Selasa, 06 Agustus 2013

Touching Fire Bab 7


***
           
            Tampaknya keluarga Bieber sedang sangat menikmati suasana pagi ini. Mr. dan Mrs.Bieber telah pergi dari rumah sejak jam 7 pagi untuk pergi ke hotel yang telak mereka pesan sebelumnya. Moon dan Mozzy sedang bermain di belakang taman bersama dengan Alice dengan selang air yang mereka nyalakan. Jonathan juga ada di sana, tertawa-tawa senang. Yeah, sebenarnya mereka sedang ingin menyiram tanaman. Tapi mereka berakhir mandi bersama-sama. Well, Alice ditemani dengan salah satu pengawal di rumah Justin. Pengawal itu sangat tampan, sebenarnya. Namun Alice sadar ia telah memiliki Aaron. Tapi tampaknya, tiga anak kecil itu membujuk mereka berdua untuk berlari-larian di sekitar taman. Yeah, bermain kejar-kejaran memang sangat mengasyikan. Aaron sedang membersihkan mobilnya yang kotor di halaman rumah depan. Tubuhnya benar-benar berotot. Ia bahkan tidak memakai atasan. Hanya kain boxer yang menutupi tubuhnya. Tatto di sisi pinggangnya terlihat sangat seksi. Rambutnya sedikit basah karena ia baru saja menyirami mobilnya dengan air. Grace sedang terduduk di atas kursi halaman depan rumah mereka sambil memperhatikan Aaron. Tangannya dari tadi memegang iPhone miliknya, sebenarnya ia ingin menghubungi Blake. Tapi pandangannya teralihkan pada kakaknya yang super duper seksi itu. Ia mulai membayangkan bagaimana ia berada di bawah tindihan kakaknya sambil kakaknya memasukan ereksinya. Mencium bibirnya, ia ingin mencium aroma dari kakaknya sekarang. Oh, pasti sangat luar biasa panas. Masa bodoh! Ia menyukai kakaknya sekarang dibanding Blake. Lagipula Blake sudah tidak memiliki penis. Bagaimana dengan milik kakaknya? Apa lebih besar dibanding Blake? Tentu saja. Grace tersenyum-senyum bagaikan orang gila sekarang. Memutar-mutar ponselnya sambil terus menatap Aaron yang sedang memandikan mobilnya.
            Tapi dari tadi Aaron mengabaikan Grace. Ia telah bertekad untuk belajar mencintai Alice. Jadi, ia harus dapat menahan rasanya terhadap Grace. Ia bisa berhenti mencintai Grace demi Alice.  Aaron bersenandung. Suaranya sebenarnya sangat bagus sama seperti Justin, tapi ia tidak pernah bernyanyi pada siapa pun. Dulu saat Aaron masih berumur 6 tahun, saat Natal, ia selalu saja menyanyikan lagu Santa Claus Is Coming To Town di hadapan orang tuanya dan Grace. Ia sangat tampan dengan rambutnya yang basah dan disisir dengan rapi. Memakai jas serta pita hitam yang melekat di lehernya. Kemudian di depan pohon Natal ia bernyanyi. Suaranya sangat lucu, namun bagus. Tapi sekarang, ia tidak pernah menikmati Natal. Untunglah Aaron memiliki banyak adik yang dapat merayakan Natal hingga lebih meriah. Aaron masih bersenandung, entah lagu apa yang sedang ia nyanyikan. Samar-samar mereka mendengar suara teriakan dari Alice lalu disusul oleh teriakan tiga anak kecil dari dalam rumah. Aaron yang sedang membersihkan kap mobil langsung menegakan tubuhnya. Grace juga langsung berdiri. Dengan cepat Aaron membersihkan tangannya terlebih dahulu lalu berjalan pelan ke dalam rumah. Namun Grace menahan Aaron.
            “Gotcha!” teriak Max, sang pengawal menubruk tubuh Alice hingga Alice jatuh ke atas lantai ruang keluarga. Kemudian Moon, Mozzy dan Jonathan juga menindih tubuh Alice yang kecil.
            “Oh! Tolong aku!” jerit Alice kehabisan nafas namun ia tertawa. “Lepaskan aku!”
            “Tidak, kita tidak akan melepaskanmu sebelum kau memberikan sabun ajaib itu pada kami!”
            “Apa? Sabun ajaib apa?” Yeah, Alice memegang sabun batangan yang diambilnya tadi dari kamar mandi untuk memandikan ketiga anak kecil itu. “Aku tidak memegangnya!”
            “Mengaku atau kami akan menggelitikimu,” ancam Max tertawa.
            “Aku tidak akan pernah memberikannya sampai titik darah penghabisan!” tantang Alice memberikan raut wajah menantang. Max berdiri dari tubuh Alice kemudian berdeham.
            “Serbu dia sampai darahnya habis,”
            “Siap kapten!” seru ketiga anak kecil itu dengan semangat. Kemudian mereka bertiga menggelitiki daerah-daerah sensitif Alice hingga Alice terus menggeliat. Ketiak, leher dan pinggangnya menjadi sasaran empuk bagi mereka. Dan memang, Alice bahkan hampir saja buang air kecil di celananya. Jari-jari mungil mereka benar-benar berhasil membuat Alice tergelitik. Ia terus tertawa sampai air mata keluar dari sudut matanya.
            “Berhenti! Aku menyerah! Aku menyerah! Aku akan memberikan sabun ini,”
            “Cukup prajurit,” suruh Max dengan tegas. Yeah, Max juga telah lama bekerja bersama dengan keluarga Bieber. Tapi ia tidak sedekat Jordy bersama dengan keluarga Bieber. Ketiga kurcaci itu bangkit dari tempatnya dengan wajah yang memerah karena terus tertawa. Max menyodorkan tangannya pada Alice kemudian Alice menangkapnya. Diangkatnya Alice dengan cepat hingga Alice akhirnya berdiri.
            “Boo!” Moon mendorong tubuh Alice pada tubuh Max hingga tubuh mereka bertubrukan. Bahkan Max terhimpit di antara tubuh Alice dengan tembok.
            “Apa-apaan yang sedang terjadi di sini?” suara familiar terdengar di telinga kelima orang itu. Moon yang baru saja mendorong Alice itu langsung terkejut, wajahnya sangat lucu saat ia terkejut. Langsung saja Moon berlari menuju Alice lalu memeluk kakinya. Mata Aaron melihat tubuh Alice dengan Max bersentuhan. Tidak boleh ada yang menyentuh Alice selain dirinya! Terlebih lagi baju Alice yang basah membuat pakaian dalam Alice terlihat. Sungguh sial. Dengan cepat Alice menjauh dari tubuh Max sambil takut-takut melihat pada Aaron. Ia menelan ludahnya. Ia harap Aaron tidak salah paham. Namun ia rasa Aaron salah paham.
            “Kau. Jauhi kekasihku, kerjakan tugasmu untuk menjaga rumah ini agar paman Zayn tidak datang ke sini karena ia berada di Paris sekarang. Ayah sudah bilang ..sial. Intinya jaga rumah ini sama seperti pengawal lainnya,” perintah Aaron berusaha menenangkan pikirannya. Ia tidak boleh bersikap temperamental di depan adik-adiknya. Tidak boleh. Grace berdiri di belakang Aaron, menatap Alice dengan tatapan Rasakan itu! Yeah, senyumannya benar-benar cantik, secantik Medusa di dalam laut. Max pergi dari hadapan mereka dengan wajah yang pucat. Moon dan Mozzy telah meraup kaki Alice dengan erat. Takut jika kakaknya akan memarahi mereka berdua.
            “Grace. Mandikan mereka bertiga sekarang. Aku mempunyai urusan yang harus diselesaikan bersama dengan Ms.Lancale, kurasa,” ujar Aaron menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Dari belakang Grace melotot. Apa-apaan? Memandikan adik-adiknya sekarang? Sial! Itu adalah pekerjaan Alice, bukan dirinya! “Grace, aku tidak perlu meminta dua kali padamu bukan?”
            “Baiklah,” lenguh Grace dengan malas. “Ayo, Moon, Mozzy, Jona. Akan kuberikan kalian pelajaran kalian di kamar mandi,”
            “Grace!” Aaron menegur Grace untuk tidak menakut-takuti adiknya.
            “Ayo adik-adikku sayang. Aku akan memandikan kalian sampai kulit kalian tidak memiliki noda sedikitpun,” suara Grace dibuat-buat lembut pada adik-adiknya. Dengan terpaksa Moon dan Mozzy melepaskan pegangan tangan mereka pada kaki Alice. Jonathan dan si kembar berjalan ke arah Grace untuk dimandikan. Sekarang tinggal Aaron dan Ailce yang berada di ruang keluarga.
            “Sayangku, kemarliah,” panggil Aaron selembut mungkin. Ia membuka tangannya untuk Alice.
            “Apa kau akan menyakitiku?” Alice juga takut-takut terhadap sikap Aaron yang benar-benar aneh. Maksudnya, ia sangat lembut saat ia baru saja melihat apa yang baru saja terjadi. Namun Alice tahu, Aaron pasti sangat marah.
            “Aku tidak akan menyakitimu. Untuk apa aku menyakitimu? Justru aku ingin menciummu,” bujuk Aaron kembali. Pelan-pelan Alice melangkahkan kakinya menuju Aaron, tiba-tiba saja Aaron memeluknya dengan erat. Dagu Alice telah berada di bahu Aaron. Pelukan Aaron benar-benar kencang, hampir saja Alice tak dapat bernafas. Namun Alice membiarkannya. “Apa aku harus memperingatimu lagi Alice, sayangku?”
            “Memperingati apa?” tanya Alice bingung.
            “Tidak boleh ada yang menyentuhmu selain diriku sayang, ingatkah kau tentang itu?” tanya Aaron mengelus rambut hitam Alice dengan lembut. Namun tiba-tiba saja elusan itu berubah menjadi jambakan yang membuat Alice mengerang. “Ingatkah kau?”
            “Ah, Aaron aku minta maaf. Itu benar-benar ketidaksengajaan,”
           
*Aaron Bieber POV*

            Perasaanku bergetar saat aku mendengar erangan kesakitan darinya. Tanganku telah menjambak rambutnya. Aku telah menahan diriku untuk tidak menyakiti gadis ini, tapi ia telah menyakiti hatiku. Aku terbakar oleh cemburu buta sekarang. Tapi aku tidak akan menyakitinya hingga ia terluka. Aku tidak ingin disamakan dengan ayahku. Namun melihat tubuh Alice bersentuhan dengan tubuh Max membuatku cemburu. Sangat cemburu. Di saat aku sedang berusaha untuk mencintai Alice, Alice melakukan ini padaku. Kulonggarkan jambakanku dari rambutnya. Kali ini pelukanku tidak begitu erat, tidak seerat tadi. Aku tahu ia kehilangan nafas sejenak. Sungguh, rasanya aku ingin gila. Grace baru saja menggodaku dan Alice baru saja membuatku cemburu. Bagaimana mungkin keadaan ini benar-benar mendukung keputusanku untuk belajar mencintai Alice telah bulat namun karena kejadian ini rasanya aku ingin menerima tawaran dari Grace? Tapi tidak. Aku tidak boleh mencintai adikku. Kurasakan satu titik air yang hangat menyentuh pundakku. Alice menangis. Sial, aku telah menyakitinya. Aku tidak suka melihat seorang gadis menangis. Terlebih lagi pada orang yang telah mengorbankan waktunya untuk mencintaiku meski aku tidak yakin pada akhirnya aku dapat mencintainya atau tidak.
            “Maafkan aku, sayang. Aku hanya tidak senang melihatmu bersama dengannya,”
            “Jika kau telah bilang aku adalah milikmu, maka aku milikmu Aaron,”
            “Aku tahu. Maafkan aku,” bisikku mengelus rambutnya dengan lembut. “Untunglah ada si kembar yang dapat menenangkanku. Jika tidak, demi Tuhan, aku telah memukul lekaki itu sama seperti aku memukul Blake,”
            “Aku harap kau tidak menyakiti siapa pun,” Alice memohon padaku. Ia memundurkan tubuhnya lalu mengelap air matanya dengan jari-jarinya. Lehernya yang jenjang itu. Rasanya aku ingin membuat tattoo di sana. Touching Fire. Karena hanya dia yang kusentuh dengan kelembutan apiku yang membara. Hanya dia yang dapat membuatku bergairah hanya karena ia memejamkan matanya. Dan karena ia telah tersentuh oleh aku. Kulihat lehernya dan menyentuhnya dengan jari-jariku. Ia menatapku dengan bingung. Kuberikan ia tatapan ..Kau sangat seksi. Ia tersipu malu. Hell yeah, memang seperti itu caranya menaklukan wainta.
            “Lehermu sangat cantik, aku ingin menciuminya terus menerus. Well, lihatlah. Ada sesuatu di sana,” Aaron mengelus tanda ciuman yang ia berikan dua hari yang lalu pada gadis ini. Masih membekas. Sempurna. Tanda bahwa Aaronlah yang memiliki gadis ini.
            “Kau. Jangan menggodaku,”
            “Aku senang menggodamu. Bagaimana dengan ini?” tanyaku sambil mengecup lehernya, ia mendesah pelan. Sial! Rasanya aku ingin membawanya keluar sana dan menyetubuhinya di atas kap mobilku yang masih basah. Ia sangat menggoda. “Bantu aku membersihkan mobilku sekarang,”
            “Ide yang bagus,” ujarnya dengan senyuman. Senyuman tercantik yang pernah kulihat. Kurasa aku mulai membuka hati untuknya. Apa aku telah jatuh cinta padanya?


*Author POV*

            Mata elang lelaki itu sedang memperhatikan dua insan yang sedang membersihkan mobil hitam besar milik atasannya. Sangat mesra. Dengan santainya lelaki itu bersandar pada salah satu pohon besar yang berada di halaman depan rumah Mr.Bieber. Ia memakai kacamata hitam, jas yang panjang telah menutupi tubuhnya. Ia menyunggingkan senyuman liciknya pada mereka berdua. Terlihat sekali mereka saling mencintai. Seharusnya sekarang dirinya bersama dengan Alex sedang melakukan hal yang sama dengan mereka. Gadis yang memiki rambut hitam itu tampak menarik untuknya. Apa ia juga dapat merenggutnya dari Aaron? Well, mengambil dua gadis dari keluarga Bieber sepertinya sangat menyenangkan. Ia harus mencari tahu siapa gadis cantik itu sekarang. Mungkin Aaron juga dapat ia bunuh agar tidak ada yang dapat melaporkan dirinya ke polisi. Hanya dia yang telah bertumbuh menjadi seorang lelaki dewasa. Grace masih bisa menutup mulutnya. Begitu juga dengan Alexis. Dan gadis mungil yang sedang ia perhatikan sekarang. Lalu sekarang ia melihat sebuah pemandangan yang luar biasa seksi. Oh Tuhan. Andaikan dirinya yang sedang berada di dalam posisi Aaron. Itu adalah impiannya selama ini. Meniduri seorang wanita di atas kap mobil. Tapi sampai sekarang ia tidak pernah melakukannya. Well, Aaron baru saja menjatuhkan tubuh Alice ke atas kap mobil yang telah bersih. Sebenarnya tubuh mereka sama-sama basah dan kembali membasahi mobil mereka. Aaron menindih tubuh Alice sambil tertawa bahagia. Ia tidak merasa sebahagia ini. Aaron terus mengecup bibir Alice. Sesekali mereka menautkan lidah mereka. Sangat seksi. Lama kelamaan Alice mendesah karena tangan Aaron yang telah menangkup dua buah dadanya yang bulat itu.
            “Tidak di sini Aaron,” bisik Alice.
            “Tidak di sini? Bagaimana jika di dalam mobil sana? Kurasa itu sangat menyenangkan,”
            “Tidak, itu sangat memalukan. Dan aku lapar. Kurasa Jonathan dan si kembar juga telah lapar. Bagaimana jika kita makan sekarang?”
            “Well, baiklah. Ayo kita pergi ke restoran sekarang. Mobilku telah indah sekarang,” ajak Aaron bangkit dari tindihannya terhadap Alice kemudian menarik tangan Alice agar bangkit juga dari kap mobil Dan yah, mereka harus membersihkannya sekali lagi.

***

            Alice menyuapi si kembar dengan kesabaran. Grace dan Aaron terus berbicara, entah mereka berbicara apa. Yang jelas ia harus mengisi perutnya terlebih dahulu. Sejak tadi pagi mereka belum sarapan pun. Aaron menarik nafasnya. Bingung. Apa perasaannya masih berada pada Grace atau telah teralihkan pada Alice? Ia juga masih merasakan getaran yang sama seperti ia menatap Alice. Ia jatuh cinta pada keduanya. Mungkin hanya waktu yang dapat menjawab rahasia di balik hati Aaron yang masih bimbang.
            “Sore ini kita akan mengelilingi kota Paris. Alice, bagaimana dengan itu?” Aaron menolehkan wajahnya pada Alice yang tersenyum senang karena baru saja memasukan satu sendok makan pada mulut Moon kemudian membalikan kepalanya pada Aaron. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali seakan-akan ia baru saja tersadar akan sesuatu.
            “Apa?”
            “Malam ini kita akan mengelilingi kota Paris bersama dengan Adam, sopir kita di Paris. Bagaimana dengan itu? Kurasa kau harus membawa persediaan untuk si kembar,”
            “Oh, tentu saja,” Senyum Alice semakin mengembang. Lalu ia berdiri. “Bisakah kau melihat mereka sebentar? Karena aku ingin pergi ke toilet,”
            “Tentu,” Aaron memerhatikan Alice yang telah berdiri dan berjalan menuju toilet restoran. Matanya benar-benar bagaikan kucing yang sedang memerhatikan ikan yang berenang-renang di dalam akurium. Tidak lepas darinya. Kemudian Alice menghilang dari balik pintu toilet wanita. Ia mengingat perkataan Alice tadi untuk memerhatikan si kembar. Langsung saja ia berpindah tempat untuk duduk di hadapan Moon dan Mozzy. Menggantikan peran Alice untuk sementara. Ia menyuapi si kembar dengan penuh kesabaran. Adiknya, Grace, memerhatikan kakaknya yang benar-benar perhatian dengan si kembar. Grace rasa, mungkin ia telah jatuh cinta pada kakaknya. Bagaimana mungkin ia tidak pernah membayangkan kakaknya yang sangat seksi ini? Waktu telah berlalu 10 menit. Namun Alice tak kunjung datang. Aaron bangkit dari tempat duduknya.
            “Jaga mereka,” suruh Aaron pada Grace. Aaron berlari kecil menuju toilet untuk mencari Alice. Tanpa malu-malu ia membuka toilet wanita. Dan yeah, teriakan wanita mulai terdengar. “Alice? Apa kau di dalam?” Aaron semakin masuk ke dalam. Ia membuka satu per satu pintu toilet, namun ia tidak menemukan Alice. “Alice!” ia berteriak panik. Ia berlari keluar dari toilet kemudian menghampiri adiknya Grace.
            “Alice menghilang,” ujar Aaron tegas. Langsung saja Aaron mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jordy. Bluetooth yang ia pakai langsung terhubung pada Jordy.
            “Apa?” Grace berpura-pura terkejut. Tentu saja.
            “Alice menghilang. Cari dia. Sekarang. Secepat mungkin. Suruh semua pengawal mencarinya, sekarang juga.” Suara Aaron benar-benar tegas. Dari sini, Grace dapat menyimpulkan ..Aaron jatuh cinta pada Alice.
            Ya. Aaron jatuh cinta kepada Alice.

***

            Gadis berambut hitam itu terikat dalam sebuah kursi. Ia tidak memakai pakaian yang sebelumnya ia pakai. Ia memakai gaun yang dipenuhi oleh gliter. Gaun panjang berwarna hitam itu membuatnya tampak seperti menjadi puteri Raja yang hilang di sebuah menara. Kepalanya terdongak ke belakang sehingga rambutnya yang panjang itu tergerai. Sebenarnya, ia tidak terikat oleh tali. Tapi kedua tangannya dipasung oleh sebuah besi. Yang dimana hanya satu suara lelaki yang dapat membuka kunci dari alat itu.Kedua kakinya juga terpasung, sehingga tampaknya gadis ini terduduk dengan tegap. Lelaki yang berada di hadapannya tampak begitu memperhatikan gadis ini dengan seksama. Benar-benar putih. Wajahnya sangat cantik dan tak berdosa. Namun setelah ia mengingat apa yang terjadi tadi pagi terhadap gadis ini, ternyata dari wajahnya yang tak berdosa itu ia menyembunyikan monster dalam dirinya. Membuat ia ingin mencicipi tubuh gadis ini. Ia masih membutuhkan satu gadis lagi yang masih berada di luar sana. Tidak akan ada yang dapat menghubunginya di kantor polisi. Polisi di Paris itu bodoh dan tidak akan ada yang dapat mendapatkan keberadaannya sekarang. Meski keberadaannya masih di perkotaan. Bahkan satu hal yang harus diketahui, rumah lelaki ini berhadapan dengan rumah sang perebut kebahagiaannya. Hanya saja mereka semua bodoh. Tidak memperhatikannya. Ia hanya dapat memberikan seringainya saat gadis yang seksi itu mengerang dan membuka matanya.
            Bola matanya berputar begitu saja terus menerus saat ia mengerjap-kerjapkan matanya. Ia mendesah sejenak. Penglihatannya buram. Lalu ia mengangkat kepalanya agar kembali tegak. Lehernya rasanya ingin patah karena mungkin terlalu lama terdongak ke belakang. Ia mengggeleng-gelengkan kepalanya untuk menyegarkan dirinya. Saat ia tersadar, ia melihat ke sekeliling. Sebuah ruangan yang bersih, tak ternoda. Lalu ia melihat pada jendela rumah yang terbuka, sinar bulan menyinarinya. Lalu ia melihat pada seorang lelaki yang sedang berdiri, bersandar di depan pintu lemari pakaian dengan seringai seramnya. Siapa lelaki ini? Ia mengangkat salah satu alisnya.
            “Siapa kau? Dan dimana aku?” tanya Alice, berhati-hati. Zayn, lelaki yang telah menculiknya itu terkekeh mendengar pertanyaan bodoh itu. Tentu saja ia sedang berada di dalam sebuah ruangan.
            “Kau ingin tahu siapa aku?” tanya Zayn melangkahkan kakinya lebih dekat pada Alice. Sangat pelan. Kemudian Alice baru saja sadar, kaki dan tangannya sedang dalam keadaan terpasung. Seketika itu juga ia panik. Nafasnya terengah-engah. Apa yang lelaki ini inginkan darinya? Tidak, jangan sampai lelaki ini akan membunuhnya. Air matanya mulai membendung bertepatan dengan itu Zayn telah berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa inchi darinya.
            “Ssh, jangan menangis sayang,” bisik Zayn menghapus air mata yang telah mengalir keluar dari sudut mata Alice. “Aku tidak menyukai gadis mungil sepertimu menangis,”
            “Apa yang akan kaulakukan padaku?” tanya Alice, suaranya sangat bergetar.
            “Mau mendengarkan dongeng sebelum tidur sayang? Kurasa kau butuh istirahat sekali lagi,”
            “Apa yang kauinginkan?” tanya Alice, kali ini menjerit. Mata Zayn yang awalnya menyipit, tiba-tiba saja menjadi bentuk matanya yang seperti biasa. Bulat. Ia tidak menyukai jeritan gadis ini. Untunglah ruangan itu kedap suara. Bahkan pintunya terbuat dari baja. “Kumohon jangan sakiti aku,”
            “Aku tidak akan menyakitimu selama kau menurutiku sayang,” ucapan Zayn mengingatkan Alice terhadap Aaron. Oh Tuhan, dimana Aaron? Ia membutuhkan Aaron sekarang. Tuhan, bantu dirinya sekarang agar lelaki di hadapannya tidak akan menyakitinya. Zayn menundukan kepalanya lalu menempatkan wajahnya pada leher Alice. Tubuh Alice bergidik akibat hembusan nafas dari Zayn. Ia mengingat perlakuan Aaron terhadapnya yang memberikan rangsangan seperti ini. Lalu Zayn mengecupnya dengan lembut.
            “Pada zaman dahulu, hiduplah seorang gadis cantik yang tinggal di sebuah panti asuhan. Gadis ini sangat dekat sekali dengan seorang lelaki yang tampan. Mereka bertumbuh bersama-sama di panti asuhan itu. Hingga sang lelaki itu terpaksa harus pergi dari panti asuhan itu karena batas umurnya. Sebelum lelaki itu pergi dari panti asuhan itu, ia jatuh cinta pada gadis cantik ini dan berpikir bahwa gadis itu akan menjadi kekasihnya di masa depan. Tapi ternyata tidak,”
            “Itu sangat menyakitkan,” bisik Alice, berusaha menenangkan diri.
            “Yeah, aku tahu sayang,” bisik Zayn mengecup leher Alice kembali. Kali ini dekat dengan dagunya. “Lalu sampai suatu hari lelaki ini mendapati gadis itu telah menikah dan memiliki banyak anak. Dan kau tahu apa? Ternyata gadis ini menikah dengan teman lelaki ini sendiri. Ironis. Sangat ironis. Kemudian lelaki ini berniat untuk membalas dendamnya yang telah ia pendam selama 23 tahun. Uh, memang itu waktu yang sangat lama sekali. Sehingga sekarang, lelaki itu telah memiliki dua gadis dari keluarga itu. Dan sekarang, lelaki itu baru saja mendapatkan satu gadis dari keluarga itu, sehingga sekarang ia harus mengambil yang lebih nakal lagi. Masih berlanjut,” bisik Zayn menarik kepalanya dari leher Alice sambil memberikan Alice senyum liciknya.
            “Kau menculikku. Mengapa kau melakukan ini?”
            “Aku ingin merusak kebahagiaan yang telah terenggut dari padaku. Jadi sayang, kurasa kau harus menutup mulutmu kembali. Tidurlah yang nyenyak, ayah sudah menceritakan kau dongeng,” ujar Zayn mengeluarkan sapu tangan dari kantong celana yang ia pakai kemudian ia menutup hidung Alice dengan sapu tangan itu hingga Alice tak sadar diri. Zayn berjalan menuju pintu baja itu lalu membukanya perlahan-lahan. Sebelum ia menutup pintu itu kembali, ia menatap gadis itu sejenak. Ia benar-benar akan mencicipinya. Lalu ia menutup pintunya.
            “Siapkan peti matinya sekarang,”
            Dongeng itu masih berlanjut …

***

            Wajah Aaron tampak pucat. Dari tadi ia mondar-mandir di tengah-tengah ruang keluarganya. Penjagaan di rumahnya semakin ketat. Ayahnya belum mengetahui ini. Pasti paman Zayn yang telah menculik Alice. Namun dimana ia menyembunyikan Alice? Tentu saja tidak ada yang tahu. Ia juga telah menyewa detektif untuk mencari gadisnya yang hilang karena hingga tengah malam ini Alice belum pulang. Grace yang ada di hadapannya tampak khawatir melihat kakaknya yang hampir stress. Ia tidak tega melihat kakaknya karena begitu banyak memikirkan gadis pembawa sial itu. Mengapa bisa gadis itu menghilang? Pasti ia sedang bermain-main di luar sana. Jika kakaknya tidak tidur malam ini juga, terpaksa ia yang harus merayu kakaknya untuk cepat tidur. Grace mendesah pelan, menelentangkan tubuhnya di atas sofa. Ia masih memerhatikan kakaknya yang mondar-mandir.
            “Dia pasti akan cepat ditemukan, percaya padaku,” ujar Grace, bosan. Aaron menghentikan langkahannya, menatap Grace dengan tatapan tersinggung. Cepat? Sampai sekarangpun Alice belum menunjukan batang hidungnya  pada mereka semua. “Apa?”
            “Mudah kau bilang seperti itu. Tapi lihat sekarang? Ia tidak ada di hadapan kita,”
            Grace membangkitkan tubuhnya, terduduk. “Bagaimana jika kau duduk di sebelahku lalu aku akan memberikanmu sedikit pijatan relaksasi sebentar. Mungkin kau akan sedikit tenang,”
            “Sedikit tenang? Tidak, terima kasih,”
            “Ayolah. Aku tidak ingin melihatmu panik seperti ini. Kumohon, duduklah sebentar dan biarkan aku memijit punggungmu,” bujuk Grace sekali lagi. Ia menepuk-tepuk sofanya, meminta Aaron untuk duduk di sebelahnya. “Dan buka bajumu agar aku mudah memijit punggung. Ayo,” paksa Grace tersenyum pada Aaron. Tawaran itu tampak menggugah selera Aaron. Mungkin ia terlalu panik. Mungkin benar apa yang dikatakan Grace. Ia membuka kaos Polo hitam yang ia pakai dan membuangnya ke atas karpet bulu halus itu. Jantung Grace berhenti berdetak seketika. Akhirnya ia akan menyentuh tubuh kakaknya yang luar biasa bidang itu. Grace menelan ludahnya saat Aaron terduduk di sebelahnya dan memunggungi Grace.
            “Bagaimana jika kau tengkurap?” tanya Grace bangkit dari sofa. Aaron hanya mengikuti apa yang Grace katakan. Ia tengkurap di sepanjang sofa. Ia mengambil satu bantal untuk bantalan kepalanya lalu ia memejamkan matanya sejenak. Grace duduk di atas punggung Aaron membuat Aaron mengerang. Oh, suara itu sangat seksi di telinga Grace. Kemudian kedua tangan Grace memukul-pukul pundak Aaron dengan tenaga yang cukup kuat. Bahkan meski sekuat itu, pukulan Grace tidak begiu terasa. Aaron hanya menikmatinya.
            “Kau ..pundakmu sangat bidang,”
            “Ya, terima kasih,” Aaron menjawabnya secepat mungkin. Grace berhenti memukul pundak Aaron. Tangannya yang lembut itu mulai mengelus pundak Aaron dengan lembut. Lalu Grace menundukan tubuhnya sehingga sekarang dadanya bersentuhan dengan punggung Aaron. Sial, apa adiknya sedang menggodanya? Karena jika ya, ia sangat berhasil. Namun ia masih memikirkan Alice di luar sana yang hilang. Jangan sampai ia meniduri adiknya malam ini.
            “Well, aku menyukainya,” bisik Grace. Grace tahu ini adalah perbuatan yang tabu tapi ia benar-benar menginginkan kakaknya berada di dalam tubuhnya sekarang juga. Aaron menarik nafasnya dalam-dalam. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain meladeni adiknya. Ia juga masih menginginkan adiknya, tapi ..ah! Mengapa ia harus diperhadapkan ke dalam sebuah dilema? Grace mengelus-elus pundak kakaknya dengan lembut lalu mengecupnya. Sontak otot-otot itu semakin menegang dan membentuk. “Aaron,” bisik Grace kembali mengecup pundak kakaknya terus menerus. Aaron mengerang.
            “Grace, kita tidak melakukan hal ini,”
            “Mengapa?” bisik Grace kali ini mengecup leher Aaron. Oh, sial! Gadis ini ternyata seorang penggoda! Aaron tidak tahu adiknya memiliki keahlian untuk memberikan kenikmatan pada seorang lelaki sebelum berhubungan badan. “Kita tidak memiliki hubungan darah Aaron, jadi tak apa,” bisik Grace. Aaron berpikir dua kali. Apa ia akan meniduri adiknya malam ini? Ah, persetan jika mereka adik-kakak! Mereka tidak memiliki hubungan darah! Pikiran Aaron yang mengarah pada Alice tiba-tiba saja menghilang karena adiknya.
            “Ayolah,” bisik Grace mengecup kembali leher Aaron.
            “Baiklah,” akhirnya. Grace menyunggingkan senyum kemenangannya. Lalu ia bangkit dari tubuh Aaron begitu saja. Kemudian Aaron bangkit dari tidurnya, berdiri berhadapan dengan Grace. “Aku tahu ini gila ..tapi persetan,”
            “Ya, aku juga. Gendong aku. Aku ingin melakukannya di kamar,” ujar Grace dengan senang. Langsung saja Aaron menggendong tubuh Grace sehingga sekarang tangan Aaron menangkup bokong Grace yang bulat itu. Grace melingkarkan kakinya di sekitar pinggang Aaron kemudian tanpa malu-malu ia mengecup bibir Aaron. Aaron tersentak. Ia merasakan sesuatu aneh yang tidak biasa. Ia berusaha menikmati kecupan Grace sambil ia berjalan menuju lantai dua. Saat ia telah berada di lantai dua, ia membuka pintu kamar Grace. Begitu pintu tertutup, mulut Aaron langsung beradu dengan mulut Grace. Mereka berdua tampak menikmati mulut mereka yang beradu itu. Terlebih Grace yang mengidam-idamkan hal ini. Pintu kamar Grace dikunci lalu Aaron berjalan menuju tempat tidur dan membaringkan tubuh Grace di atasnya. Bibir mereka masih terpagut, tapi sensasi ini sangat berbeda. Perasaan ini berbeda saat Aaron mengecup Grace. Tidak seperti saat Aaron mengecup bibir Alice. Tapi ini adalah tawaran terlangka yang pernah ditempuh dalam hidupnya. Dengan lembut Aaron mengecup leher Grace. Grace mendesah. Saat itu juga Aaron menjauhkan kepalanya dari leher Grace. Tidak. Ia tidak bisa melakukan ini dengan Grace. Ia telah berjanji pada Alice untuk tidak berselinguk pada siapa pun.
            “Ada apa?”
            “Kita tidak boleh melakukan ini, Grace,”
            “Mengapa?” raut wajah Grace benar-benar kecewa dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Aaron menarik nafasnya dalam-dalam. Ini adalah keputusan terberat dan tercepat yang tidak pernah ia buat sebelumnya. “Aaron, mengapa?” tanya Grace kali ini nada suaranya lebih tinggi. Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya, terduduk di sisinya.
            “Aku ..kau. Aku mencintaimu,”
            “Dan mengapa jika kau mencintaiku, kau tidak ingin menyentuhku? Aku ingin kau menyentuhku,” ujar Grace berdiri lalu ia berjalan ke arah Aaron lalu ia menarik leher Aaron agar ia dapat mengecup bibir Aaron kembali. Namun saat bibir mereka akan bertemu, Aaron mendorong pelan Grace. Ia tidak dapat melakukan ini. Ia sekarang telah mengetahuinya. Saat Aaron menyentuh Grace, tidak ada getaran yang sama saat ia menyentuh Alice. Desahan yang dikeluarkan oleh Grace tidak sama sekali membuatnya bergairah. Meski ini adalah impiannya selama ini, tapi ia tidak dapat melakukannya ..sejak kedatangan Alice.
            “Dulu. Aku mencintaimu dulu, Grace. Tidak sekarang. Aku minta maaf kejadian tadi, tidak seharusnya itu terjadi,” ujar Aaron mengambil keputusan. Ia lebih memilih Alice. Gadisnya yang menghilang dan belum juga ditemukan. Grace menautkan kedua alisnya, geram dengan kakaknya. Apa yang sedang kakaknya permainkan di sini? Kakaknya pasti tahu kalau dirinya mencintai Grace. Tapi mengapa ia tidak mengakuinya? Merasa kesal, Grace memukul dada Aaron.
            “Mengapa kau melakukan ini padaku?”
            “Aku benar-benar minta maaf, Grace,”
            “Kau mencintaiku bukan, Aaron? Akuilah, tidak apa-apa. Kau bisa menyentuhku. Tidak apa-apa,”  Grace memaksa Aaron, ia menyentuh lengan Aaron.
            “Mengapa kau memintaku untuk melakukan itu?”
            “Karena aku mencintaimu, Aaron,” lirih Grace dengan suara yang pelan. Jantung Aaron berhenti berdetak untuk beberapa detik. Ia tidak dapat menerima cinta Grace. Ia sudah tidak mencintai Grace lagi. Oh, andai Alice ada di sini. Sial. Aaron menggeleng-gelengkan kepalanya.
            “Aku tidak bisa. Kita tidak bisa menjalinkan hubungan Grace. Aku mencintai Alice, aku harus mencarinya sekarang. Terima kasih atas pijitanmu, sangat membantu,” ujar Aaron pergi dari hadapan Grace. Saat itu juga hati Grace teremas. Entah mengapa ia sangat ingin membunuh Alice karena Alice telah merenggut Aaron darinya. Ia juga harus mencari Alice. Jika ia lebih dulu mendapatkan Alice, ia dapat membunuh Alice pun. Dan Aaron tidak akan pernah bertemu dengan Alice dan berpaling padanya lagi. Cintanya membutakan segalanya. Sekarang Grace sedang berusaha untuk mengejar cintanya yang hilang karena satu mahluk hina di luar sana. Dan ia harus segera mendapatkan gadis hina itu. Ia menjerit keras dalam hati.

***

            Gadis itu tampak pucat saat lelaki itu selesai memperkosanya. Tangannya berdarah, tergores lebih tepatnya. Bajunya sudah seperti tak terurus lagi. Namun gadis itu tak sadarkan diri. Lelaki yang baru saja memperkosanya menempatkan gadis itu ke dalam peti mati. Ia tersenyum senang karena wajah gadis ini terlihat damai. Saat ia melihat wajah gadis ini, ia melihat kedamaian. Lalu ia mengelus pipi gadis ini dengan lembut. Rasa gadis ini benar-benar nikmat. Ia ingin mencobanya lagi. Tapi tidak. Ia tidak boleh berlama-lama menyetubuhi gadis ini karena gadis ini harus diberikan pada pemiliknya dengan segera ..namun dengan cara barter. Wajah gadis yang pucat pasi itu tampak berkeringat karena baru saja diperkosa oleh lelaki sialan. Lalu ia tersenyum.
            “Dan kemudian, gadis yang ia baru saja dapatkan harus ditempatkan ke dalam tempat yang nyaman, hangat dan tentram sejenak. Sehingga sekarang lelaki itu harus mencari gadis yang lain, masih berlanjut,” ujar lelaki itu mengelus pipi gadis itu lalu ia berdiri. Peti mati itu transparan. Sehingga gadis itu dapat terlihat dari luar. Gadis itu terbaring di atas sebuah kasur yang berada di dalam peti itu, tampak sangat nyaman. Atau mungkin, sebenarnya dongeng ini menceritakan tentang Sleeping Beauty yang ditempatkan di dalam peti mati? Lelak itu menutup atasan peti mati itu lalu menguncinya.
            “Lalu lelaki ini melanjutkan perjalan pencariannya terhadap gadis yang lain, tapi gadis itu tidak akan dimasukan ke dalam peti mati yang sama seperti gadis ini sekarang. Karena peti itu tidak sama sekali dapat menerima oksigen dari luar. Sehingga hanya waktu yang menentukan ..apa gadis itu masih hidup? Atau peti itu akan merenggut nyawanya? Masih berlanjut.” Ujar lelaki itu menyeringai.

            Lama kelamaan peti itu menguap. Alice?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar