***
*Author POV*
Alice
dan Aaron muncul di hadapan keluarga Bieber setelah mereka melakukan hal yang
panas di dalam toilet. Keadaan mereka tampak baik-baik saja, sama seperti
terakhir kali Justin dan Alex melihatnya. Namun sebenarnya Alice benar-benar
kelelahan karena ia mendapatkan dua pelepasan dalam satu kali permainan. Itu
sangat berlebihan. Mozzy dan Moon berlari ke arah Alice untuk digendong. Oh,
sial. Tubuh Alice sudah benar-benar tak kuat lagi namun ia menggendong si
kembar dengan kedua tangannya. Grace menatap baik-baik antara Alice dengan
Aaron. Lalu Grace melihat sebuah tanda ciuman pada leher Alice. Kissmark. Oh, mereka baru saja
berhubungan badan, itu sangat gila. Dimana mereka melakukan itu? Grace berusaha
untuk berpura-purar keadaan ini baik-baik saja. Namun melihat Alice yang baru
saja berhubungan badan dengan kakaknya, membuatnya ingin melihat Alice masuk ke
dalam rumah sakit juga. Sama seperti apa yang kakaknya lakukan pada Blake.
Namun tidak secepat itu. Ia ingin melakukan hal menyakitkan pada Alice.
“Ada
apa?” Justin bertanya pada Grace yang menatap Alice baik-baik. Grace tersadar,
ia menggelengkan kepalanya. “Bagaimana jika kita makan sekarang? Aku sudah
lapar,”
“Ya,
aku juga sudah lapar!” seru Mozzy bersemangat, suaranya khas anak-anak.
“Aku
ingin disuapi oleh Peepee,” bisik Moon menatap pada Aaron yang berada di sebelah Alice. Aaron menggoda adik
kecilnya itu dengan senyum tipisnya serta kedua alisnya naik-turun. “Olahraga
alis!” Moon menunjuk pada alis Aaron yang naik-turun itu. Yeah, semuanya sudah
tahu apa itu olahraga alis. Mendengar perkataan adiknya, Aaron melirik pada
Alice. Mungkin bagiku olahraga Alice
lebih menyenangkan. Kemudian mereka berjalan menuju pinggiran jalan untuk
mendapatkan mobil ayahnya. Aaron berdiri dekat sekali dengan Alice, bahkan
tangannya memegang pinggang Alice.
*Aaron Bieber POV*
Oh,
Alice memiliki bagian bawah yang benar-benar ketat. Sangat menyenangkan saat
aku menyendot seluruh cairannya dan mendengarkan desahannya yang seksi. Apalagi
saat ia menjambak rambutku, itu terdengar sangat liar. Aku butuh Alice yang
pemberontak, sebenarnya. Maksudku, saat berhubungan badan, aku ingin ia
melawanku. Itu terasa seperti memiliki maksud
tersendiri dan kenikmatan tersendiri.
Meski aku berharap ia tidak mendengarkan desahanku tentang Grace. Well, tadi
aku sempat membayangkan Grace berhubungan badan denganku. Yeah, Grace adalah
penyebab mengapa aku memaksa pergi ke restoran lalu berhubungan badan di
toilet. Itu karena aku tidak tahan melihat lekukan tubuh Grace yang benar-benar
terlihat. Terlebih lagi ia memakai tank top berwarna merah muda yang dilapisi
dengan kemeja putih yang tipis untuk menutupinya, entahlah, sebenarnya itu
bukan kemeja. Aku tidak tahu panggilannya apa, tapi yang jelas, ia benar-benar
seksi.
Kami
baru saja selesai makan di restoran. Alice duduk di kursi belakang bersama dengan
si kembar. Sedangkan aku duduk di tengah bersama dengan Jonathan yang berada di
tengah-tengah lalu Grace. Kubalikan kepalaku untuk melihat keadaan Alice.
Kupandangi dirinya yang telah terlelap dengan si kembar. Wajahnya benar-benar
tenang. Dia sangat cantik jika ia sedang tertidur. Tapi tidak ada yang dapat
melebih kecantikan Peepee dan Grace. Untunglah aku masih normal aku tidak
mencintai ibuku sendiri. Maksudku, percintaan bukan dalam arti keluarga.
Setidaknya, aku tidak memiliki hubungan darah dengan Grace. Jadi menurutku tak
apa jika aku mencintai Grace. Meski aku tahu akan sulit aku mengungkapkan
perasaan ini padanya.
“Mhmm,”
kudengar ayahku yang menyetir di sana berdeham, sontak aku membalikan tubuhku.
Ia melihatku melalui kaca spion bagian dalam sambil memberikan senyuman penuh
arti padaku. “Ada apa denganmu Aaron? Jatuh cinta?”
Apa? Dia jatuh cinta pada Alice? Grace
terbatuk-batuk mendengar ucapan ayahnya. Lalu ia melirik pada Aaron yang telah
menatapnya dengan tatapan membunuh. Alex yang berada di depan sana tidak
mengatakan apa pun. Ia hanya sedang memikirkan masa depan anak-anaknya.
“Aku
berpacaran dengannya,” ujar Aaron memberikan pengumuman. Mendengar anaknya
mengatakan itu, Alex membalikan kepalanya menatap pada Aaron.
“Kau
berpacaran dengannya?”
“Whoa, sangat sama dengan kita,”
“Whoa, sangat sama dengan kita,”
“Tidak,
kita tidak sama dengan mereka,” ujar Alex tidak menerima. Well, memang tidak
sama, sebenarnya. “Kau serius berpacaran dengannya Aaron?”
“Yeah,
memangnya ada apa?”
“Itu
..bagus,” bisik Alex membalikan kepalanya kembali lalu ia melirik pada Justin.
Justin memberikan senyuman kemenangan pada Alex. Berarti Alex salah menebaknya.
Aaron tidak mencintai Grace. Alex benar-benar panaroid.
“Kau
benar-benar mencintainya sampai kau menidurinya bukan?” tanya Grace, membuat
Alex terkesiap. Aaron memandang adiknya dengan tatapan agak menyesal. Sial.
“Aaron?”
Alex membalikan kepalanya, tak percaya. “Kau menidurinya?”
***
*Author POV*
“Aku
selalu membencinya,” bisik lelaki yang memiliki mata cokelat-madu yang sangat
terang itu dalam kegelapan. Hanya cahaya bulan yang menembus kaca ruang
kerjanya yang meneranginya. Matanya tampak lebih misterius sekarang, tidak
seperti saat ia menemui keluarga Bieber. Tidak seperti saat ia melihat seorang
wanita yang ia puja sejak lama. Ia sudah terlambat menariknya dari si bajingan
itu. Sejak kedatangan wanita itu di rumah atasannya itu, ia tahu bahwa ia
memang telah terlambat untuk mempengaruhi wanita itu. Semuanya telah terlambat.
Si bajingan itu telah menanam tiga spermanya ke dalam rahim wanita itu. Mereka
bahkan sudah memiliki anaknya. Pertemuan dirinya bersama dengan istri dari
Mr.Bieber saat mereka telah menikah. Saat mereka bertemu, ia merasakan sebuah
sengatan di hatinya yang membuat seluruh tubuhnya bergetar. Mereka pernah bertemu
sebelumnya. Mereka bertumbuh bersama-sama. Mereka mengenal satu sama lain di
tempat yang sama. Ia ingat benar saat ia menimang bayi itu, bayi yang sekarang
telah bertumbuh menjadi seorang gadis cantik dan sekarang telah menjadi seorang
ibu. Tangannya yang besar itu memegang sebuah foto anak kecil yang memiliki
mata biru. Rambut cokelat yang tidak begitu panjang, tersenyum senang di
sebelahnya yang saat itu masih berumur 16 tahun. “Seharusnya akulah ayah dari
anak-anaknya,”
“Benarkah?”
suara wanita terdengar di telinganya, tentu saja. Suara itu adalah suara dari
pelacurnya yang ia ambil dari bar Mr.Bieber. “Mengapa kau berpikir seperti
itu?”
“Kau
tidak perlu mengetahuinya,”
“Mungkin
aku bisa membantumu,” usul wanita ini membuat lelaki di hadapannya tertawa
renyah.
“Kau?
Membantuku? Yang benar saja,” kepala lelaki itu berpaling dari wanita itu, ia
melihat pada kaca jendelanya yang diterpa oleh hujan. Yeah, sekarang sedang
hujan. Ia berpikir. Berpikir bagaimana caranya ia dapat menghancur keluarga itu.
Setelah impiannya telah dihancurkan oleh lelaki bajingan yang bernama Justin
Bieber. Wanita yang berada di hadapannya cantik, seksi, hampir mirip dengan
wanita impiannya yang telah terenggut darinya. Bedanya wanita di hadapannya
nakal, sangat nakal.
“Aku
ingin kau menghancurkan keluarganya. Goda dia, kurasa itu akan berhasil,”
“Kau
cepat sekali berubah pikiran. Well, ceritakan padaku terlebih dahulu apa yang
membuatmu ingin sekali menghancurkan keluarganya. Ia adalah lelaki yang sangat
baik, menurutku,”
“Yeah,
terlalu baik. Sampai-sampai ia mengambil gadisku. Aku telah menunggu ini selama
23 tahun. Aku ..satu panti asuhan bersamanya hingga aku berumur 18 tahun,”
jelas lelaki bernama Zayn itu menarik nafas. Wanita di hadapannya menganggukan
kepalanya.
“Dia
adalah gadis tercantik yang pernah kutemui. Selisih umurku hanya 5 tahun
dengannya. Saat suster Ester memberitahu padaku kalau ada seorang bayi yang
masuk ke dalam panti asuhan, aku mendapatkannya. Well, mendapatkan Alex
maksudku. Saat itu aku masih berumur 5 tahun. Aku benar-benar senang melihatnya
berada di panti asuhan dengan matanya yang berwarna biru itu. Aku yang
merawatnya selama di panti asuhan,” Zayn menarik nafasnya, ia menyandarkan
tubuhnya ke belakang kursi. Kemudian ia mengangkat kedua kakinya ke atas
mejanya. Kedua tangannya bersandar pada perutnya yang sedikit menyembul karena
duduknya yang setengah tidur itu.
“Saat
aku berumur 14 tahun dan ia berumur 9 tahun, aku berpikir dalam hati. Mungkin
ia adalah kekasihku di masa depan. Aku mencintainya. Ia adalah gadis pertama
yang kucintai ..sampai sekarang aku masih mencintainya. Kemudian aku keluar
dari panti asuhan saat aku berumur 18 tahun karena batas umur tinggal di panti
asuhan hanya sampai pada 18 tahun. Dan aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.
Saat aku meninggalkannya, ia masih berumur 13 tahun. Ia sangat cantik. Ia
adalah gadis remaja tercantik yang pernah kutemui. Suaranya benar-benar lembut.
Kemudian aku bertemu dengan seorang lelaki bernama Justin Bieber saat aku
berumur 20 tahun. Aku menolongnya saat itu. Ia kecelakaan, aku yang membawanya
ke rumah sakit ..oh Tuhan, aku benar-benar menyesal telah menolongnya saat
itu,” Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Lalu
dokter bilang padaku bahwa ia kekurangan darah. Dan aku menolongnya. Aku
memberikan darahku yang kebetulan sama dengan darahnya. Ia tertolong dan ia
masih bertahan hidup. Mulai dari sana ia mulai memintaku untuk bekerja
dengannya hingga sekarang. Kemudian aku bekerja dengannya hingga aku berumur 27
tahun di barnya. Saat itu ada seorang gadis yang ingin melamar pekerjaan di bar
kami. Well, aku menerimanya. Pertama kali aku bertemu dengannya, aku masih ragu
kalau itu adalah dirinya. Karena ..demi Tuhan, ia sangat cantik. Namun saat aku
memperhatikan matanya baik-baik ..dia gadisku. Dulu namanya bukanlah Alexis. Ia
bernama Maria. Namun kurasa karena ia telah diadopsi oleh keluarga Bledel ..ia
bernama Alexis Bledel,”
“Lanjutkan,”
wanita ini tertarik dengan kisah lelaki ini. Terdengar sangat rumit. Zayn
menurunkan kakinya dari meja lalu duduk lebih tegap lagi.
“Hhh..”
Zayn menghelakan nafasnya sejenak. Berusaha untuk tidak geram karena ceritanya
ini. “Setelah aku menerimanya, ia mulai bekerja di bar dan ..ternyata ia juga
bekerja di restoran Justin di pagi hari. Awalnya aku berpikir bahwa Tuhan
memberikanku kesempatan kedua untuk memberikan cintaku padanya. Tapi ternyata
tidak. Justin, si bajingan itu, ia lebih dulu mengambil Alex dariku. Hatiku
rasanya terbakar saat aku tahu Alex berhenti bekerja di bar dan bekerja di rumah
Justin. Dan yang lebih tak kuhabis pikir adalah ..Alex menerima lamaran Justin.
Padahal sudah jelas-jelas Justin adalah seorang lelaki tak tahu diri, pembunuh,
penyiksa, dan dia seorang dictator bajingan!” Zayn memukul meja kerjanya hingga
kaca yang melapisi mejanya itu pecah begitu saja.
“Wow,
pelan-pelan,” wanita itu berusaha untuk menenangkan Zayn.
“Dan
mereka telah mendapatkan anak-anak yang benar-benar menggemaskan. Namun aku
masih menginginkan Alex kembali dalam naunganku. Aku menginginkannya kembali.
Tiap kali aku menatapnya, rasanya aku ingin membawanya pergi dari rumah Justin
lalu menikahinya di tempat yang Justin tidak tahu dimana. Jadi ..aku
membutuhkan bantuanmu untuk menjebak Justin. Aku ingin kau menggodanya hingga
kau tidur dengannya. Aku sangat membencinya,”
“Well,
itu mudah. Hanya saja ..”
“Aku
akan membayarmu jika kau telah selesai menyelesaikan pekerjaanmu. Aku tahu kau
bisa berakting dengan baik. Mereka sedang berada di Paris. Aku tahu mereka
berada dimana. Well, rencanaku adalah menculik Grace untuk memancing Justin dan
Alexis. Kemudian aku akan membunuh Justin dengan …” Zayn menarik laci meja
kerjanya lalu mengeluarkan sebuah pistol, “dengan ini. Kemudian aku akan
memaksa Alex untuk menjadi istriku. Mudah,”
“Itu
..berisiko,”
“Aku
tahu. Kau harus melakukan apa pun untuk mendapatkan cintamu yang hilang,
kautahu,” ujar Zayn penuh dengan
kemisteriusan. “Malam ini kita akan pergi.”
***
*Alice Lancale POV*
Aaron
memberitahuku bahwa kami akan pergi ke sebuah kebun bernama Tuileries. Katanya
kebun itu telah dibuat sejak abad ke-16. Well, aku penasaran kebun itu seperti
apa. Kurasa akan sangat menyenangkan jika kita cepat-cepat pergi ke sana. Kebun
itu katanya tidak begitu jauh dengan menara Eiffel. Aku baru saja memandikan si
kembar dan telah memberikan bedak pada wajah mereka. Mereka terlihat tampan dan
cantik. Well, Jonathan telah berada di dalam mobil bersama dengan Mr.Bieber
yang menunggu Aaron dan Grace yang tak turun-turun dari lantai atas. Kami juga
akan pergi ke museum Louvre yang sangat dekat dengan kebun itu. Mrs.Bieber
akhir-akhir ini tampak pendiam. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya,
mungkin karena Mr.Bieber baru-baru ini memukulnya. Tapi, bukankah mereka sudah
rujuk kembali? Mereka adalah pasangan terbaik yang pernah kutemui. Terlihat
jelas saat kemarin di restoran untuk makan malam, Mr.Bieber menarik kursi untuk
Mrs.Bieber. Lalu perhatiannya terhadap Mrs.Bieber saat ia menaruh makanan ke
atas piring Mrs.Bieber. Seharusnya itu adalah pekerjaan seorang istri. Namun Mr.Bieber
..oh dia memang lelaki yang baik. Hanya saja dia ringan tangan. Di lantai
bawah, si kembar sedang menonton televisi. Spongebob, dengan bahasa Prancis.
Lucu, mereka bahkan tidak mengerti apa yang kartun itu katakan. Aku juga ikut
menonton bersama dengan mereka. Aku tahu episode ini, rasanya tak ada
bosan-bosannya aku menonton Spongebob.
Mrs.Bieber
muncul dari dapur menghampiri kami dengan satu kotak temat makan yang berisikan
banyak roti untuk anak-anaknya. Ia tersenyum padaku lalu mengangkat kedua bahunya.
“Terkadang
kau harus memberikan kejutan untuk anak-anak,” ia tertawa renyah padaku. Aku
hanya mengangguk, tak tahu harus membalas apa. “Hey, apa kau sudah memeriksa
Aaron di atas? Mengapa sepertinya ia lama sekali dengan Grace di atas sana?
Bisakah kau memanggil mereka berdua untuk cepat turun? Dari tadi Mr.Bieber
terus mengklaksoni mereka berdua,” suruh Mrs.Bieber padaku. Yeah, aku juga
lelah menunggu mereka. Mengangguk, aku mengangkat tubuhku dari sofa untuk pergi
ke atas, mencari mereka berdua. Kulewati satu per satu tangga hingga aku telah
sampai pada lantai dua. Di lantai dua terdapat tiga kamar. Aku tidur bersama
dengan si kembar. Jonathan bersama dengan Aaron. Grace sendiri. Mr.Bieber dan
Mrs.Bieber berada di kamar bawah. Saat aku ingin menghampiri kamar Grace,
langkahanku terhenti. Terhenti karena aku mendengar suara jeritan dari Grace.
“Aw!
Aaron! Apa yang kaulakukan?”
“Aku
hanya mencoba membantumu. Shit!”
“Tapi
..bukan ..ah! Bukan seperti itu caranya bodoh!”
“Bersabarlah.
Kita akan melakukan ini secepat mungkin,” ujar Aaron dari dalam kamar bersama
dengan Grace. Aku berusaha untuk berpikir positif sekarang. Lalu aku
melangkahkan kakiku lebih dekat menuju pintu kamar Grace. “Tahan,”
“Aaron!
Eew!”
“Kubilang
tahan!”
“Baiklah,
baiklah. Jangan membentakku,” Lalu aku tidak mendengar suara apa pun dari dalam
sana. Hanya suara dengusan dari Aaron yang dapat kudengar lalu Grace menjerit.
“Akhirnya, terima kasih Aaron,” ujar Grace di dalam sana.
*Aaron Bieber POV*
Setelah
akhirnya aku meludahi jari manis Grace untuk berusaha mengeluarkan cincin
sempit yang ia pakai, akhirnya cincin itu keluar dari jari manisnya yang memang
sudah besar itu. Jeritannya membuatku tersulut untuk membawanya ke atas tempat
tidur. Tapi aku tahu itu tidak akan berakhir dengan baik. Grace mengelap jari
manis pada kemeja yang kupakai dan aku membiarkannya. Lalu ia memelukku. Sebenarnya, cincin itu adalah
pemberian dari Blake. Jadi aku memintanya untuk melepaskannya dari jarinya.
Ternyata sulit sekali sehingga aku harus meludahinya. Lalu kudengar suara
ketukan pintu yang membuat aku dan Grace terperanjant. Pelukan kami terpisah
begitu saja lalu pintu kamar Grace terbuka. Ternyata Alice. Fiuh. Kupikir
ibuku. Well, aku tahu ibuku selama ini mencurigaiku kalau aku mencintai Grace.
Meski itu memang kenyataannya tapi aku tidak ingin ia tahu tentang perasaan
ini.
“Mmm,
Mr.Bieber telah menunggu kita di bawah sana,” ujarnya gugup. Ia melihatku
dengan Grace secara bergantian dengan tatapan kecewa. Oh, aku tidak ingin
melihatnya kecewa. Oh shit. Aku tahu, pasti ia berpikir aku menggoda Grace
tadi. Sial. Dengan cepat aku melangkah untuk mendekatinya dan menarik bahunya
agar keluar dari kamar Grace.
“Hari
ini akan menjadi hari yang akan sangat menyenangkan,” bisikku di telinganya.
***
*Author POV*
Alice
tampaknya menikmati lukisan-lukisan yang berada di Louvre. Lukisan-lukisan dari
abad 17 terkoleksi di dalam sana. Terlihat sangat cantik dan brilliant. Alice
memegang kedua tangan si kembar kemana-mana. Ia tidak mengikuti siapa-siapa.
Semuanya berpencara. Justin, Alex dan Jonathan pergi ke tempat yang lain. Dan
Aaron bersama dengan Grace juga begitu. Namun mereka masih berada di dalam
ruangan yang sama. Ruangan ini benar-benar luas. Begitu banyak turis yang
berdatangan. Mereka juga adalah turis. Grace siang ini memakai pakaian yang
benar-benar menggoda Aaron. Celana jins pendek, tank top berwarna hitam serta
jaket jins tak berlengan telah dipakainya. Rambut Grace yang bergelombang dan
panjang itu telah diikat menjadi satu. Sangat cantik. Awalnya mereka hanya
berpegangan tangan untuk mengelilingi museum, tapi sekarang Aaron telah
menempatkan tangannya pada pinggang Grace yang ramping. Jika ada orang asing
yang melihat mereka, pasti orang asing itu mengira mereka adalah pasangan.
Lalu
mereka berdua berhenti di depan sebuah lukisan Monalisa bersama dengan
turis-turis yang lain. Kali ini Grace dipeluk oleh Aaron dari belakang. Dalam
hati Grace, apa kakaknya mencintainya? Mungkin. Jika ya, itu adalah pertanda
bagus. Ia tahu Aaron bukanlah kakak kandungnya. Dan Grace tahu bagaimana cara
ayahnya menatap ibunya, tatapan jatuh cinta. Sama seperti Aaron menatapnya. Ini
benar-benar kesempatan yang sangat luar biasa bagus. Mereka memandangi lukisan
itu dengan seksama. Grace merasa bosan, dengan sengaja, ia menyandarkan
kepalanya pada dada Aaron. Mereka benar-benar mesra. Alexis yang berdiri
beberapa meter dari mereka berdua memperhatikannya dengan seksama lalu
menyenggol pinggul Justin dengan siku-sikunya.
“Kau
harus lihat itu!” bisiknya pada Justin yang dari tadi mengambil gambar dari
lukisan-lukisan di museum. Justin yang
sedang mengambil gambar lukisan di langit-langit museum menurunkan kameranya
lalu melihat pada dua anaknya. “Aku sudah bilang padamu,”
“Apa?”
Justin merasa itu tidak apa-apa. Hanya berpelukan. Justru itu bagus karena
mereka akur.
“Adik
kakak tidak melakukan itu!”
“Apa?
Banyak adik kakak yang melakukan itu. Oh, sayangku, jangan terlalu berpikir
sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Tidak mungkin Grace jatuh cinta pada
Aaron,”
“Oh
yeah. Aku akan marah besar padamu jika aku mendapati mereka berada di atas
ranjang bersam-sama,” Alex memutar bola matanya, berusaha untuk mengabaikan
perkataan suaminya dan juga pemandangan yang ia lihat. Sedangkan Alice bersusah
payah untuk mencari dimana Aaron dan Grace. Ia bisa-bisa tersesat. Matanya
melihat ke seluruh ruangan. Dimana mereka? Pertanyaan itu terus berputar-putar.
“Alice,
aku lapar,” rengek Moon yang mendongak pada Alice. Wajah Moon benar-benar lucu
saat ia merengek. “Dimana daddy? Aku ingin makan,”
“Ya,
aku juga ingin makan. Aku lapar,”
“Aku
ingin McDonald,” sungut Moon lagi.
“Tunggu
sayang, aku sedang mencari dimana orang tua kalian,” Alice mulai menggendong
mereka berdua dengan dua tangannya. Dengan manjanya, si kembar menyandarkan
kepalanya mereka pada bahu Alice. Dan ah! Akhirnya Alice mendapatkan Aaron
dengan Grace …yang sedang berpelukan. Sial. Apa mereka serius? Namun Alice
berusaha untuk tidak cemburu. Mungkin mereka sering melakukan itu.
“Alice!”
ia mendengar suara Mrs.Bieber dari belakang sedang berjalan ke arahnya. “Oh,
aku minta maaf. Pasti sangat sulit membawa mereka berdua seperti ini,”
“Hai
Alice!” sapa Jonathan melambaikan tangannya pada Alice.
“Hei,”
Alice mantap Jonathan dengan lembut. “Well, Mrs.Bieber. Moon dan Mozzy sangat
lapar kurasa. Mereka bilang mereka ingin makan di McDonald. Oh, lihat wajah
mereka. Sangat lesu,” suara Alice terdengar sangat iba melihat Moon yang berada
di gendongan Mrs.Bieber. Justin menganggukan kepalanya.
“Yeah.
Aaron! Grace!” Justin berteriak memanggil Aaron dan Grace yang dari tadi masih
melihat pada lukisan Monalisa. Pandangan mereka kosong sama sekali. Betul-betul
kosong dan tak ada gunanya. Aaron mempergunakan waktu itu sebaik-baiknya. Ia
tidak pernah memeluk Grace seerat dan selama ini. Mereka berdua melepaskan
pelukan mereka lalu membalikan tubuh mereka secara bersamaan. Oh, sial! Aaron
berpikir, ia tidak seharusnya bermesraan di depan Alice. Itu pasti akan
menyakiti hati Alice. Dengan cepat ia meninggalkan Grace di belakang dengan
larian kecil menuju keluarganya.
“Hah,
ada apa?”
“Kita
makan siang,”
“Oh,
baiklah,” Aaron menatap Alice dengan tatapan canggung. Sangat canggung.
Sedangkan Alex menatap Aaron dengan seksama. Tidak, pandangan itu tidak sama
saat Aaron menatap Grace. Sial. Anaknya memang telah jatuh cinta pada adiknya
sendiri. Grace muncul dari belakang Aaron sambil tersenyum manis. “Well, apa
yang akan kita makan?”
“McDonald,”
seru si kembar bersamaan. Lalu mereka berjalan bersama-sama, keluar dari gedung
museum secepat mungkin. Punggung mereka lenyap begitu saja di balik pintu
transparan kemudian turun ke bawah hingga tak terlihat lagi. Lelaki yang
memiliki tattoo di tangannya itu menatap keluarga bahagia itu dengan tatapan
kebencian. Mengapa mereka harus sebahagia itu? Tidak tahukah mereka ia sedang
berusaha menahan rasa benci ini menjadi sebuah tindakan yang menyakitkan? Oh
yeah. Ia akan benar-benar menculik Grace. Senyuman dari malaikatnya itu
benar-benar membuat hatinya tenang. Namun iblis sedang berada di dekatnya.
Membuat malaikatnya tampak buruk di dekatnya. Uh, ini harus berjalan dengan
lancar. Untunglah ia mengetahui jadwal-jadwal Mr.Bieber ke depan. Dan ia tahu
kapan waktu yang tepat untuk menculik Grace.
Ia
telah menunggu 23 tahun. Kebahagiaannya terenggut. Ini semua tentang balas
dendam.Dan kau tahu apa? Balas dendam itu sangat menyenangkan.
****
Semua
orang baru saja terlelap di dalam tidurnya. Begitu juga dengan Alice bersama
dengan si kembar sedang tertidur di atas tempat tidur. Lampunya telah
dimatikan. Posisi tidur mereka benar-benar bagaikan seorang ibu bersama dengan
anak-anaknya. Tempat tidurnya bukan ukuran king. Justru single. Tapi cukup
untuk mereka bertiga. Itu dikarenakan mereka bertiga memiliki tubuh yang
mungil. Mozzy tidur di dekat tembok sambil Moon memeluknya dari belakang.
Sedangkan Alice menahan mereka di belakang punggung Moon agar Moon tidak
terjatuh. Tangannya yang panjang itu menindih Moon dan Mozzy untuk menjaga
mereka berdua. Grace juga telah terlelap di dalam kamarnya. Alex dan Justin
tampak begitu lelah malam ini karena mereka terus membahas tentang hubungan
Aaron dan Grace. Rencananya, besok Alex dan Justin akan pergi ke sebuah hotel
untuk memulai bulan madu kedua mereka. Sudah banyak pengawal yang telah siap di
dalam rumahnya hari ini untuk menjaga anak-anak mereka. Itu karena permintaan
Alex yang memang benar-benar protectif terhadap anak-anaknya. Dan yeah,
Jonathan dan Aaron. Mereka berdua belum tidur. Dua tempat tidur single
dipisahkan oleh satu meja yang di atasnya menempatkan sebuah lampu tidur.
Jonathan telah berada dalam posisi tidur, selimut juga telah menutupi tubuhnya.
Namun ia masih belum bisa tertidur. Kehidupannya sangat suram, sepertinya.
Mungkin hanya dia sendiri yang terkucilkan di antara keluarganya. Hanya Aaron
dan ibunya yang mengerti dirinya. Namun Aaron sekarang sudah berpaling pada
Alice dan Jonathan mengerti itu. Well, dari tadi Aaron juga terus berbicara
dengan Jonathan. Membuat Jonathan menghembuskan nafasnya dengan malas.
“Aaron,
bisakah kau menutup mulutmu dan biarkan aku berpikir dengan pikiranku?”
Jonathan menghela nafasnya, memutar matanya. Aaron yang mendengar ucapan
adiknya itu terkejut. Lalu ia terkekeh.
“Kau?
Berpikir? Berpikir tentang siapa? Ah, aku tahu. Kau pasti sedang memikirkan
perempuan bukan?” Aaron menggodanya, ia terduduk di sisi tempat tidurnya.
Menatap adiknya yang berusaha memejamkan matanya. Kakaknya benar-benar sok
tahu. Jonathan mengabaikan Aaron. Merasa terabaikan, Aaron mengedikan kedua
bahunya sambil mendecak. “Oh well, ya sudah. Tidurlah senyenyak mungkin.
Mimpikan aku agar tidurmu sangat nyenyak. Aku harus menemui Alice,”
“Enyahlah!”
ujar Jonathan acuh lalu ia memiringkan tubuhnya, berpaling dari Aaron.
***
Aaron
membaringkan tubuh Alice ke atas tempat tidur yang kosong. Kamar belakang yang
tidak dipakai oleh siapa pun. Tidak berdebu dan sangat bersih. Alice bahkan
tidak sadar saat Aaron mengangkat tubuhnya untuk keluar dari kamar si kembar.
Untunglah sebelum ia keluar dari kamar si kembar, Aaron telah menaruh beberapa
bantal di belakang punggung Moon. Well, sebenarnya, Aaron sangat tidak baik
sekali membawa Alice ke dalam kamar kosongnya dengan cara menaruh tubuh Alice
di salah satu bahunya sehingga seluruh darah Alice menurun pada kepalanya.
Wajahnya sangat memerah saat Aaron menaruh tubuhnya di atas tempat tidur. Namun
sekarang wajah telah kembali putih, cantik ..dan tak berdosa. Aaron menatap
sejenak gadisnya yang satu ini. Ada perasaan menyesal di hatinya karena ia
telah membuat hati Alice sakit. Mengingat apa yang ia lakukan tadi siang
bersama dengan Grace, ia tahu tatapan Alice benar-benar kecewa padanya. Padahal
Aaron telah berjanji pada Alice untuk tidak berselingkuh pada siapa pun. Aaron
menarik ke atas tubuh Alice agar kakinya tak menggantung di udara.Lalu ia
merangkak naik ke atas kasur lalu ia melayang di atas tubuh Alice. Rambutnya
yang cukup panjang itu menggantung dengan indah namun tidak menutupi
pandangannya. Bulu matanya, bibir, hidung, seluruhnya. Aaron ingin mengecupi
setiap jengkal dari tubuh Alice. Tidak pernah ia mengagumi seseorang berlebihan
seperti ini. Memandanginya begitu lama. Gadis ini mempunyai daya tarik yang
Aaron tidak tahu itu apa. Alice tidak berdekatan dengan lelaki manapun, karena
Alice telah memegang janjinya dengan Aaron. Meski perjanjian itu sebenarnya hanyalah
omong kosong. Sejak kapan Aaron memiliki sebuah hubungan bersama dengan seorang
gadis berambut pirang? Aaron telah berbohong dengan gadis ini. Tidak seharusnya
ia melakukan itu. Gadis ini tampak tak berdosa, sangat polos. Hampir saja Aaron
memanggilnya bodoh. Tapi ia tidak bodoh. Ia dapat merawat adik-adiknya dengan
baik. Betapa bahagianya gadis ini saat ia mengetahui bahwa ia akan pergi ke
Paris. Aaron tahu wajah kebahagiaan itu. Tidak seharusnya ia menyakiti gadis
ini.
Bibir
Aaron menyentuh bibir Alice. Berusaha membangunkannya dengan cara selembut
mungkin. Ia memagut bibir bawah Alice lalu melumatnya. Aaron memposisikan
tubuhnya sebaik mungkin, kedua tangannya semakin menghimpit kedua sisi kepala
Alice. Telapak tangannya menyentuh kepala Alice, ingin menahannya agar tetap di
tempatnya. Gadis ini sangat harum. Ia menyukai keharuman. “Maafkan aku,” Aaron
berbisik. Kali ini ciumannya membangunkan Alice. Mata Alice sedikit terbuka, ia
merasakan kelembapan di bibirnya. Alice mengerang, itu membuat Aaron menjauhkan
kepalanya dari Alice.
“Hey,
baby girl,” suara Aaron benar-benar lembut, di wajahnya terdapat senyuman kecil
yang sungguh manis. Alice menautkan kedua alisnya, ia merasa sangat bingung.
“Hei,”
“Aaron?
Ap –dimana kita?”
“Ssh,”
Aaron mengecup bibir Alice singkat. “Kita akan kembali ke kamarku secepat
mungkin sayang. Sekarang, aku ingin mencicipi tubuhmu yang harum dan manis
ini,”
“Oh,
Aaron. Kumohon jangan sekarang. Aku sedang benar-benar kelelahan setelah
–mmh,” Tapi Aaron mengabaikannya. Aaron
tidak peduli jika Alice kelelahan. Besok mereka memiliki banyak waktu untuk
bersama-sama karena orang tua Aaron akan pergi selama satu minggu. Alice
berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya. Tangannya yang mungil itu mendorong
bahu Aaron agar pergi dari atas tubuhnya. “Aaron! Kumohon,”
“
Alice? Aku tidak ingin menyakitimu sayang. Kita tidak mungkin ingin
membangunkan banyak orang. Benar bukan? Sekarang jadilah anak yang manis untuk
ayah,”
“Ayah?”
Alice menautkan kedua alisnya, ia merasa bingung. Apa-apaan? Ayah? Apa yang
sedang Aaron permainkan? Aaron terkekeh pelan, ia menundukan kepalanya sejenak
sambil menggigit bibir bawahnya lalu ia mendongakan kepalanya untuk melihat
pada Alice kembali. Bibirnya telah terlepas dari giginya.
“Mari
kita bermain ayah dan anak. Kau menjadi anak yang penurut, dan aku menjadi ayah
yang tegas dan baik. Ini akan sangat menyenangkan sayang. Kau tidak akan
menolakku bukan?” Aaron menggoda Alice dengan mengedipkan salah satu matanya.
Benar-benar menggoda Alice. Sial! Aaron menggunakan cara yang licik pada Alice.
Ini tidak adil namanya. Alice terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Jari
telunjuk Aaron menunjuk dari dagu Alice berjalan dengan pelan penuh dengan
sensual, senyuman Aaron benar-benar licik. Tapi dari senyumannya itu rasanya
Aaron ingin keluar di dalam celananya sendiri. Gaun tidur yang dipakai oleh
Alice membuat Aaron gila! Baju tidur ini sebenarnya biasa saja. Terbuat dari
katun berwarna putih yang kelonggaran di tubuh Alice, serta tipis. Apa-apaan
ini? Jari telunjuk Aaron mulai menunjuk pada dada Alice. Mengitari padatnya
dada Alice. Alice benar-benar terangsang akibat sentuhan dari Aaron. Putingnya
mulai mencuat, terlihat dari balik baju tidurnya. Aaron tertawa renyah lalu ia
mengecup daerah putingnya itu dengan lembut. Membuat kain sutra itu basah
seketika. Oh, itu benar-benar erotis.
“Dapat
kusimpulkan itu adalah ya,” bisik Aaron. “Sekarang, kau harus memanggilku
ayahku. Dan aku akan memanggilmu, anakku. Setuju ..my baby?” Aaron menekan kata
terakhirnya.
“Yes,
daddy,”
“Now,
close your eyes. Let daddy take care of you,” Aaron mulai membuka satu per satu
kancing baju tidur Alice dengan pelan, sangat sensual. Mata Alice memperhatikan
tangan Aaron yang lama sekali membuka kancing bajunya begitu lama. Sungguh sial
sekali Aaron telah menggodanya. Bahkan sekarang ia menggoda lebih lama lagi.
Tidak tahukah Aaron sekarang tubuh Alice telah terbakar oleh apinya? Alice
menepiskan tangan Aaron dengan cepat, membuat Aaron mendongak melihatnya. Wajahnya
kali ini datar, tak suka dengan apa yang baru saja Alice lakukan. Namun Alice
dengan cepat mendorong tubuh Aaron ke samping lalu berguling sehingga sekarang
Alice berada di atas tubuh Aaron. Ia mengangkangi perut Aaron. Tak sabaran, ia
membuka bajunya sendiri dengan cepat termasuk dengan bra merah muda yang ia
pakai. Dadanya yang cukup besar itu menggantung begitu saja kemudian ia
menundukan kepalanya, membuka mulutnya untuk memagut mulut Aaron. Mulut mereka
sama-sama terbuka sehingga sekarang lidah mereka saling bertautan. Aaron
benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja kekasihnya lakukan. Ini
benar-benar di luar dugaannya. Apa ia telah menciptakan monster? Belum, Alice
belum merasakan betapa hebatnya bermain di ranjang selama berjam-jam bersama dengan
Aaron. Ini baru permulaan. Tangan Alice memegang dagu Aaron dengan tangan
kirinya agar ciuman mereka lebih dalam lagi. Tangan kanannya menuntun tangan
kiri Aaron untuk meremas dadanya.
“Oh,
daddy. Please,”
“Bad
girl!” Aaron memukul bokong Alice begitu saja. Kedua Alice bertautan, merasakan
kesakitan sekaligus kenikmatan secara bersamaan. Ia menundukan kepalanya, tak
tahan karena rangsangan dari Aaron.
“Please,”
Alice memohon. Batas kesabaran Alice sudah habis, ia menyodorkan dadanya pada
mulut Aaron begitu saja. Oh, sial. Ini benar-benar panas! Tanpa ragu Aaron
menyedot puting merah muda milik Alice dengan cepat. Alice hanya dapat
mendongakan kepalanya ke belakang. Menahan rasa nikmat yang ia dapatkan. Alice
menempatkan kedua tangannya di kedua sisi kepala Aaron. Sehingga sekarang dada
Alice sudah tepat berada di depan wajah Aaron, menggantung dengan indahnya. Ini
benar-benar surga dunia. Bagaimana bisa Alice menyimpulkan dirinya sedang
kelelahan sedangkan ia lebih ganas dibanding Aaron. “Yes, daddy,” Alice
mendesis.
Lidah
Aaron juga terus membasahi dada Alice yang menggugah seleranya. Kedua tangannya
menurunkan celana tidur Alice dengan cepat, termasuk dengan celana dalam yang
dipakainya. Terpaksa Alice harus bangkit dari tubuh Aaron agar ia cepat melepaskan
seluruh pakaiannya. Aaron juga melepaskan seluruh pakaiannya. Ereksi Aaron
benar-benar besar, Alice tak berani untuk melihatnya. Ia terlalu takut untuk
melihatnya. Nafas mereka terengah-engah. Tubuh mereka juga telah lembap karena
panasnya ruangan itu. Kembali lagi Alice menempatkan tubuhnya di atas tubuh
Aaron. Bibir mereka kembali bersatu dengan dengusan yang dibuat oleh Aaron.
Milik Alice sudah benar-benar basah. Bahkan sekarang cairan itu telah mengalir
di sekujur pahanya.
“Beautiful,”
bisik Aaron. “Now, put my dick into your little cunt,”
“Mhmm,”
gumam Alice. Ia menundukan kepalanya, berjongkok di atas Aaron kemudian
memegang ereksi Aaron agar masuk ke dalamnya dengan cepat. “Mmmh,” ia menggigit
bibirnya sambil kepalanya mendongak ke belakang. Perlahan-lahan ia menurunkan
tubuhnya ke bawah, ia mengerang. Setelah masuk
seluruhnya, Alice memegang kedua bahu Aaron. Mata mereka bertemu.
“Oh
look at that little clit. This is the cutest clit I’ve ever seen, baby,” bisik
Aaron tersenyum manis sambil jari tengahnya menyentuh bagian sensitif Alice.
Seluruh tubuh Alice bergetar, hampir saja ia ambruk. “Now, ride me,” perintah
Aaron. Saat itu juga Alice menggerakan tubuhnya naik-turun di atas tubuh Aaron.
Oh! Ini lebih nikmat dibanding sebelum-sebelumnya. Alice dapat merasakan
seluruh ereksi Aaron masuk ke dalam tubuhnya. Sangat dalam. Mereka berdua
saling beradu dengan cepat. Bagaikan kuda yang berlari. Jari tengah Aaron terus
memutar-mutarkan benda sensitif Alice, membuat Alice mengerang. Tangan kanan
Aaron menarik kepala Alice agar Alice tidak begitu berisik. Ia meredamkan
erangan Alice. Sontak gerakan Alice terhenti, sehingga sekarang hanya pinggul
Aaron yang bergerak. Beberapa detik, Aaron menghentikan gerakannya sambil
memposisikan tubuhnya agar lebih nyaman. Tiba-tiba saja gerakan Aaron
benar-benar sangat cepat, membuat Alice cukup mengerang keras dalam mulut
Aaron.
“Mmh,
dad! No, what I do?”
“You’ve
been such a bad girl!”
“No,
please! Slow down, dad. Its hurting me!” Alice terus menjerit. Namun dengan
cepat Aaron memukul bokong Alice sehingga terdapat jiplakan merah pada
bokongnya. Alice menelan ludahnya. Sebentar lagi Alice akan mendapatkan
pelepasannya. Tangannya mulai meremas pundak Aaron, urat-urat di sekitar
lehernya mulai terlihat, perutnya menegang. Beberapa detik kemudian Aaron dapat
merasakan siraman hangat pada ereksinya. Alice telah mendapatkan pelepasannya.
Ia sudah tak kuat lagi untuk menahan tubuhnya, namun hanya kepalanya saja yang
telah ambruk di atas bahu Aaron. Nafas mereka masih saling bersahut-sahutan.
Gerakan Aaron semakin lama semakin cepat. Bahkan seperti ia kerasukan
setan.
“Oh,
yes baby. Im coming!”
“Oh,
me too daddy! Faster daddy, faster!” bisik Alice di telinga Aaron.
“Oooh,
here we goes baby! Ah, shit! Mhmm,” Aaron menggeram. Spermanya tersembur begitu
saja ke dalam tubuh Alice. Begitu juga dengan Alice yang menyiramkan cairannya.
Ini adalah permainan terpanas setelah di restoran kemarin malam.
“Oh
daddy!” Alice menjerit. Mereka mendesah,
mengerang bersamaan. Lalu mereka sama-sama kelelahan. Tak ada lagi tenaga yang
mereka miliki. “That was amazing,”
Aaron
memuji, “You’re amazing,”
“Terima
kasih Aaron. Itu sangat menakjubkan,”
“Alice,”
nafas Aaron masih naik-turun. “Bisakah aku melihat wajahmu sejenak?” akhirnya
Aaron dapat bertanya. Mendengar pertanyaan Aaron yang aneh memancing Alice
mengangkat kepalanya dari bahu Aaron. Kemudian wajah mereka saling berhadapan.
Wajah Alice benar-benar berkeringat. Rambutnya menempel di sekitar pipinya. Dan
tampak seperti wajah bayi yang memerah.
“Kau
sangat cantik,” puji Aaron menyelipkan rambut Alice ke belakang telinga Alice.
Tapi Alice tidak tahu harus merespon apa. Pipinya yang memerah semakin memerah
karena pujian dari Aaron. “Maafkan aku,”
Mendengar
ucapan itu, Alice menatap Aaron dengan penuh tanda tanya. “Mengapa?”
“Maafkan
aku jika aku telah bersikap kasar padamu. Atau aku melakukan sesuatu yang terus
menyakitimu. Aku butuh banyak waktu untuk belajar mencintaimu, sayang,”
“Tidak
apa-apa. Aku mengerti. Satu hal yang harus kau ketahui Aaron, aku mencintaimu.
Ini memang terdengar sangat cepat, tapi kau benar. Aku mencintaimu dalam waktu
dua hari,”
“Aku
akan benar-benar melindungimu. Tidak ada yang boleh menyentuhmu selain diriku
sayang. Kau milikku.” Bisik Aaron mengecup bibir Alice. Lalu kembali Alice
menempatkan kepalanya pada bahu Aaron. “Aku akan belajar mencintaimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar