CHAPTER SEVEN
Sosoknya tinggi, tegap, berambut
hitam gelap, dan… senyum yang dapat membuat bunga bermekaran secantik bunga
musim semi. Grisell terpana sesaat, mengamati pria yang berhadapan dengannya.
Dua bola mata berwarna biru gelap membuat pria itu sangat misterius hingga
jantung Grisell berdebar tak menentu. Otaknya menyuruhnya pergi dari tempat
itu, tapi hatinya memintanya diam di tempat untuk menikmati sesosok pria
tampan. Miss Gillbride hampir terhuyung ke samping, ia tidak percaya bahwa pria
ini akan semakin menawan tiap harinya. Miss Gillbride melangkah ke sebelah
Grisell lalu ia membungkuk memberi hormat pada pria itu.
“Selamat pagi, Lord Clopton,” sapa
Miss Gillbride dengan suara tenang dan terkendali. Grisell juga ingin menyapa
pria itu, namun peraturannya adalah Grisell harus dikenalkan pada pria yang
dipanggil Lord Clopton ini. Jika ada hal yang dapat mengalihkan Miss Gillbride
dari pemandangan, maka hal itu mungkin adalah kiamat. Miss Gillbride tak sadar
pipinya memerah, berkata secara diam-diam bahwa ia menyukai Lord Clopton.
“Selamat pagi, Miss Gillbride. Lama
tak bertemu denganmu. Kau semakin cantik saja, begitu juga dengan gadis di
sebelahmu,” ucap Lord Clopton ramah tapi sedikit kurang ajar saat ia menatap
Grisell dengan senyum penuh arti. Tentu saja Lord Clopton pernah melihat
Grisell! Bagaimana mungkin ia melupakan wanita bertubuh pendek dan memiliki rambut
tebal nan panjang berwarna cokelat madu itu? Meski ia tidak bertemu secara
langsung dengan Grisell, tapi ia pernah melihat Grisell berdiri di depan rumah
pelacuran sedang mencari-cari mangsa. Lord Clopton tentu tidak memakai Grisell
atas dasar kesopanannya sebagai seorang gentleman
dan fakta bahwa ia anak keturunan bangsawan.
Pipi Miss Gillbride merah padam
sebab ternyata Lord Clopton lebih tertarik pada Grisell. “Tentu saja, My Lord.
Perkenalkan Miss Grisell Parnell, teman Lord Moore dari London. Dan Miss
Parnell, perkenalkan Lord Clopton, kakak dari Lady Clopton,”
“Senang bertemu denganmu, My Lord.”
Grisell membungkuk lalu memberi senyuman cerah. Grisell ingin muntah saat ia
mengetahui bahwa Lord Clopton adalah kakak dari Henrietta! Mereka tidak sama
sekali mirip jika rambut Lord Clopton tidak berwarna hitam. “Bukankah ini pagi
yang menyenangkan, My Lord?”
“Tentu saja, Miss Parnell. Pagi ini
sangat menyenangkan, terutama karena aku bertemu denganmu. Katakan padaku, Miss
Parnell, dalam rangka apa Lord Moore mengundangmu ke Cheshire?” Lord Clopton
memberi raut wajah serius, lebih tepatnya, sesuatu yang membuat Grisell
terangsang sekaligus jengkel. Mengapa pria Cheshire harus berperilaku layaknya
orang membosankan? Apakah mereka membosankan sejak lahir atau membosankan
karena peraturan bangsawan mereka yang konyol? Grisell menatap Miss Gillbride
terlebih dahulu, lalu wanita itu memberi peringatan agar tidak memberitahu Lord
Clopton hal yang begitu mendetail.
Sayangnya, Lord Clopton tahu bahwa
Grisell adalah pelacur, Henrietta sendiri yang mengatakannya. Dan Grisell sadar
betul bahwa pria itu mengenalnya, tapi bukankah sangat nakal bila Grisell
melawan peringatan Miss Gillbride? Ia tidak akan berdansa dengan Lord Clopton
saat season berlangsung jika ia tidak
lulus dalam hal tata krama berkenalan dan bercakap-cakap.
“Season,
kurasa,”
“Oh, maka, Miss Parnell, tulislah
namaku di kartumu agar aku menjadi pria pertama yang berdansa denganmu,” ucap
Lord Clopton menunduk, lalu mengambil tangan Grisell dan mengecup punggung
tangannya yang terbalut sarung putih.
“Kau akan menjadi pertama dan
terakhir, My Lord. Tentu saja aku akan menulis namamu,” Grisell memberi senyum
menawan. Lord Clopton tak pernah melihat mahluk
semenawan ini. Bagaimana mungkin Lord Moore bisa mendapatkan Grisell dan
menempatkan wanita ini di Moore House? Cukup mengejutkan saat berita itu keluar
dari mulut Henrietta—wanita mengamuk saat tahu bahwa seorang pelacur berada di
rumah mantan kekasihnya. Lord Clopton tak percaya pria sesopan, seramah dan
anti-skandal itu mau mengundang seorang pelacur seperti Grisell tinggal di
rumahnya selama season. Dan jujur
saja, Lord Clopton sangat terpukau melihat Grisell memakai gaun berwarna putih
bercorak bunga-bungaan dan dedaunan seperti musim semi yang sangat berbanding
terbalik dengan musim gugur saat ini—Grisell seperti bunga paling indah di
Cheshire saat ini. Sangat berbeda dengan cara berpakai Grisell saat di London,
pahanya yang putih terpampang jelas bagi Lord Clopton—hingga Lord Clopton
terpaksa tidur dengan kejantanan keras.
“Kalau begitu, apakah aku boleh
mengajakmu pergi berjalan-jalan nanti sore, bila kau tidak begitu sibuk?”
Pertanyaan itu membuat Grisell menegang. Lord Clopton mengajaknya pergi
berjalan-jalan nanti sore? Sangat berani. Bahkan di depan Miss Gillbride!
Grisell tidak perlu meminta izin Miss Gillbride, Grisell langsung mengangguk
semangat.
“Tentu saja, My Lord. Aku memiliki
waktu kosong nanti jam 3 sore,”
“Jika begitu, aku akan menjemputmu.
Jam 3 sore? Baiklah, selama itu yang keinginanmu. Senang bertemu denganmu, Miss
Parnell,”
“Aku juga begitu, My Lord,” Grisell
membungkuk, begitu juga dengan Miss Gillbride. Pria itu berbalik meninggalkan
mereka yang mematung di tempat. Grisell menatap Miss Gillbride yang terdiam,
raut wajah gurunya tampak tak bersemangat tapi juga bisa dibilang tenang. Miss
Gillbride bahkan tidak berusaha untuk menceramahi atau mengoreksi kesalahan
Grisell yang tadi mengangguk begitu bersemangat seperti anak kecil. Merasa Miss
Gillbride tak mengatakan apa-apa, entah mengapa, mata Grisell jatuh pada
halaman rumah dimana Lord Moore sempat berada, tapi sekarang pria itu sudah
tidak ada. Apakah ia melihat kejadian tadi? Grisell berharap tidak!
***
Lord Moore baru saja selesai
mengunjungi beberapa penyewa tanahnya yang sedang sakit dan bermasalah dengan
tetangganya. Seharusnya Lord Moore tidak terkejut saat orang-orang yang
dikunjunginya bertanya-tanya siapa Grisell Parnell yang ia sembunyikan di
rumahnya. Tapi kenyataannya, Lord Moore terkejut—sangat terkejut hingga ia
menahan nafas selama beberapa detik—begitu ia ditanya, apakah Grisell Parnell
sepupu jauh atau kerabatnya? Tidak ada yang bertanya atau mengejeknya
mengetahui Grisell Parnell adalah seorang pelacur. Lord Moore tidak cukup naïf
untuk tahu bahwa orang-orang itu sedang berpura-pura tidak tahu bahwa Grisell
adalah pelacur demi menghormati Lord Moore. Ia tahu, berita itu seharusnya
mendatangkan kelegaan tersendiri. Ia pikir orang-orang akan mengejeknya atau
mencemooh tindakan Lord Moore, tapi kenyataannya sangat berbeda tipis dari
bayangannya. Orang-orang itu tahu, tapi berpura-pura tak tahu. Tapi itu tidak
cukup membuat Lord Moore tenang.
Ia teringat akan kunjungannya ke
rumah Mr. Butler pagi tadi untuk melihat bagaimana keadaannya. Satu hal yang
membuat perhatiannya teralihkan dari jarak pandang dekat; Grisell Parnell
bercakap-cakap dengan Lord Clopton. Lord Moore sangat mengenal Lord Clopton!
Pria itu terkenal akan kehebatannya meminum bir dan minuman keras. Dan pagi
ini, Lord Moore mendapat pria itu sedang berbicara dengan Grisell Parnell. Lord
Moore berharap dari permintaan Grisell akan membuat hubungan mereka berjalan
dengan baik, tapi Lord Clopton ternyata memilih menghalangi rencana Lord Moore.
Kuda hitam Lord Moore mendengus, mencondongkan hidungnya ke bahu Lord Moore,
meminta pulang ke rumah. Tapi Lord Moore sedang tak ingin berada di rumah
sekarang. Ia ingin menikmati suasana sejuk di hutan ini. Meski sebagian besar
daun berwarna oranye kecokelatan, Lord Moore sangat menikmatinya.
Terutama, Lord Moore menginginkan
ketenangan.
Jika Lord Moore tahu Lord Clopton
akan berani mendekati Grisell di estatnya sendiri, ia tidak akan mengizinkan
Grisell berkeluyuran di Cheshire. Ia butuh minuman keras untuk mengalahkan
perasaan candu ini. Ia butuh pengalihan. Lord Moore tahu jelas apa yang sedang
melandanya, tapi demi Tuhan, tidak ada yang bisa mengalihkannya. Ia
menginginkan Grisell seperti ia menginginkan Henrietta dulu. Tapi dengan cara
yang berbeda. Ketika ia menatap gadis bertubuh pendek dengan penampilan menarik
itu, Lord Moore sulit mengendalikan diri seperti biasanya. Jelas Grisell
bukanlah pilihan pertama Lord Moore sebagai istrinya. Fakta Henrietta memiliki
derajat lebih tinggi dibanding Grisell akan membuat pria mana pun dilema,
berpikir siapakah yang lebih pantas menjadi istri Lord Moore.
Tangan Lord Moore masuk ke dalam
kantong dalam jas hitamnya lalu mengeluarkan jamnya, melihat pukul berapa
sekarang. Pria itu mengangkat kepalanya menatap kuda hitamnya yang besar, sehat
dan kuat itu dengan senyum simpul. Kuda hitam itu sering dipanggil Aires, kuda
Arab yang paling kuat diantara semua kuda keluarga Moore. Lord Moore menarik
tali kekangnya, menarik Aires berjalan bersamanya ke atas jalan aspal.
Sepertinya Aires ada benarnya, mereka harus pulang sekarang sebelum Mildred
panik karena tidak tahu kemana Lord Moore pergi. Lord Moore mendongak ke langit
terbuka yang berwarna biru keabu-abuan, menandakan sebentar lagi akan hujan.
Sudah mendung dan Aires sepertinya tak begitu menyukai hujan. Gerak cekatan
dari Lord Moore menunggangi kudanya akan berhasil membuat Grisell menganga bila
Grisell melihat bagaimana pria itu menaiki Aires.
Aires berlari melewati jalan aspal
bersamaan saat suara guntur mulai memekakan telinganya. Lord Moore
mencondongkan tubuhnya, menyuruh Aires agar berlari lebih cepat menuju Moore
House. Daun-daun musim gugur mulai berterbangan saat angin menerpa mereka.
Orang-orang yang sedang berjalan saat itu mulai terburu-buru berjalan menuju
rumah mereka karena hujan besar sebentar lagi akan melanda Cheshire. Ia
memikirkan dimana Grisell sekarang berada, mungkin ia sudah berada di rumah.
Mengingat sekarang adalah waktunya untuk tidur siang, tentu saja wanita itu
harus mengikuti jadwal yang dibuat Miss Gillbride.
Andai saja Lord Moore tahu bahwa
Grisell sedang menikmati waktunya bersama pria yang dulunya hampir menjadi
kakak ipar Lord Moore, pasti Lord Moore sudah kehilangan kendali saat itu juga.
Grisell berjalan di bawah naungan langit mendung, berbicara tentang dirinya
yang sedang belajar menjadi wanita terhormat pada Lord Clopton. Grisell harus
menarik kembali apa yang ia pikirkan tadi pagi tentang betapa membosankannya
Lord Clopton hampir sama seperti Lord Moore. Pria itu jelas bukan orang yang
membosankan, mengingat bagaimana ia tertawa hampir di setiap perkataan Grisell.
Ini bukan pertama kali Grisell merasa nyaman bersama pria, tapi Lord Clopton
berhasil membuat Grisell merasa dunia ini hanya diciptakan untuk mereka berdua.
Tak peduli seberapa keras kau tertawa, kau mengatakan pendapatmu, atau kau
melompat di hadapannya, Lord Clopton akan terus memerhatikanmu seperti ia
memerhatikan spesies binatang laut yang baru.
“Jadi, seharusnya sekarang kau tidur
siang sesuai jadwal?” Lord Clopton bertanya penuh perhatian. Mereka sedang
berjalan menuju Moore House setelah setengah jam berjalan-jalan di estat Lord
Clopton yang tak jauh dari Welshing Park.
“Tidak juga,” Grisell menggeleng
kepala. “Jika aku memiliki pertemuan, Miss Gillbride mengizinkannya. Asalkan
aku harus memiliki pendamping. Dan seperti yang kaulihat di belakang kita,
Eunice mengawasi gerak-gerikku. Tapi ia tidak punya wewenang lebih seperti yang
dimiliki Miss Gillbride,”
“Wewenang lebih?”
“Ya. Miss Gillbride bukan pelayanku.
Ia guruku, jadi ia diberi wewenang untuk memperbaiki sikapku selama
bersosialisasi. Tapi berhubung Miss Gillbride sedang tidak enak badan, aku
tidak perlu bersusah payah mengangkat daguku tinggi-tinggi,” ucap Grisell
menendang batu krikil di jalan aspal. Lord Clopton menarik nafas tajam,
perasaannya was-was namun bercampur dengan perasaan terhibur. Grisell Parnell
benar-benar sesuatu yang lain. Grisell menunduk menyembunyikan senyum
malu-malunya dari Lord Clopton saat ia melihat pria itu memerhatikannya begitu
cermat. Entahlah, rasanya begitu asing bila itu datang dari seorang bangsawan.
Atau hanya dari Lord Clopton? Grisell rasanya ingin segera pulang dan
menceritakan apa saja yang terjadi pada Hope. Gadis itu sangat ramah padanya
dan tidak malu-malu, justru Hope menawarkan pertemanan pada Grisell setelah ia
pulang belajar. Tawaran itu adalah tawaran berharga bagi Grisell yang seumur
hidup hanya berteman dengan Bibi Millicent dan teman-temannya yang juga melacur—hubungan
mereka justru lebih mendekskripsikan kompetisi siapa yang lebih hebat
mendapatkan pria.
“Sebelumnya, bolehkah aku bertanya,
Miss Parnell?” Lord Clopton meminta izin hati-hait. Grisell mendongak, ia
kemudian tersenyum santai lalu mengangguk pasti.
“Tentu saja, Lord Clopton,”
“Sebenarnya, hubungan apa yang
kaumiliki dengan Lord Moore?” Tanya Lord Clopton menempatkan kedua tangannya di
belakang punggung, mengaitkan jemarinya sehingga tangannya terkunci di
belakang. Grisell terdiam sejenak sambil terus berjalan, memikirkan jawaban
dari pertanyaan itu. Entah mengapa pertanyaan itu begitu sederhana, namun entah
mengapa otak Grisell sepertinya tak ingin berkompromi untuk menyiapkan jawaban
bagi pertanyaan yang satu ini. Hubungan apa? Grisell sendiri pun tak tahu. Baru
kali inilah Grisell menganggap Miss Gillbride adalah malaikat yang diturunkan
Tuhan untuknya. Jika Grisell tak tahu harus menjawab pertanyaan yang baginya
sulit, jawablah dengan jawaban umum.
“Pertemanan,” bukanlah kata yang
tepat untuk menjelaskan hubungan mereka. “Hanya petemanan biasa. Aku masih
lajang,” jelas Grisell mengangguk-angguk yakin. Ternyata latihan bersandiwara
dengan Bibi Millicent sangat berguna untuk menipu seorang aristokrat seperti
Lord Clopton. Tapi mengapa tidak pada Lord Moore? Lord Clopton menghela nafas
lega, senyumnya lebih lebar sekarang.
“Kalau begitu, tidak ada yang harus
kukhawatirkan sekarang. Pertama kupikir kau adalah kekasih baru Lord Moore
karena adikku, Henrietta, diputuskan olehnya dengan alasan tak masuk akal. Tapi
setelah kau menerima ajakanku tadi pagi, aku yakin kau belum dikekang olehnya.
Pertanyaan tadi hanya untuk mengklarifikasikan segalanya,”
“Tentu saja, Lord—“ Grisell menjerit
seketika saat seseorang dengan paksa menarik tubuhnya dari Lord Clopton. Aires
hampir tak ingin menuruti permintaan majikannya saat Lord Moore tiba-tiba saja
menarik tali kekangnya agar ia berlari lebih lambat. Entah bagaimana bisa
terjadi begitu cepat, tangan Lord Moore terjulur ke bawah lalu menarik
seseorang seperti ia menarik buah apel dari pohonnya. Suara jeritan perempuan
menarik perhatian orang-orang yang sedang sibuk mengambil jemuran pakaiannya.
Grisell tiba-tiba saja sudah berada di atas kuda, berhadapan dengan Lord Moore
yang wajahnya datar.
“Moore! Apa yang kaulakukan?
Turunkan aku sekarang!”
“Berjalan dengan kaki menuju
Welshing Park saja akan membuatmu basah kuyup. Aku tidak ingin mengambil risiko
kau melewatkan tiga hari belajar karena demam. Hujan akan turun,”
“Tapi aku sedang berjalan-jalan
dengan Lord Clopton. Apa yang akan kukatakan pada Lord Clopton bila aku bertemu
dengannya lagi?” Duduk dengan posisi miring benar-benar tak nyaman. Grisell
terpaksa harus melingkarkan tangannya di leher Lord Moore yang panjang dan…
kuat. Kepala Grisell terangkat untuk melihat Lord Clopton dari balik pundak
Lord Moore, namun ia tidak menemukan orang yang dicari karena kuda Lord Moore
sudah berbelok menuju Welshing Park. Karena putus asa, Grisell menurunkan
kepalanya lalu bersandar di dada pria menyebalkan ini. Ia mendengus kesal,
ingin memberontak turun dari kuda Lord Moore. Keinginan itu memang sangat
menggiurkan tapi ia tidak ingin menghabiskan beberapa bulan di Moore House
dengan keadaan sakit karena patah tulang dan ia tidak akan mengikuti season. Lebih parahnya lagi, ia tidak
bisa berdansa dengan Lord Clopton.
Telinga Grisell dapat mendengar
bagaimana detak jantung Lord Moore berdetak lebih cepat, tapi jika ia melirik
wajahnya yang rupawan itu, Grisell mendapatinya sedang bernafas normal.
Tiba-tiba saja kepala pria itu tertunduk, membuat mata mereka bertemu dan
terkunci. Mata cokelat Lord Moore sekarang justru lebih mirip warna hitam
dibanding warna cokelat, begitu dalam hingga Grisell hanyut terbawa ke
dalamnya. Kegelapan itu membawanya entah kemana, sangat misterius seperti kotak
harta karun yang berhasil didapatkan oleh perompak. Bulu matanya panjang,
turun, seolah-olah sedang melindungi mata itu dari partikel-partikel sekecil
debu yang akan mengotori matanya. Tapi pria itu justru mengedipkan matanya, memutuskan
koneksi intim itu hingga pipi Grisell bersemu merah dan sadar kalau ia kali ini
benar-benar menatap Lord Moore. Pria
itu hampir ingin menghentikan kudanya sebentar saja untuk mencium bibir mungil
itu saat Grisell mendongak memerhatikannya seperti anak kecil yang memerhatikan
Ayahnya sedang bekerja di ruang kerjanya. Ia segera menegakkan lehernya,
menatap lurus jalan.
Lord Moore memberi anggukan singkat
pada orang-orang yang menyapanya saat ia memasuki daerah Welshing Park. Bibir
orang-orang itu melengkung menghasilkan senyum sempurna yang dilatih tanpa
mengeluarkan satu pertanyaan pun. Hanya sapaan ramah untuk Lord Moore. Jika
saja bukan Lord Moore yang melakukannya sudah pasti mereka menatap orang itu
dengan tatapan heran. Seorang wanita berambut cokelat madu berada dalam
pelukannya di atas kuda dan keduanya masih lajang. Tidak satu pun diantara
mereka mengaku bahwa mereka sepasang kekasih atau apa pun. Terutama Lord Moore
yang tampaknya tak ingin membahas siapa Grisell Parnell. Semuanya akan mengenal
Grisell saat season tiba, atau lebih
tepatnya, saat Grisell siap dikenal oleh Cheshire.
Gerbang besi berwarna hitam yang menjulang
tinggi terbuka bagi Lord Moore, kedua penjaga gerbang yang membuka gerbang
untuknya memberi salam hormat. Andai saja Lord Moore tak mempunyai reputasi
yang bagus, sudah jelas Lord Moore akan mempercepat laju Aires ke istal,
mengabaikan dua orang itu. Tapi atas dasar kesopanan, pria itu mengangguk lalu
memerintah Aires agar berlari lebih cepat menuju istal. Tepat saat mereka masuk
ke dalam istal, hujan turun berupa rintik-rintik ringan. Namun Lord Moore
yakin, suara guntur itu menandakan hujan turun deras. Grisell menarik tangannya
dari leher Lord Moore, ia menunggu pria itu menurunkannya. Pria itu dengan
gerakan lugas turun dari kuda, kedua tangannya terjulur ke arah Grisell
kemudian wanita itu melompat ke dalam gendongannya.
Pengurus kuda, Bartram, tiba-tiba
muncul dari dalam. Ia memiliki perawakan tinggi rata-rata pria, janggut lebat
berwarna merah yang menutupi hampir seluruh pipinya, dan memiliki gigi ompong
di daerah gigi depan. Pria itu sepertinya sudah memasuki umur 40an atau kurang
dari itu, jika Grisell menebak. “Selamat sore, Milord! Apa acara jalan-jalanmu
berlangsung dengan baik?” Tanya Bartram hampir membuat Grisell terlonjak di
tempatnya mendengar aksennya yang begitu berbeda dari aksen Inggris.
“Dia keturunan Skotlandia dari Ibu,”
Lord Moore menjelaskan pada Grisell lalu pria itu menatap Bartram. “Ya, acara
jalan-jalan berlangsung dengan baik. Terima kasih kau sudah bertanya, kau
perhatian sekali. Bisakah kau mengurus Aires? Dia kelelahan setelah hampir
seharian aku mengajaknya pergi,”
“Tentu saja, Milord,” ucap Bartram
riang. Hujan semakin lama semakin deras. Tapi Bartram sepertinya tak ingin
memberi privasi pada dua orang di hadapannya. Ia bahkan tidak berusaha menarik
Aires masuk ke dalam kandangnya, justru matanya memerhatikan Lord Moore
kemudian pada Grisell secara bergantian. Merasa muak, Lord Moore akhirnya
memberikan senyum paksa.
“Hampir saja aku lupa, Bartram.
Apakah Cornelius telah memperkenalkanmu pada tamuku? Kuasumsikan, dia lupa. Ini
adalah tamuku, Miss Grisell Parnell. Dia akan belajar berkuda, pastikan kau menyiapkan
kuda yang baik untuknya. Tapi aku masih belum yakin kapan ia akan belajar kuda
karena guru…” suara Lord Moore menghilang. Benar sekali, dimana Miss Gillbride?
Mengapa ia tidak menjadi pendamping Grisell selama berjalan-jalan dengan Lord
Clopton? Eunice sudah jelas hampir sampai ke Moore House setelah ditinggalkan
begitu saja—Lord Moore yakin Lord Clopton takkan memberikan tumpangan apa pun
atau perbuatan gentleman yang membawa
Eunice ke Moore House tanpa basah kuyup. Mungkin Eunice harus diberi perawatan
khusus saat ia sampai. Lord Moore tak ingin pelayan Grisell jatuh sakit.
Lord Moore menatap Grisell. Kedua
mata biru Grisell balas menatapnya dengan takut-takut. “Miss Gillbride sedang
tidak enak badan—“
“Demi Tuhan.” Lord Moore memejamkan
mata mendengar berita itu. Mengapa tidak ada yang mencarinya untuk memberitahu
itu? Jika Lord Moore tahu, sudah jelas ia tidak akan membiarkan Grisell pergi
tanpa pendamping seperti Miss Gillbride. “Bartram, jika kau tidak keberatan,
bisakah kau meninggalkan kami sebentar?” Suara tegas Lord Moore mau tak mau
harus dituruti. Pengurus kuda itu akhirnya pergi membawa Aires masuk ke dalam,
memberi mereka privasi. Suara guntur membuat Aires mendengus gelisah saat ia
diajak masuk ke dalam kandangnya. Angin mulai masuk ke dalam istal sehingga rok
Grisell beterbangan tak keruan, untungnya rambut Grisell dikepang rumit dengan
jepitan yang hampir dibutuhkan satu lusin jepit sehingga ikatan itu kuat.
Wanita itu akhirnya melangkah mondar-mandir
di hadapannya, jari kedua tangannya saling menjalin gelisah, dan raut wajahnya
khawatir. Tidak, Grisell tidak khawatir dengan keadaan Miss Gillbride sekarang.
Ia khawatir apa yang akan Lord Moore lakukan bila ia mengatakan yang
sebenarnya. “Aku berbohong,” akhirnya suara Grisell terdengar. Wanita itu
berhenti berjalan, ia menatap pria yang menjulang tinggi itu sedang
memerhatikannya seperti patung.
“Berbohong? Jelaskan,”
“Aku berbohong pada Miss Gillbride.
Kukatakan padanya kalau aku akan tidur siang, tapi aku tidak melakukannya… aku
seharusnya tidur siang dan membatalkan pertemuanku dengan Lord Clopton karena
ia melarangnya. Ia bilang padaku kalau ia yang harus menjadi pendampingku tapi
ia sedang kurang sehat dan aku sudah berjanji—“
“Kau berbohong pada orang yang
sedang lemah tubuh? Apa yang kaupikirkan Grisell?” Nama depan pria itu dengan
lancar menyebutkan nama depannya. Menurut Miss Gillbride, jika seseorang
memanggil nama depanmu, berarti orang itu memiliki hubungan yang sangat dekat denganmu.
Tapi melihat situasi dan alasan mengapa pria itu menyebut nama depannya,
sepertinya itu bukan menandakan mereka memiliki hubungan yang sangat dekat.
“Aku hanya ingin mencoba bersosiali…
kau tahu kata itu, aku tidak bisa menyebutkannya—tidak penting, Miss Gillbride
tentu tidak tahu bagaimana rasanya—“
“Lord Clopton pernah melakukan
pendekatan dengan Miss Gillbride bertahun-tahun yang lalu, demi Tuhan. Itulah
alasan mengapa ia tidak mengizinkanmu pergi bersamanya. Ia tidak ingin kau
jatuh…” Suara Lord Moore lagi-lagi menghilang. Pria itu menggumam, “jangan
katakan hal bodoh, Moore tenangkan dirimu.” Lord Moore menarik nafas
dalam-dalam. Bibir Grisell menipis saat mendengar Lord Clopton pernah melakukan
pendekatan dengan Miss Gillbride. Oh, itu sangat menjelaskan bagaimana keduanya
saling mengenal! Miss Gillbride tentu masih memiliki perasaan pada Lord
Clopton—dua pipinya bersemu merah tadi pagi.
“Kumohon jangan beritahu Miss
Gillbride kalau aku melanggarnya? Kumohon?”
“Aku tidak bisa berbohong pada Miss
Gillbride tapi aku juga tidak akan memberitahunya, jika itu membuat hatimu
senang,” ucap Lord Moore tenang. Itulah kebenarannya. Lord Moore bukan pria
yang penuh bualan seperti saat tahun-tahun sebelum kematian Ibunya. Ia memang
tidak memberitahu orang-orang tentang masa lalunya, lagi pula, untuk apa?
Mereka tak berhak mengetahui masa lalu Lord Moore, termasuk masa-masa kelamnya.
Tapi suatu saat, Lord Moore akan bertemu dengan seseorang yang akan menerima
masa lalunya.
“Jika begitu jangan katakan apa pun
padanya,”
“Mengapa kau menerima ajakannya?
Tidakkah kau takut bila ia ternyata orang jahat? Terutama kau tidak berada di bawah pengawasan Miss Gillbride.
Bisa saja Lord Clopton membawamu lagi ke London dan—“
“Ia seorang gentleman. Dan ia tidak akan melakukan itu padaku. Aku tahu ia
adalah pria yang baik dan tidak semembosankan dirimu,”
“Miss Parnell, kita berdua tahu di
dunia ini begitu banyak pria baik. Tapi jarang kau temui pria berniat baik. Apa kau yakin Lord Clopton
melakukan pendekatan atas dasar niat baik atau justru ia ingin memperburuk
reputasimu? Dan aku menuntut penjelasan mengapa aku bisa membosankan,”
“Ia akan mengajakku berdansa saat season nanti. Dan meski aku tahu kita
berdua tidak boleh berdansa lebih dari 3 kali, tapi aku akan mengamankan 2
dansa untuknya. Di awal dan akhir acara dansa. Apa aku belum menyebutkan kalau
kau adalah orang paling membosankan? Lord Moore dengan segala permohonan maaf,
aku harus mengatakan bahwa kau orang yang paling kolot, membosankan dan tidak
memiliki… memiliki… memiliki… gairah pada wanita.”
Lord Moore mendapati ucapan itu
sangat menarik dan menantang. Ia tersenyum mengejek pada Grisell lalu ia
menarik nafas panjang. “Aku kolot? Mungkin. Membosankan? Tidak sama sekali.
Tidak memiliki gairah pada wanita? Oh, Miss Parnell, kau menyakiti hatiku. Atas
dasar apa kau mengatakan itu, Manis?”
“Kau menolakku saat aku… merayumu.
Tidak pernah ada yang menolakku sebelumnya, kau tahu itu,”
“Dan itu membuatku menjadi pria yang
tak memiliki gairah pada wanita? Sulit dipercaya. Percakapan ini jelas
seharusnya tidak kita bicarakan. Maafkan aku,” ucap Lord Moore membuka jas
hitamnya. “Kita harus kembali ke Moore House sebelum Mildred memanggil polisi
untuk mencari kita,”
“Dia tidak akan berlebihan seperti
itu!” Seru Grisell menerima jas hitam itu menutup kepalanya. Senyum simpul
menghias wajah Lord Moore lalu pria itu berkata dengan nada suara mengejek.
“Kau hanya belum tahu dia, Manis.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar