***
Tampaknya
keluarga Bieber sedang sangat menikmati suasana pagi ini. Mr. dan Mrs.Bieber
telah pergi dari rumah sejak jam 7 pagi untuk pergi ke hotel yang telak mereka
pesan sebelumnya. Moon dan Mozzy sedang bermain di belakang taman bersama
dengan Alice dengan selang air yang mereka nyalakan. Jonathan juga ada di sana,
tertawa-tawa senang. Yeah, sebenarnya mereka sedang ingin menyiram tanaman.
Tapi mereka berakhir mandi bersama-sama. Well, Alice ditemani dengan salah satu
pengawal di rumah Justin. Pengawal itu sangat tampan, sebenarnya. Namun Alice
sadar ia telah memiliki Aaron. Tapi tampaknya, tiga anak kecil itu membujuk
mereka berdua untuk berlari-larian di sekitar taman. Yeah, bermain
kejar-kejaran memang sangat mengasyikan. Aaron sedang membersihkan mobilnya
yang kotor di halaman rumah depan. Tubuhnya benar-benar berotot. Ia bahkan
tidak memakai atasan. Hanya kain boxer yang menutupi tubuhnya. Tatto di sisi
pinggangnya terlihat sangat seksi. Rambutnya sedikit basah karena ia baru saja
menyirami mobilnya dengan air. Grace sedang terduduk di atas kursi halaman
depan rumah mereka sambil memperhatikan Aaron. Tangannya dari tadi memegang
iPhone miliknya, sebenarnya ia ingin menghubungi Blake. Tapi pandangannya
teralihkan pada kakaknya yang super duper seksi itu. Ia mulai membayangkan
bagaimana ia berada di bawah tindihan kakaknya sambil kakaknya memasukan
ereksinya. Mencium bibirnya, ia ingin mencium aroma dari kakaknya sekarang. Oh,
pasti sangat luar biasa panas. Masa bodoh! Ia menyukai kakaknya sekarang
dibanding Blake. Lagipula Blake sudah tidak memiliki penis. Bagaimana dengan
milik kakaknya? Apa lebih besar dibanding Blake? Tentu saja. Grace
tersenyum-senyum bagaikan orang gila sekarang. Memutar-mutar ponselnya sambil
terus menatap Aaron yang sedang memandikan mobilnya.
Tapi
dari tadi Aaron mengabaikan Grace. Ia telah bertekad untuk belajar mencintai
Alice. Jadi, ia harus dapat menahan rasanya terhadap Grace. Ia bisa berhenti
mencintai Grace demi Alice. Aaron
bersenandung. Suaranya sebenarnya sangat bagus sama seperti Justin, tapi ia
tidak pernah bernyanyi pada siapa pun. Dulu saat Aaron masih berumur 6 tahun,
saat Natal, ia selalu saja menyanyikan lagu Santa Claus Is Coming To Town di
hadapan orang tuanya dan Grace. Ia sangat tampan dengan rambutnya yang basah
dan disisir dengan rapi. Memakai jas serta pita hitam yang melekat di lehernya.
Kemudian di depan pohon Natal ia bernyanyi. Suaranya sangat lucu, namun bagus.
Tapi sekarang, ia tidak pernah menikmati Natal. Untunglah Aaron memiliki banyak
adik yang dapat merayakan Natal hingga lebih meriah. Aaron masih bersenandung,
entah lagu apa yang sedang ia nyanyikan. Samar-samar mereka mendengar suara
teriakan dari Alice lalu disusul oleh teriakan tiga anak kecil dari dalam
rumah. Aaron yang sedang membersihkan kap mobil langsung menegakan tubuhnya.
Grace juga langsung berdiri. Dengan cepat Aaron membersihkan tangannya terlebih
dahulu lalu berjalan pelan ke dalam rumah. Namun Grace menahan Aaron.
“Gotcha!”
teriak Max, sang pengawal menubruk tubuh Alice hingga Alice jatuh ke atas
lantai ruang keluarga. Kemudian Moon, Mozzy dan Jonathan juga menindih tubuh
Alice yang kecil.
“Oh!
Tolong aku!” jerit Alice kehabisan nafas namun ia tertawa. “Lepaskan aku!”
“Tidak,
kita tidak akan melepaskanmu sebelum kau memberikan sabun ajaib itu pada kami!”
“Apa?
Sabun ajaib apa?” Yeah, Alice memegang sabun batangan yang diambilnya tadi dari
kamar mandi untuk memandikan ketiga anak kecil itu. “Aku tidak memegangnya!”
“Mengaku
atau kami akan menggelitikimu,” ancam Max tertawa.
“Aku
tidak akan pernah memberikannya sampai titik darah penghabisan!” tantang Alice
memberikan raut wajah menantang. Max berdiri dari tubuh Alice kemudian
berdeham.
“Serbu
dia sampai darahnya habis,”
“Siap
kapten!” seru ketiga anak kecil itu dengan semangat. Kemudian mereka bertiga
menggelitiki daerah-daerah sensitif Alice hingga Alice terus menggeliat.
Ketiak, leher dan pinggangnya menjadi sasaran empuk bagi mereka. Dan memang,
Alice bahkan hampir saja buang air kecil di celananya. Jari-jari mungil mereka
benar-benar berhasil membuat Alice tergelitik. Ia terus tertawa sampai air mata
keluar dari sudut matanya.
“Berhenti!
Aku menyerah! Aku menyerah! Aku akan memberikan sabun ini,”
“Cukup
prajurit,” suruh Max dengan tegas. Yeah, Max juga telah lama bekerja bersama
dengan keluarga Bieber. Tapi ia tidak sedekat Jordy bersama dengan keluarga
Bieber. Ketiga kurcaci itu bangkit dari tempatnya dengan wajah yang memerah
karena terus tertawa. Max menyodorkan tangannya pada Alice kemudian Alice
menangkapnya. Diangkatnya Alice dengan cepat hingga Alice akhirnya berdiri.
“Boo!”
Moon mendorong tubuh Alice pada tubuh Max hingga tubuh mereka bertubrukan.
Bahkan Max terhimpit di antara tubuh Alice dengan tembok.
“Apa-apaan
yang sedang terjadi di sini?” suara familiar terdengar di telinga kelima orang
itu. Moon yang baru saja mendorong Alice itu langsung terkejut, wajahnya sangat
lucu saat ia terkejut. Langsung saja Moon berlari menuju Alice lalu memeluk
kakinya. Mata Aaron melihat tubuh Alice dengan Max bersentuhan. Tidak boleh ada
yang menyentuh Alice selain dirinya! Terlebih lagi baju Alice yang basah
membuat pakaian dalam Alice terlihat. Sungguh sial. Dengan cepat Alice menjauh
dari tubuh Max sambil takut-takut melihat pada Aaron. Ia menelan ludahnya. Ia
harap Aaron tidak salah paham. Namun ia rasa Aaron salah paham.
“Kau. Jauhi kekasihku, kerjakan
tugasmu untuk menjaga rumah ini agar paman Zayn tidak datang ke sini karena ia
berada di Paris sekarang. Ayah sudah bilang ..sial. Intinya jaga rumah ini sama
seperti pengawal lainnya,” perintah Aaron berusaha menenangkan pikirannya. Ia
tidak boleh bersikap temperamental di depan adik-adiknya. Tidak boleh. Grace
berdiri di belakang Aaron, menatap Alice dengan tatapan Rasakan itu! Yeah, senyumannya benar-benar cantik, secantik Medusa
di dalam laut. Max pergi dari hadapan mereka dengan wajah yang pucat. Moon dan
Mozzy telah meraup kaki Alice dengan erat. Takut jika kakaknya akan memarahi
mereka berdua.
“Grace. Mandikan mereka bertiga
sekarang. Aku mempunyai urusan yang harus diselesaikan bersama dengan
Ms.Lancale, kurasa,” ujar Aaron menekankan setiap kata yang keluar dari
mulutnya. Dari belakang Grace melotot. Apa-apaan? Memandikan adik-adiknya
sekarang? Sial! Itu adalah pekerjaan Alice, bukan dirinya! “Grace, aku tidak
perlu meminta dua kali padamu bukan?”
“Baiklah,” lenguh Grace dengan
malas. “Ayo, Moon, Mozzy, Jona. Akan kuberikan kalian pelajaran kalian di kamar
mandi,”
“Grace!” Aaron menegur Grace untuk
tidak menakut-takuti adiknya.
“Ayo adik-adikku sayang. Aku akan
memandikan kalian sampai kulit kalian tidak memiliki noda sedikitpun,” suara
Grace dibuat-buat lembut pada adik-adiknya. Dengan terpaksa Moon dan Mozzy
melepaskan pegangan tangan mereka pada kaki Alice. Jonathan dan si kembar
berjalan ke arah Grace untuk dimandikan. Sekarang tinggal Aaron dan Ailce yang
berada di ruang keluarga.
“Sayangku, kemarliah,” panggil Aaron
selembut mungkin. Ia membuka tangannya untuk Alice.
“Apa kau akan menyakitiku?” Alice
juga takut-takut terhadap sikap Aaron yang benar-benar aneh. Maksudnya, ia
sangat lembut saat ia baru saja melihat apa yang baru saja terjadi. Namun Alice
tahu, Aaron pasti sangat marah.
“Aku tidak akan menyakitimu. Untuk
apa aku menyakitimu? Justru aku ingin menciummu,” bujuk Aaron kembali.
Pelan-pelan Alice melangkahkan kakinya menuju Aaron, tiba-tiba saja Aaron
memeluknya dengan erat. Dagu Alice telah berada di bahu Aaron. Pelukan Aaron
benar-benar kencang, hampir saja Alice tak dapat bernafas. Namun Alice membiarkannya.
“Apa aku harus memperingatimu lagi Alice, sayangku?”
“Memperingati apa?” tanya Alice
bingung.
“Tidak boleh ada yang menyentuhmu
selain diriku sayang, ingatkah kau tentang itu?” tanya Aaron mengelus rambut
hitam Alice dengan lembut. Namun tiba-tiba saja elusan itu berubah menjadi
jambakan yang membuat Alice mengerang. “Ingatkah kau?”
“Ah, Aaron aku minta maaf. Itu
benar-benar ketidaksengajaan,”
*Aaron Bieber POV*
Perasaanku bergetar saat aku
mendengar erangan kesakitan darinya. Tanganku telah menjambak rambutnya. Aku
telah menahan diriku untuk tidak menyakiti gadis ini, tapi ia telah menyakiti
hatiku. Aku terbakar oleh cemburu buta sekarang. Tapi aku tidak akan
menyakitinya hingga ia terluka. Aku tidak ingin disamakan dengan ayahku. Namun
melihat tubuh Alice bersentuhan dengan tubuh Max membuatku cemburu. Sangat
cemburu. Di saat aku sedang berusaha untuk mencintai Alice, Alice melakukan ini
padaku. Kulonggarkan jambakanku dari rambutnya. Kali ini pelukanku tidak begitu
erat, tidak seerat tadi. Aku tahu ia kehilangan nafas sejenak. Sungguh, rasanya
aku ingin gila. Grace baru saja menggodaku dan Alice baru saja membuatku
cemburu. Bagaimana mungkin keadaan ini benar-benar mendukung keputusanku untuk
belajar mencintai Alice telah bulat namun karena kejadian ini rasanya aku ingin
menerima tawaran dari Grace? Tapi tidak. Aku tidak boleh mencintai adikku.
Kurasakan satu titik air yang hangat menyentuh pundakku. Alice menangis. Sial,
aku telah menyakitinya. Aku tidak suka melihat seorang gadis menangis. Terlebih
lagi pada orang yang telah mengorbankan waktunya untuk mencintaiku meski aku
tidak yakin pada akhirnya aku dapat mencintainya atau tidak.
“Maafkan aku, sayang. Aku hanya
tidak senang melihatmu bersama dengannya,”
“Jika kau telah bilang aku adalah
milikmu, maka aku milikmu Aaron,”
“Aku tahu. Maafkan aku,” bisikku
mengelus rambutnya dengan lembut. “Untunglah ada si kembar yang dapat
menenangkanku. Jika tidak, demi Tuhan, aku telah memukul lekaki itu sama
seperti aku memukul Blake,”
“Aku harap kau tidak menyakiti siapa
pun,” Alice memohon padaku. Ia memundurkan tubuhnya lalu mengelap air matanya
dengan jari-jarinya. Lehernya yang jenjang itu. Rasanya aku ingin membuat
tattoo di sana. Touching Fire. Karena
hanya dia yang kusentuh dengan kelembutan apiku yang membara. Hanya dia yang
dapat membuatku bergairah hanya karena ia memejamkan matanya. Dan karena ia
telah tersentuh oleh aku. Kulihat lehernya dan menyentuhnya dengan jari-jariku.
Ia menatapku dengan bingung. Kuberikan ia tatapan ..Kau sangat seksi. Ia tersipu malu. Hell yeah, memang seperti itu
caranya menaklukan wainta.
“Lehermu sangat cantik, aku ingin
menciuminya terus menerus. Well, lihatlah. Ada sesuatu di sana,” Aaron mengelus
tanda ciuman yang ia berikan dua hari yang lalu pada gadis ini. Masih membekas.
Sempurna. Tanda bahwa Aaronlah yang memiliki gadis ini.
“Kau. Jangan menggodaku,”
“Aku senang menggodamu. Bagaimana
dengan ini?” tanyaku sambil mengecup lehernya, ia mendesah pelan. Sial! Rasanya
aku ingin membawanya keluar sana dan menyetubuhinya di atas kap mobilku yang
masih basah. Ia sangat menggoda. “Bantu aku membersihkan mobilku sekarang,”
“Ide yang bagus,” ujarnya dengan
senyuman. Senyuman tercantik yang pernah kulihat. Kurasa aku mulai membuka hati
untuknya. Apa aku telah jatuh cinta padanya?
*Author POV*
Mata elang lelaki itu sedang
memperhatikan dua insan yang sedang membersihkan mobil hitam besar milik
atasannya. Sangat mesra. Dengan santainya lelaki itu bersandar pada salah satu
pohon besar yang berada di halaman depan rumah Mr.Bieber. Ia memakai kacamata
hitam, jas yang panjang telah menutupi tubuhnya. Ia menyunggingkan senyuman
liciknya pada mereka berdua. Terlihat sekali mereka saling mencintai.
Seharusnya sekarang dirinya bersama dengan Alex sedang melakukan hal yang sama
dengan mereka. Gadis yang memiki rambut hitam itu tampak menarik untuknya. Apa
ia juga dapat merenggutnya dari Aaron? Well, mengambil dua gadis dari keluarga
Bieber sepertinya sangat menyenangkan. Ia harus mencari tahu siapa gadis cantik
itu sekarang. Mungkin Aaron juga dapat ia bunuh agar tidak ada yang dapat
melaporkan dirinya ke polisi. Hanya dia yang telah bertumbuh menjadi seorang
lelaki dewasa. Grace masih bisa menutup mulutnya. Begitu juga dengan Alexis.
Dan gadis mungil yang sedang ia perhatikan sekarang. Lalu sekarang ia melihat
sebuah pemandangan yang luar biasa seksi. Oh Tuhan. Andaikan dirinya yang
sedang berada di dalam posisi Aaron. Itu adalah impiannya selama ini. Meniduri
seorang wanita di atas kap mobil. Tapi sampai sekarang ia tidak pernah
melakukannya. Well, Aaron baru saja menjatuhkan tubuh Alice ke atas kap mobil
yang telah bersih. Sebenarnya tubuh mereka sama-sama basah dan kembali
membasahi mobil mereka. Aaron menindih tubuh Alice sambil tertawa bahagia. Ia
tidak merasa sebahagia ini. Aaron terus mengecup bibir Alice. Sesekali mereka
menautkan lidah mereka. Sangat seksi. Lama kelamaan Alice mendesah karena
tangan Aaron yang telah menangkup dua buah dadanya yang bulat itu.
“Tidak di sini Aaron,” bisik Alice.
“Tidak di sini? Bagaimana jika di
dalam mobil sana? Kurasa itu sangat menyenangkan,”
“Tidak, itu sangat memalukan. Dan
aku lapar. Kurasa Jonathan dan si kembar juga telah lapar. Bagaimana jika kita
makan sekarang?”
“Well, baiklah. Ayo kita pergi ke
restoran sekarang. Mobilku telah indah sekarang,” ajak Aaron bangkit dari
tindihannya terhadap Alice kemudian menarik tangan Alice agar bangkit juga dari
kap mobil Dan yah, mereka harus membersihkannya sekali lagi.
***
Alice menyuapi si kembar dengan
kesabaran. Grace dan Aaron terus berbicara, entah mereka berbicara apa. Yang
jelas ia harus mengisi perutnya terlebih dahulu. Sejak tadi pagi mereka belum
sarapan pun. Aaron menarik nafasnya. Bingung. Apa perasaannya masih berada pada
Grace atau telah teralihkan pada Alice? Ia juga masih merasakan getaran yang
sama seperti ia menatap Alice. Ia jatuh cinta pada keduanya. Mungkin hanya
waktu yang dapat menjawab rahasia di balik hati Aaron yang masih bimbang.
“Sore ini kita akan mengelilingi
kota Paris. Alice, bagaimana dengan itu?” Aaron menolehkan wajahnya pada Alice
yang tersenyum senang karena baru saja memasukan satu sendok makan pada mulut
Moon kemudian membalikan kepalanya pada Aaron. Ia mengerjapkan matanya
berkali-kali seakan-akan ia baru saja tersadar akan sesuatu.
“Apa?”
“Malam ini kita akan mengelilingi
kota Paris bersama dengan Adam, sopir kita di Paris. Bagaimana dengan itu?
Kurasa kau harus membawa persediaan untuk si kembar,”
“Oh, tentu saja,” Senyum Alice
semakin mengembang. Lalu ia berdiri. “Bisakah kau melihat mereka sebentar?
Karena aku ingin pergi ke toilet,”
“Tentu,” Aaron memerhatikan Alice
yang telah berdiri dan berjalan menuju toilet restoran. Matanya benar-benar
bagaikan kucing yang sedang memerhatikan ikan yang berenang-renang di dalam
akurium. Tidak lepas darinya. Kemudian Alice menghilang dari balik pintu toilet
wanita. Ia mengingat perkataan Alice tadi untuk memerhatikan si kembar.
Langsung saja ia berpindah tempat untuk duduk di hadapan Moon dan Mozzy.
Menggantikan peran Alice untuk sementara. Ia menyuapi si kembar dengan penuh
kesabaran. Adiknya, Grace, memerhatikan kakaknya yang benar-benar perhatian
dengan si kembar. Grace rasa, mungkin ia telah jatuh cinta pada kakaknya.
Bagaimana mungkin ia tidak pernah membayangkan kakaknya yang sangat seksi ini?
Waktu telah berlalu 10 menit. Namun Alice tak kunjung datang. Aaron bangkit
dari tempat duduknya.
“Jaga mereka,” suruh Aaron pada
Grace. Aaron berlari kecil menuju toilet untuk mencari Alice. Tanpa malu-malu
ia membuka toilet wanita. Dan yeah, teriakan wanita mulai terdengar. “Alice?
Apa kau di dalam?” Aaron semakin masuk ke dalam. Ia membuka satu per satu pintu
toilet, namun ia tidak menemukan Alice. “Alice!” ia berteriak panik. Ia berlari
keluar dari toilet kemudian menghampiri adiknya Grace.
“Alice menghilang,” ujar Aaron
tegas. Langsung saja Aaron mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jordy.
Bluetooth yang ia pakai langsung terhubung pada Jordy.
“Apa?” Grace berpura-pura terkejut.
Tentu saja.
“Alice menghilang. Cari dia.
Sekarang. Secepat mungkin. Suruh semua pengawal mencarinya, sekarang juga.”
Suara Aaron benar-benar tegas. Dari sini, Grace dapat menyimpulkan ..Aaron
jatuh cinta pada Alice.
Ya. Aaron jatuh cinta kepada Alice.
***
Gadis berambut hitam itu terikat
dalam sebuah kursi. Ia tidak memakai pakaian yang sebelumnya ia pakai. Ia
memakai gaun yang dipenuhi oleh gliter. Gaun panjang berwarna hitam itu
membuatnya tampak seperti menjadi puteri Raja yang hilang di sebuah menara.
Kepalanya terdongak ke belakang sehingga rambutnya yang panjang itu tergerai.
Sebenarnya, ia tidak terikat oleh tali. Tapi kedua tangannya dipasung oleh
sebuah besi. Yang dimana hanya satu suara lelaki yang dapat membuka kunci dari
alat itu.Kedua kakinya juga terpasung, sehingga tampaknya gadis ini terduduk dengan
tegap. Lelaki yang berada di hadapannya tampak begitu memperhatikan gadis ini
dengan seksama. Benar-benar putih. Wajahnya sangat cantik dan tak berdosa.
Namun setelah ia mengingat apa yang terjadi tadi pagi terhadap gadis ini,
ternyata dari wajahnya yang tak berdosa itu ia menyembunyikan monster dalam
dirinya. Membuat ia ingin mencicipi tubuh gadis ini. Ia masih membutuhkan satu
gadis lagi yang masih berada di luar sana. Tidak akan ada yang dapat
menghubunginya di kantor polisi. Polisi di Paris itu bodoh dan tidak akan ada
yang dapat mendapatkan keberadaannya sekarang. Meski keberadaannya masih di
perkotaan. Bahkan satu hal yang harus diketahui, rumah lelaki ini berhadapan
dengan rumah sang perebut kebahagiaannya. Hanya saja mereka semua bodoh. Tidak
memperhatikannya. Ia hanya dapat memberikan seringainya saat gadis yang seksi
itu mengerang dan membuka matanya.
Bola matanya berputar begitu saja
terus menerus saat ia mengerjap-kerjapkan matanya. Ia mendesah sejenak.
Penglihatannya buram. Lalu ia mengangkat kepalanya agar kembali tegak. Lehernya
rasanya ingin patah karena mungkin terlalu lama terdongak ke belakang. Ia
mengggeleng-gelengkan kepalanya untuk menyegarkan dirinya. Saat ia tersadar, ia
melihat ke sekeliling. Sebuah ruangan yang bersih, tak ternoda. Lalu ia melihat
pada jendela rumah yang terbuka, sinar bulan menyinarinya. Lalu ia melihat pada
seorang lelaki yang sedang berdiri, bersandar di depan pintu lemari pakaian
dengan seringai seramnya. Siapa lelaki ini? Ia mengangkat salah satu alisnya.
“Siapa kau? Dan dimana aku?” tanya
Alice, berhati-hati. Zayn, lelaki yang telah menculiknya itu terkekeh mendengar
pertanyaan bodoh itu. Tentu saja ia sedang berada di dalam sebuah ruangan.
“Kau ingin tahu siapa aku?” tanya
Zayn melangkahkan kakinya lebih dekat pada Alice. Sangat pelan. Kemudian Alice
baru saja sadar, kaki dan tangannya sedang dalam keadaan terpasung. Seketika
itu juga ia panik. Nafasnya terengah-engah. Apa yang lelaki ini inginkan
darinya? Tidak, jangan sampai lelaki ini akan membunuhnya. Air matanya mulai
membendung bertepatan dengan itu Zayn telah berdiri tepat di depannya. Hanya
berjarak beberapa inchi darinya.
“Ssh, jangan menangis sayang,” bisik
Zayn menghapus air mata yang telah mengalir keluar dari sudut mata Alice. “Aku
tidak menyukai gadis mungil sepertimu menangis,”
“Apa yang akan kaulakukan padaku?”
tanya Alice, suaranya sangat bergetar.
“Mau mendengarkan dongeng sebelum
tidur sayang? Kurasa kau butuh istirahat sekali lagi,”
“Apa yang kauinginkan?” tanya Alice,
kali ini menjerit. Mata Zayn yang awalnya menyipit, tiba-tiba saja menjadi
bentuk matanya yang seperti biasa. Bulat. Ia tidak menyukai jeritan gadis ini.
Untunglah ruangan itu kedap suara. Bahkan pintunya terbuat dari baja. “Kumohon
jangan sakiti aku,”
“Aku tidak akan menyakitimu selama
kau menurutiku sayang,” ucapan Zayn mengingatkan Alice terhadap Aaron. Oh
Tuhan, dimana Aaron? Ia membutuhkan Aaron sekarang. Tuhan, bantu dirinya
sekarang agar lelaki di hadapannya tidak akan menyakitinya. Zayn menundukan
kepalanya lalu menempatkan wajahnya pada leher Alice. Tubuh Alice bergidik
akibat hembusan nafas dari Zayn. Ia mengingat perlakuan Aaron terhadapnya yang
memberikan rangsangan seperti ini. Lalu Zayn mengecupnya dengan lembut.
“Pada zaman dahulu, hiduplah seorang
gadis cantik yang tinggal di sebuah panti asuhan. Gadis ini sangat dekat sekali
dengan seorang lelaki yang tampan. Mereka bertumbuh bersama-sama di panti
asuhan itu. Hingga sang lelaki itu terpaksa harus pergi dari panti asuhan itu
karena batas umurnya. Sebelum lelaki itu pergi dari panti asuhan itu, ia jatuh
cinta pada gadis cantik ini dan berpikir bahwa gadis itu akan menjadi
kekasihnya di masa depan. Tapi ternyata tidak,”
“Itu sangat menyakitkan,” bisik
Alice, berusaha menenangkan diri.
“Yeah, aku tahu sayang,” bisik Zayn
mengecup leher Alice kembali. Kali ini dekat dengan dagunya. “Lalu sampai suatu
hari lelaki ini mendapati gadis itu telah menikah dan memiliki banyak anak. Dan
kau tahu apa? Ternyata gadis ini menikah dengan teman lelaki ini sendiri. Ironis.
Sangat ironis. Kemudian lelaki ini berniat untuk membalas dendamnya yang telah
ia pendam selama 23 tahun. Uh, memang itu waktu yang sangat lama sekali.
Sehingga sekarang, lelaki itu telah memiliki dua gadis dari keluarga itu. Dan
sekarang, lelaki itu baru saja mendapatkan satu gadis dari keluarga itu,
sehingga sekarang ia harus mengambil yang lebih nakal lagi. Masih berlanjut,”
bisik Zayn menarik kepalanya dari leher Alice sambil memberikan Alice senyum
liciknya.
“Kau menculikku. Mengapa kau
melakukan ini?”
“Aku ingin merusak kebahagiaan yang
telah terenggut dari padaku. Jadi sayang, kurasa kau harus menutup mulutmu
kembali. Tidurlah yang nyenyak, ayah sudah menceritakan kau dongeng,” ujar Zayn
mengeluarkan sapu tangan dari kantong celana yang ia pakai kemudian ia menutup
hidung Alice dengan sapu tangan itu hingga Alice tak sadar diri. Zayn berjalan
menuju pintu baja itu lalu membukanya perlahan-lahan. Sebelum ia menutup pintu
itu kembali, ia menatap gadis itu sejenak. Ia benar-benar akan mencicipinya.
Lalu ia menutup pintunya.
“Siapkan peti matinya sekarang,”
Dongeng itu masih berlanjut …
***
Wajah Aaron tampak pucat. Dari tadi
ia mondar-mandir di tengah-tengah ruang keluarganya. Penjagaan di rumahnya
semakin ketat. Ayahnya belum mengetahui ini. Pasti paman Zayn yang telah
menculik Alice. Namun dimana ia menyembunyikan Alice? Tentu saja tidak ada yang
tahu. Ia juga telah menyewa detektif untuk mencari gadisnya yang hilang karena
hingga tengah malam ini Alice belum pulang. Grace yang ada di hadapannya tampak
khawatir melihat kakaknya yang hampir stress. Ia tidak tega melihat kakaknya
karena begitu banyak memikirkan gadis pembawa sial itu. Mengapa bisa gadis itu
menghilang? Pasti ia sedang bermain-main di luar sana. Jika kakaknya tidak
tidur malam ini juga, terpaksa ia yang harus merayu kakaknya untuk cepat tidur.
Grace mendesah pelan, menelentangkan tubuhnya di atas sofa. Ia masih
memerhatikan kakaknya yang mondar-mandir.
“Dia pasti akan cepat ditemukan,
percaya padaku,” ujar Grace, bosan. Aaron menghentikan langkahannya, menatap
Grace dengan tatapan tersinggung. Cepat? Sampai sekarangpun Alice belum
menunjukan batang hidungnya pada mereka
semua. “Apa?”
“Mudah kau bilang seperti itu. Tapi
lihat sekarang? Ia tidak ada di hadapan kita,”
Grace membangkitkan tubuhnya,
terduduk. “Bagaimana jika kau duduk di sebelahku lalu aku akan memberikanmu
sedikit pijatan relaksasi sebentar. Mungkin kau akan sedikit tenang,”
“Sedikit tenang? Tidak, terima
kasih,”
“Ayolah. Aku tidak ingin melihatmu
panik seperti ini. Kumohon, duduklah sebentar dan biarkan aku memijit
punggungmu,” bujuk Grace sekali lagi. Ia menepuk-tepuk sofanya, meminta Aaron
untuk duduk di sebelahnya. “Dan buka bajumu agar aku mudah memijit punggung.
Ayo,” paksa Grace tersenyum pada Aaron. Tawaran itu tampak menggugah selera
Aaron. Mungkin ia terlalu panik. Mungkin benar apa yang dikatakan Grace. Ia
membuka kaos Polo hitam yang ia pakai dan membuangnya ke atas karpet bulu halus
itu. Jantung Grace berhenti berdetak seketika. Akhirnya ia akan menyentuh tubuh
kakaknya yang luar biasa bidang itu. Grace menelan ludahnya saat Aaron terduduk
di sebelahnya dan memunggungi Grace.
“Bagaimana jika kau tengkurap?”
tanya Grace bangkit dari sofa. Aaron hanya mengikuti apa yang Grace katakan. Ia
tengkurap di sepanjang sofa. Ia mengambil satu bantal untuk bantalan kepalanya
lalu ia memejamkan matanya sejenak. Grace duduk di atas punggung Aaron membuat
Aaron mengerang. Oh, suara itu sangat seksi di telinga Grace. Kemudian kedua
tangan Grace memukul-pukul pundak Aaron dengan tenaga yang cukup kuat. Bahkan
meski sekuat itu, pukulan Grace tidak begiu terasa. Aaron hanya menikmatinya.
“Kau ..pundakmu sangat bidang,”
“Ya, terima kasih,” Aaron
menjawabnya secepat mungkin. Grace berhenti memukul pundak Aaron. Tangannya
yang lembut itu mulai mengelus pundak Aaron dengan lembut. Lalu Grace
menundukan tubuhnya sehingga sekarang dadanya bersentuhan dengan punggung
Aaron. Sial, apa adiknya sedang menggodanya? Karena jika ya, ia sangat
berhasil. Namun ia masih memikirkan Alice di luar sana yang hilang. Jangan
sampai ia meniduri adiknya malam ini.
“Well, aku menyukainya,” bisik
Grace. Grace tahu ini adalah perbuatan yang tabu tapi ia benar-benar
menginginkan kakaknya berada di dalam tubuhnya sekarang juga. Aaron menarik
nafasnya dalam-dalam. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain meladeni
adiknya. Ia juga masih menginginkan adiknya, tapi ..ah! Mengapa ia harus
diperhadapkan ke dalam sebuah dilema? Grace mengelus-elus pundak kakaknya
dengan lembut lalu mengecupnya. Sontak otot-otot itu semakin menegang dan
membentuk. “Aaron,” bisik Grace kembali mengecup pundak kakaknya terus menerus.
Aaron mengerang.
“Grace, kita tidak melakukan hal
ini,”
“Mengapa?” bisik Grace kali ini
mengecup leher Aaron. Oh, sial! Gadis ini ternyata seorang penggoda! Aaron
tidak tahu adiknya memiliki keahlian untuk memberikan kenikmatan pada seorang
lelaki sebelum berhubungan badan. “Kita tidak memiliki hubungan darah Aaron,
jadi tak apa,” bisik Grace. Aaron berpikir dua kali. Apa ia akan meniduri adiknya
malam ini? Ah, persetan jika mereka adik-kakak! Mereka tidak memiliki hubungan
darah! Pikiran Aaron yang mengarah pada Alice tiba-tiba saja menghilang karena
adiknya.
“Ayolah,” bisik Grace mengecup
kembali leher Aaron.
“Baiklah,” akhirnya. Grace
menyunggingkan senyum kemenangannya. Lalu ia bangkit dari tubuh Aaron begitu
saja. Kemudian Aaron bangkit dari tidurnya, berdiri berhadapan dengan Grace.
“Aku tahu ini gila ..tapi persetan,”
“Ya, aku juga. Gendong aku. Aku
ingin melakukannya di kamar,” ujar Grace dengan senang. Langsung saja Aaron
menggendong tubuh Grace sehingga sekarang tangan Aaron menangkup bokong Grace
yang bulat itu. Grace melingkarkan kakinya di sekitar pinggang Aaron kemudian
tanpa malu-malu ia mengecup bibir Aaron. Aaron tersentak. Ia merasakan sesuatu
aneh yang tidak biasa. Ia berusaha menikmati kecupan Grace sambil ia berjalan
menuju lantai dua. Saat ia telah berada di lantai dua, ia membuka pintu kamar
Grace. Begitu pintu tertutup, mulut Aaron langsung beradu dengan mulut Grace.
Mereka berdua tampak menikmati mulut mereka yang beradu itu. Terlebih Grace
yang mengidam-idamkan hal ini. Pintu kamar Grace dikunci lalu Aaron berjalan
menuju tempat tidur dan membaringkan tubuh Grace di atasnya. Bibir mereka masih
terpagut, tapi sensasi ini sangat berbeda. Perasaan ini berbeda saat Aaron
mengecup Grace. Tidak seperti saat Aaron mengecup bibir Alice. Tapi ini adalah
tawaran terlangka yang pernah ditempuh dalam hidupnya. Dengan lembut Aaron
mengecup leher Grace. Grace mendesah. Saat itu juga Aaron menjauhkan kepalanya
dari leher Grace. Tidak. Ia tidak bisa melakukan ini dengan Grace. Ia telah
berjanji pada Alice untuk tidak berselinguk pada siapa pun.
“Ada apa?”
“Kita tidak boleh melakukan ini,
Grace,”
“Mengapa?” raut wajah Grace
benar-benar kecewa dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Aaron menarik
nafasnya dalam-dalam. Ini adalah keputusan terberat dan tercepat yang tidak
pernah ia buat sebelumnya. “Aaron, mengapa?” tanya Grace kali ini nada suaranya
lebih tinggi. Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya, terduduk di sisinya.
“Aku ..kau. Aku mencintaimu,”
“Dan mengapa jika kau mencintaiku,
kau tidak ingin menyentuhku? Aku ingin kau menyentuhku,” ujar Grace berdiri
lalu ia berjalan ke arah Aaron lalu ia menarik leher Aaron agar ia dapat
mengecup bibir Aaron kembali. Namun saat bibir mereka akan bertemu, Aaron
mendorong pelan Grace. Ia tidak dapat melakukan ini. Ia sekarang telah
mengetahuinya. Saat Aaron menyentuh Grace, tidak ada getaran yang sama saat ia
menyentuh Alice. Desahan yang dikeluarkan oleh Grace tidak sama sekali
membuatnya bergairah. Meski ini adalah impiannya selama ini, tapi ia tidak
dapat melakukannya ..sejak kedatangan Alice.
“Dulu. Aku mencintaimu dulu, Grace.
Tidak sekarang. Aku minta maaf kejadian tadi, tidak seharusnya itu terjadi,”
ujar Aaron mengambil keputusan. Ia lebih memilih Alice. Gadisnya yang
menghilang dan belum juga ditemukan. Grace menautkan kedua alisnya, geram
dengan kakaknya. Apa yang sedang kakaknya permainkan di sini? Kakaknya pasti
tahu kalau dirinya mencintai Grace. Tapi mengapa ia tidak mengakuinya? Merasa
kesal, Grace memukul dada Aaron.
“Mengapa kau melakukan ini padaku?”
“Aku benar-benar minta maaf, Grace,”
“Kau mencintaiku bukan, Aaron?
Akuilah, tidak apa-apa. Kau bisa menyentuhku. Tidak apa-apa,” Grace memaksa Aaron, ia menyentuh lengan
Aaron.
“Mengapa kau memintaku untuk
melakukan itu?”
“Karena aku mencintaimu, Aaron,”
lirih Grace dengan suara yang pelan. Jantung Aaron berhenti berdetak untuk
beberapa detik. Ia tidak dapat menerima cinta Grace. Ia sudah tidak mencintai
Grace lagi. Oh, andai Alice ada di sini. Sial. Aaron menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Aku tidak bisa. Kita tidak bisa
menjalinkan hubungan Grace. Aku mencintai Alice, aku harus mencarinya sekarang.
Terima kasih atas pijitanmu, sangat membantu,” ujar Aaron pergi dari hadapan
Grace. Saat itu juga hati Grace teremas. Entah mengapa ia sangat ingin membunuh
Alice karena Alice telah merenggut Aaron darinya. Ia juga harus mencari Alice.
Jika ia lebih dulu mendapatkan Alice, ia dapat membunuh Alice pun. Dan Aaron
tidak akan pernah bertemu dengan Alice dan berpaling padanya lagi. Cintanya
membutakan segalanya. Sekarang Grace sedang berusaha untuk mengejar cintanya
yang hilang karena satu mahluk hina di luar sana. Dan ia harus segera
mendapatkan gadis hina itu. Ia menjerit keras dalam hati.
***
Gadis itu tampak pucat saat lelaki
itu selesai memperkosanya. Tangannya berdarah, tergores lebih tepatnya. Bajunya
sudah seperti tak terurus lagi. Namun gadis itu tak sadarkan diri. Lelaki yang
baru saja memperkosanya menempatkan gadis itu ke dalam peti mati. Ia tersenyum
senang karena wajah gadis ini terlihat damai. Saat ia melihat wajah gadis ini,
ia melihat kedamaian. Lalu ia mengelus pipi gadis ini dengan lembut. Rasa gadis
ini benar-benar nikmat. Ia ingin mencobanya lagi. Tapi tidak. Ia tidak boleh
berlama-lama menyetubuhi gadis ini karena gadis ini harus diberikan pada
pemiliknya dengan segera ..namun dengan cara barter. Wajah gadis yang pucat pasi
itu tampak berkeringat karena baru saja diperkosa oleh lelaki sialan. Lalu ia
tersenyum.
“Dan kemudian, gadis yang ia baru
saja dapatkan harus ditempatkan ke dalam tempat yang nyaman, hangat dan tentram
sejenak. Sehingga sekarang lelaki itu harus mencari gadis yang lain, masih
berlanjut,” ujar lelaki itu mengelus pipi gadis itu lalu ia berdiri. Peti mati
itu transparan. Sehingga gadis itu dapat terlihat dari luar. Gadis itu
terbaring di atas sebuah kasur yang berada di dalam peti itu, tampak sangat
nyaman. Atau mungkin, sebenarnya dongeng ini menceritakan tentang Sleeping
Beauty yang ditempatkan di dalam peti mati? Lelak itu menutup atasan peti mati
itu lalu menguncinya.
“Lalu lelaki ini melanjutkan
perjalan pencariannya terhadap gadis yang lain, tapi gadis itu tidak akan
dimasukan ke dalam peti mati yang sama seperti gadis ini sekarang. Karena peti
itu tidak sama sekali dapat menerima oksigen dari luar. Sehingga hanya waktu
yang menentukan ..apa gadis itu masih hidup? Atau peti itu akan merenggut
nyawanya? Masih berlanjut.” Ujar lelaki itu menyeringai.
Lama kelamaan peti itu menguap.
Alice?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar