hadapannya. Ia bahkan tidak berusaha menarik Aires masuk ke dalam kandangnya, justru matanya memerhatikan Lord Moore kemudian pada Grisell secara bergantian. Merasa muak, Lord Moore akhirnya memberikan senyum paksa.
            “Hampir saja aku lupa, Bartram. Apakah Cornelius telah memperkenalkanmu pada tamuku? Kuasumsikan, dia lupa. Ini adalah tamuku, Miss Grisell Parnell. Dia akan belajar berkuda, pastikan kau menyiapkan kuda yang baik untuknya. Tapi aku masih belum yakin kapan ia akan belajar kuda karena guru…” suara Lord Moore menghilang. Benar sekali, dimana Miss Gillbride? Mengapa ia tidak menjadi pendamping Grisell selama berjalan-jalan dengan Lord Clopton? Eunice sudah jelas hampir sampai ke Moore House setelah ditinggalkan begitu saja—Lord Moore yakin Lord Clopton takkan memberikan tumpangan apa pun atau perbuatan gentleman yang membawa Eunice ke Moore House tanpa basah kuyup. Mungkin Eunice harus diberi perawatan khusus saat ia sampai. Lord Moore tak ingin pelayan Grisell jatuh sakit.
            Lord Moore menatap Grisell. Kedua mata biru Grisell balas menatapnya dengan takut-takut. “Miss Gillbride sedang tidak enak badan—“
            “Demi Tuhan.” Lord Moore memejamkan mata mendengar berita itu. Mengapa tidak ada yang mencarinya untuk memberitahu itu? Jika Lord Moore tahu, sudah jelas ia tidak akan membiarkan Grisell pergi tanpa pendamping seperti Miss Gillbride. “Bartram, jika kau tidak keberatan, bisakah kau meninggalkan kami sebentar?” Suara tegas Lord Moore mau tak mau harus dituruti. Pengurus kuda itu akhirnya pergi membawa Aires masuk ke dalam, memberi mereka privasi. Suara guntur membuat Aires mendengus gelisah saat ia diajak masuk ke dalam kandangnya. Angin mulai masuk ke dalam istal sehingga rok Grisell beterbangan tak keruan, untungnya rambut Grisell dikepang rumit dengan jepitan yang hampir dibutuhkan satu lusin jepit sehingga ikatan itu kuat.
            Wanita itu akhirnya melangkah mondar-mandir di hadapannya, jari kedua tangannya saling menjalin gelisah, dan raut wajahnya khawatir. Tidak, Grisell tidak khawatir dengan keadaan Miss Gillbride sekarang. Ia khawatir apa yang akan Lord Moore lakukan bila ia mengatakan yang sebenarnya. “Aku berbohong,” akhirnya suara Grisell terdengar. Wanita itu berhenti berjalan, ia menatap pria yang menjulang tinggi itu sedang memerhatikannya seperti patung.
            “Berbohong? Jelaskan,”
            “Aku berbohong pada Miss Gillbride. Kukatakan padanya kalau aku akan tidur siang, tapi aku tidak melakukannya… aku seharusnya tidur siang dan membatalkan pertemuanku dengan Lord Clopton karena ia melarangnya. Ia bilang padaku kalau ia yang harus menjadi pendampingku tapi ia sedang kurang sehat dan aku sudah berjanji—“
            “Kau berbohong pada orang yang sedang lemah tubuh? Apa yang kaupikirkan Grisell?” Nama depan pria itu dengan lancar menyebutkan nama depannya. Menurut Miss Gillbride, jika seseorang memanggil nama depanmu, berarti orang itu memiliki hubungan yang sangat dekat denganmu. Tapi melihat situasi dan alasan mengapa pria itu menyebut nama depannya, sepertinya itu bukan menandakan mereka memiliki hubungan yang sangat dekat.
            “Aku hanya ingin mencoba bersosiali… kau tahu kata itu, aku tidak bisa menyebutkannya—tidak penting, Miss Gillbride tentu tidak tahu bagaimana rasanya—“
            “Lord Clopton pernah melakukan pendekatan dengan Miss Gillbride bertahun-tahun yang lalu, demi Tuhan. Itulah alasan mengapa ia tidak mengizinkanmu pergi bersamanya. Ia tidak ingin kau jatuh…” Suara Lord Moore lagi-lagi menghilang. Pria itu menggumam, “jangan katakan hal bodoh, Moore tenangkan dirimu.” Lord Moore menarik nafas dalam-dalam. Bibir Grisell menipis saat mendengar Lord Clopton pernah melakukan pendekatan dengan Miss Gillbride. Oh, itu sangat menjelaskan bagaimana keduanya saling mengenal! Miss Gillbride tentu masih memiliki perasaan pada Lord Clopton—dua pipinya bersemu merah tadi pagi.
            “Kumohon jangan beritahu Miss Gillbride kalau aku melanggarnya? Kumohon?”
            “Aku tidak bisa berbohong pada Miss Gillbride tapi aku juga tidak akan memberitahunya, jika itu membuat hatimu senang,” ucap Lord Moore tenang. Itulah kebenarannya. Lord Moore bukan pria yang penuh bualan seperti saat tahun-tahun sebelum kematian Ibunya. Ia memang tidak memberitahu orang-orang tentang masa lalunya, lagi pula, untuk apa? Mereka tak berhak mengetahui masa lalu Lord Moore, termasuk masa-masa kelamnya. Tapi suatu saat, Lord Moore akan bertemu dengan seseorang yang akan menerima masa lalunya.
            “Jika begitu jangan katakan apa pun padanya,”
            “Mengapa kau menerima ajakannya? Tidakkah kau takut bila ia ternyata orang jahat? Terutama kau tidak  berada di bawah pengawasan Miss Gillbride. Bisa saja Lord Clopton membawamu lagi ke London dan—“
            “Ia seorang gentleman. Dan ia tidak akan melakukan itu padaku. Aku tahu ia adalah pria yang baik dan tidak semembosankan dirimu,”
            “Miss Parnell, kita berdua tahu di dunia ini begitu banyak pria baik. Tapi jarang kau temui pria berniat baik. Apa kau yakin Lord Clopton melakukan pendekatan atas dasar niat baik atau justru ia ingin memperburuk reputasimu? Dan aku menuntut penjelasan mengapa aku bisa membosankan,”
            “Ia akan mengajakku berdansa saat season nanti. Dan meski aku tahu kita berdua tidak boleh berdansa lebih dari 3 kali, tapi aku akan mengamankan 2 dansa untuknya. Di awal dan akhir acara dansa. Apa aku belum menyebutkan kalau kau adalah orang paling membosankan? Lord Moore dengan segala permohonan maaf, aku harus mengatakan bahwa kau orang yang paling kolot, membosankan dan tidak memiliki… memiliki… memiliki… gairah pada wanita.”
            Lord Moore mendapati ucapan itu sangat menarik dan menantang. Ia tersenyum mengejek pada Grisell lalu ia menarik nafas panjang. “Aku kolot? Mungkin. Membosankan? Tidak sama sekali. Tidak memiliki gairah pada wanita? Oh, Miss Parnell, kau menyakiti hatiku. Atas dasar apa kau mengatakan itu, Manis?”
            “Kau menolakku saat aku… merayumu. Tidak pernah ada yang menolakku sebelumnya, kau tahu itu,”
            “Dan itu membuatku menjadi pria yang tak memiliki gairah pada wanita? Sulit dipercaya. Percakapan ini jelas seharusnya tidak kita bicarakan. Maafkan aku,” ucap Lord Moore membuka jas hitamnya. “Kita harus kembali ke Moore House sebelum Mildred memanggil polisi untuk mencari kita,”
            “Dia tidak akan berlebihan seperti itu!” Seru Grisell menerima jas hitam itu menutup kepalanya. Senyum simpul menghias wajah Lord Moore lalu pria itu berkata dengan nada suara mengejek.
            “Kau hanya belum tahu dia, Manis.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar