Selasa, 06 Agustus 2013

Touching Fire Bab 2

***

            “Seperti ini perjanjiannya anak muda,” suara berat dari seorang lelaki yang memiliki janggut tak terurus pada seorang dewa Yunani yang berdiri di hadapannya, “Kau boleh ambil dia asalkan tiap bulannya kau memberiku uang lebih dari 2000 dollar. Bagaimana dengan itu?” tawar lelaki itu sambil menepuk pundak sang dewa. Lelaki berparas dewa Yunani ini hanya mengangguk satu kali, mengerti. Tangannya menyingkirkan tangan si pemilik janggut dengan rasa jijik.
            “Aku tidak pernah disentuh oleh lelaki bajingan sepertimu,”
            “Pft!” lelaki berjanggut itu terkekeh pelan dan menempatkan kedua tangannya di pinggangnya. “Tapi kau mengangguk, kau bajingan kecil. Sudahlah. Ambil saja dia sekarang, aku juga tidak ingin melihatnya berlama-lama di rumahku,”
            “Aku berjanji tidak akan pernah memberikannya padamu lagi. Jika itu perlu, aku akan memberikan satu mobil kesayanganku untukmu,” tantang sang dewa Yunani.
            “Kau akan memberinya? Kapan? Karena aku serius, aku muak dengan setan kecil itu yang selalu mengeluh di rumahku, jadi kau bisa mengambilkan asalkan kau memberikanku sesuatu yang sangat berharga darimu. Maksudku, yang paling mahal yang ada padamu,”
            “Besok aku akan mengirimkannya untukmu. Sekaligus uang untukmu. Semoga hidupmu akan lebih baik saat kau kehilangannya,”

***

            Mata berwarna hitam yang penuh dengan tanda tanya di dalamnya merenung menatap pada gedung-gedung yang ia lewatinya. Tatapan matanya melewati kaca jendela yang berada di hadapannya dengan bibir yang datar. Ia tidak tahu apa yang kakaknya pikirkan padanya selama ini tapi demi apa pun ia tidak pernah mengeluh. Justru dialah yang membantu segala kebutuhan kakaknya dan dirinya. Ia pikir kakaknya akan melindungi dirinya. Tapi kenyataannya adalah tidak. Celana jins panjang dan kaos hitam dengan potongan lengan pendek telah menjadi pakaiannya malam ini. Ia berpikir dengan bekerja di rumah atasannya ini akan membuat dirinya lebih baik dan menyenangkan. Tapi setelah kakaknya memutuskannya untuk melepaskannya dan memberikannya pada dewa Yunani yang terduduk di sebelahnya, hatinya hancur berkeping-keping. Ia berpikir kakaknya akan menjaganya. Ia pikir kakaknya akan memperingati lelaki ini jika lelaki yang berada di sebelahnya menyakitinya maka kakaknyalah yang akan membalasnya. Tapi kenyataannya sekarang adalah tidak. Ia tidak mendapatkan kasih sayang dari siapa pun sekarang. Dulu ia berpikir kakaknya sangat menyayanginya, tapi tidak. Ayahnya meninggalkannya saat ia masih bayi. Ibunya ketergantungan narkoba sehingga sekarang ibunya telah meninggal karena tidak mendapatkan narkoba, terlebih lagi ibunya mendapatkan penyakit aids. Bagaimana mungkin orang-orang yang menjadikannya tinggal di dunia ini tidak peduli terhadapnya? Ia sangat berharap suatu saat nanti akan ada orang-orang yang mengasihinya. Yang harus ia lakukan hanyalah menunggu waktu yang tepat.
            Ponsel milik lelaki yang berada di sebelahnya berdering tiba-tiba. Alice, si gadis yang memiliki mata berwarna hitam itu, menoleh. Tangan besar itu menggenggam ponselnya dan mendekatkannya pada telinganya.
            “Berikanlah tanggungannya sekarang juga. Aku tidak pernah ingin berhubungan dengan si pengecut itu. Sekalipun ia cacat, aku tak peduli,” Aaron, lelaki yang sedang berbicara ini, bersuara begitu dingin dan tampak sangat tak peduli dengan orang lain. Perasaan Alice tiba-tiba saja takut karena ketidakpedulian lelaki ini terhadap orang lain. Well, sekalipun ia cacat ia tidak peduli? Apa-apaan itu? Itu tidak sangat lucu. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupannya nanti di rumah lelaki ini. Katanya ia masih tinggal bersama dengan keluarganya. Setidaknya, ia masih bisa berharap kepada keluarga lelaki ini. Mungkin di sana akan banyak yang membantunya. Tapi ..entahlah. Ia kurang yakin dengan apa yang terjadi di sana nanti. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah kebohohannya karena ingin membantu kakaknya agar masih bisa bertahan hidup di dunia ini. Ia memang telah membantu kakaknya sekarang, ia berhasil. Tapi ia tidak mendapatkan apa yang kakaknya dapatkan. Ia hanya merasa terbuang sekarang. Setidaknya ia memiliki tujuan ke rumah lelaki ini. Hanya untuk mengurusi dua anak kembar.
            “Kau tahu, dulu ibuku juga adalah penjaga anak. Well, dulu sebenarnya ia adalah penjaga anak dan ia menjagaku. Ayahku menyukainya dan akhirnya mereka menikah. Entah mengapa sekarang aku dan dirimu seperti reinkarnasi dari mereka. Tidakkah kau merasakan keganjalan seperti ini? Demi apa pun aku tidak pernah berpikiran untuk memperkerjakan dirimu sebelumnya di rumahku,” Aaron berusaha untuk mencairkan suasana di dalam mobil.
            “Benarkah? Mungkin, aku tidak yakin. Apa ibumu juga memiliki nama yang sama denganku?”
            “Tidak. Ia bernama Alexis. Alexis-Alice. Apa bedanya? Kalian sama-sama memiliki dua huruf awalan yang sama,” jelas Aaron tidak menoleh pada Alice.
            “Siapa nama kedua adik kembarmu itu?”
            “Mozzes dan Monica. Mozzes kupanggil dengan Mozzy dan Monica kupanggil dengan Moon,”
            “Kau adalah kakak yang baik, menurutku,”
            “Pft, tunggu dulu Ms.Lancale. Kau belum melihatku secara keseluruhan, mungkin kau akan jatuh cinta padaku hanya dalam dua hari,” Aaron berujar dengan penuh rasa percaya diri yang tinggi. Alice hanya dapat terdiam. Ia lebih pendiam dibandingkan dengan Alexis yang pemberani. Tentu saja Alex pemberani! Bagaimana tidak? Ia berbicara lancang pada seorang lelaki dictator seperti Justin yang menyiksa banyak wanita. Sedangkan Aaron? Aaron lebih baik dibanding Justin. Ia tidak menyiksa wanita. Ia menyayangi wanita sejak ia kecil, itu karena Alexis. Ia memang pernah berhubungan badan, tapi tidak dengan sembaran wanita. Ia memang ketua dari suatu perkumpulan ..well, sejenis perkumpulan yang bisa dibilang kotor untuk Alice yang bersih, yeah, Alice tidak pernah disentuh oleh satu lelaki di dunia ini. Ia menolaknya. Alice baru saja lulus dari sekolahnya beberapa bulan yang lalu, ia masih seorang gadis remaja bagi orang Amerika. Masih terbilang anak kecil. Dan mungkin Alice akan terkejut jika Aaron memberitahu tentang perkumpulan yang baginya mungkin kotor. Sebenarnya, perkumpulan ini hanyalah untuk melihat siapa lelaki yang paling bertahan di sana. Bertahan dalam artian bertahan dari godaan wanita. Yeah, semacam berjudi. Aaron adalah ketuanya. Karena ayahnya memiliki bar dan mempunyai begitu banyak pelacur yang sangat dijamin kesehatannya, ia selalu membawanya satu wanita ke perkumpulannya tiap hari Sabtu. Yeah, itu hanya terjadi satu minggu satu kali di PentHouse milik Aaron. Tentu saja Aaron memiliki banyak bangunan! Ia adalah anak terkaya di Amerika Serikat yang kedua puluh. Bagaimana mungkin ia tidak memiliki itu semua?
            “Di mana orang tuamu?” tanya Aaron, lagi.
            “Ibuku meninggal saat aku berusia 17 tahun. Ayahku ..dia ada dimana, aku tidak pernah melihatnya. Ia meninggalkanku saat aku masih bayi,”
            “Oh, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud—“
            “Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa,” potong Alice menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengapa Aaron tampak begitu sopan? Ia mulai tertarik dengan lelaki ini. Maksudnya, dari kesopanannya. Lelaki tampan yang kaya masih bisa menjaga kesopanannya dan tidak tampak begitu sombong, benar-benar menarik.
            “Jadi kau tinggal dengan kakakmu selama …?”
            “Well, aku baru berumur 18 tahun, baru satu tahun aku tinggal berdua dengan kakakku,” jelas Alice membuat catatan untuk Aaron ingat. Mungkin Aaron dapat merubah kehidupan wanita ini dalam jangka waktu yang singkat. Meski hanya bersifat sementara, tapi setidaknya ia dapat membantu wanita ini.

***

*Aaron Bieber POV*

            Sebenarnya, aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kakak Alice lakukan pada Alice. Mungkin ia membenci Alice. Entahlah, hanya saja dari nada bicaranya, ia tampak begitu acuh. Awalnya aku masih ragu Alice akan menanyakan tentang penawaran pekerjaan ini pada kakaknya lalu mendiskusikannya. Saat aku sedang stress karena Grace, aku pergi ke bar dan melihatnya yang untuk kedua kalinya ia merasa risih dengan pakaian yang kupakai. Sehingga aku memintanya untuk datang ke rumahnya agar ia membicarakan tentang penawaran kerja itu pada kakaknya, ternyata ia telah membicarakannya kemarin. Well, aku dan dia pergi ke rumahnya yang bisa kubilang kecih dan kumuh. Kotor, lebih tepatnya. Ish, sangat menjijikan. Tapi yang membuatku heran adalah Alice yang tampak lebih bersih dibanding kakaknya. Apa ia tinggal dengan kakaknya? Ia bilang ya, ia tinggal dengan kakaknya. Tapi siapa tahu ia tinggal bersama sahabatnya atau kerabatnya yang lain? Well, aku tidak terlalu peduli dengan itu. Yang jelas adalah Alice seorang gadis yang bersih. Tentang kakaknya, ia tidak berpikir seberapa berharganya seorang adik di dunia ini. Bagaimana jika kita meninggal dan tidak ada yang menguburkannya? Aku jelas senang karena kedatangan Grace dan adik-adikku yang lain ke dunia ini. Apalagi mereka adalah adik yang penurut dan baik, hanya saja Grace sedang memiliki masalah denganku jadi bisa kubilang ia bukanlah adik yang penurut dan baik. Heh! Setidaknya aku masih berusaha untuk membelanya karena ia dibentak oleh si pengecut itu. Jelas aku berbeda dengan kakak bajingan Alice yang ingin menukar Alice dengan sebuah mobil dan juga uang beberapa puluh ribu dollar. Itu benar-benar kejam, menurutku. Aku bukanlah lelaki bajingan seperti kakak Alice, ia bilang aku juga berengsek karena menyetujui perjanjian ini. Tentu saja aku menyetujuinya! Jika tidak, hidup Alice tidak akan pernah bahagia bersamanya! Aku menyelamatkannya.
            Jordy menghentikan mobil ini saat kami telah berada di rumah. Yeah, Alice akan tinggal di rumahku. Aku telah membicarakan hal ini pada ayah dan ibu. Mereka menyetujuinya. Apalagi ibu, ia adalah orang yang paling setuju untuk mendatangkan seorang penjaga anak untuk membantunya mengurus si kembar. Terlebih lagi si kembar sering bertengkar sehingga susah sekali untuk memisahkan mereka. Tanganku membuka pintu mobil lalu mengeluarkan kakiku setelah itu tubuhku yang kekar. Hell. Aku memang lelaki yang seksi dan tampan. Aku bisa menjanjikan Alice akan tidur denganku dalam waktu dua hari. Yeah, dalam waktu dua hari aku akan menggodanya lalu ia akan jatuh cinta denganku kemudian memakai tubuhnya. Setelah aku bosan dengannya, mungkin aku akan membuangnya. Aku tersadar, mungkin ada benarnya juga perkataan kakak Alice padaku. Aku memang bajingan. Tapi tidak sebajingan dirinya.
            Alice ikut turun dari mobil dan berusaha untuk mengambil koper-kopernya dari bagasi mobil. Aku terkekeh. Ia tidak perlu melakukan itu. Ada Jordy yang akan membantunya, untuk apa ia susah-susah mengambil barang-barang itu? Sebenarnya, aku tidak memintanya untuk membereskan pakaiannya karena aku bisa membelikannya pakaian, tapi itu terserah dirinya. Aku tak begitu peduli.
            “Kau tidak perlu melakukan itu,” aku menyarankan padanya. Saat ia mengeluarkan satu koper besar, ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya sehingga rambutnya yang lurus berwarna hitam itu terkibas-kibas tak menentu. Tampak sangat cantik. Tapi bagiku, Grace yang paling cantik. Hell, tentu saja, ia adalah penerus Peepee! Well, Monica juga cantik. Ia menggemaskan.
            “Kurasa ..”
            “Jordy,” aku memberitahu nama pengawal ayahku padanya.
            “Kurasa Jordy juga membutuhkan bantuan dariku,” Alice tertawa malu-malu padaku.
            “Well, selamat datang di rumah barumu,” ujarku. Aku tidak suka memaksa wanita, kecuali jika aku benar-benar menginginkannya atau sedang dalam mode marah. Yeah, aku adalah lelaki yang sangat temperamental. Suasana hatiku sering berubah-ubah. Satu menit pertama mungkin aku adalah lelaki penyayang, tapi mungkin di menit yang ketiga aku bisa memukul seseorang. Mungkin para wanita tidak akan pernah mengerti diriku, tapi aku berusaha sebaik mungkin untuk mengerti mereka. Aku belajar tentang wanita dengan masterku. Ayahku, lebih tepatnya. Yang lebih banyak pengalamannya dan aku sering bertanya-tanya pada ibuku apa yang wanita sukai dan tidak disukai. Dan lihat sekarang? Begitu banyak wanita yang menginginkanku tapi aku mengabaikan mereka. Aku adalah lelaki pemilih. Yang kubutuhkan bukan tubuh wanita yang seksi. Tapi aku membutuhkan wanita yang menerima keluargaku apa adanya. Meski menurutku, keluargaku adalah keluarga yang penuh dengan canda tawa karena ayah dan juga kepolosan adik-adikku, tapi tetap saja keluargaku memiliki kesan yang aneh. Mungkin aneh karena faktor dari ayah dan ibuku.
            Berbeda denganku. Aku adalah anak dari panti asuhan yang diangkat menjadi anak Bieber. Aku bangga. Persetan dengan ibuku yang telah melahirkanku! Sekalipun ia muncul di hadapanku dan mencium kakiku, aku tidak akan pernah menganggapnya sebagai ibuku. Kemana dia selama dua puluh tahun? Mengapa ia muncul hanya pada saat aku telah Berjaya? Pft! Lebih baik ia mati dibanding ia harus bertemu denganku yang tentu saja akan menyia-siakannya. Well, aku akan menyimpan perasaan ini. Peepee tidak perlu tahu karena aku tahu apa yang akan Peepee katakana padaku. Memaafkan. Memaafkan memang mudah, tapi menerima kesalahannya? Harap mati jika aku menerimanya!
            Tak sadar, aku telah berada di dalam rumahku. Kulirik jam dinding yang berada di ruang tamu. Sudah jam 9 malam. Kurasa Grace telah tidur, begitu juga dengan adikku yang lain.
            “Tidak, Justin. Aku hanya mengkhawatirkan Aaron. Apa kau tidak melihat tingkahnya yang aneh pada Grace? Ia menyayangi Grace seperti kau menyayangiku, maksudku, ia memiliki cinta yang berbeda,” kudengar suara kecil dari Peepee dari ruang keluarga sana. Apa-apaan?
            “Aku tidak. Memang ada masalah apa?” tanya ayah yang kudengar bunyi cepakan di sana. Sial, pasti dia sedang mencium leher ibuku.
            “Berhentilah,” Peepee mendorong kepala ayah saat aku mengintip dari sudutku. “Dia tampak ..tidakkah kau melihat matanya saat Grace bilang bahwa Grace membencinya? Itu sama saat aku bilang padamu kalau aku ingin pergi ke pesta dansa dengan Brad,”
            “Tidak, mungkin itu hanya perasaanmu. Berbicara tentang Brad, dimana dia sekarang?”
            “Bukankah aku telah memberitahumu ia telah pindah ke Russia bersama dengan istrinya?”
            “Tidakkah kau ingin bertemu dengannya?” Kudengar ayah menggoda ibuku, ia tersenyum, kurasa. Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Mungkin. Lalu aku akan menggodanya,”
            “Kau berani menggodanya? Kau berani? Baiklah,”
            “Ya, aku berani,” ibuku menantang ibuku. Melihat mereka bertingkah seperti ini kadang membuatku tertawa dalam hati. Meski mereka telah hampir melewati umur tengah bayanya, mereka masih bisa tertawa. Bercanda. Seperti prangko dan amplop. Dan tentang aku mencintai Grace. Tentu saja aku mencintainya! Ia adikku dan aku menyayanginya.Lebih dari apa pun. Well, aku lebih menyayangi Peepee pertama.
            “Jika kau berani ..aku bersumpah tidak akan pernah berhubungan badan denganmu lagi,”
            “Oh, Mr.Bieber, aku sangat meragukan itu,” ibuku tertawa dan berdiri dari sofa. Lalu muncul saat kudengar suara kaki dari belakang. Kulihat ibuku yang tertawa-tawa dan menghentikan tawaannya saat aku muncul.
            “Aaron!” ia terkejut, bingung dan linglung. Entahlah. “Jadi, dimana dia?” tanya ibuku yang langsung mengganti topik. Kubalikan tubuhku dan melihat si mungil berdiri di belakangku sambil memegang koper yang berada di tangan kanannya. Aku langsung menarik tubuh kecil Alice dan memperlihatkannya pada ibuku. Mata ibuku melebar, seperti ia mengenal gadis kecil ini. Ia terdiam sejenak, tak mengatakan apa-apa. Ayah berdiri dari sofa keluarga lalu membalikan tubuhnya, senyuman muncul di wajahnya.
            “Well, well, well! Lihatlah! Anggota keluarga baru! Mari kita bangunkan anak-anak!” teriak Justin, ayahku, begitu senang. Saat Justin ingin berlari dari ruang keluarga menuju tangga, tangan ibuku menahannya.
            “Tunggu dulu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya ..Alice?” tanya ibuku yang membuatku terkesiap. Dari mana ia tahu nama Alice? Fuck this. Apa mereka pernah bertemu sebelumnya?

***

            “Mrs.Bieber! Aku tidak pernah berpikir aku akan bertemu denganmu,” Alice terkejut saat ia sadar bahwa Alexis adalah istri dari seorang Justin Bieber. Alex tersenyum sambil kakinya membawa tubuhnya yang tidak seperti dulu itu lalu memeluk Alice. “Oh, aku tidak pernah tahu aku akan bertemu denganmu,”
            “Aku tahu kau adalah Alice! Oh Tuhan, bukankah seharusnya sekarang kau berada di panti asuhan? Kupikir kau relawan,” ujar Alexis memegang kedua bahu Alice saat ia telah melepaskan pelukannya. Alice hanya terdiam dan tersenyum-senyum dengan perasaan yang tak menentu. Bagaimana mungkin Alexis akan bertemu dengan Alice? Yeah, mereka pernah bertemu beberapa minggu yang lalu. Saat itu panti asuhan St.Martina sedang mencari relawan untuk membimbing anak-anak panti asuhan, Alexis ikut juga menjadi relawan saat itu, sama seperti Alice. Oh, ini sangat menyenangkan! Alice masih memiliki teman untuk berbicara sekarang.
            “Kurasa kita bisa membicarakan hal itu besok, aku ingin memperlihatkan Alice pada Mozzy dan Moon,” ujar Aaron menarik tangan Alice dengan cepat. Tangannya yang besar bisa-bisa meretakan tulang jari-jari Alice dalam waktu satu detik, Alice hanya meringis pelan. “Kita bisa membiarkan koper itu di sana, biarkan Jordy yang membawanya ke kamarmu,”
            “Kau ingin aku ikut memperkenalkannya pada Mozzy dan Moon?” tanya Justin, menatap Alice dengan tatapan menggoda. Alex yang melihatnya langsung menyikuti pinggang Justin, membuat Justin langsung tertawa.
            “Kau lihat ibumu sedang terbakar cemburu,” ujar Justin menunjuk pada Alex, ia terkekeh.
            “Daddy! Jangan menggoda anak baru di sini, bisa-bisa ia kabur karena kau,”
            “Oh, benarkah? Aku tidak yakin ia akan kabur. Kau bisa melihat Double Bieber di sini,” ujar Justin sambil merangkul Alexis. “Sama seperti istriku yang tidak bisa kabur karena Double Bieber,”
            “Aku tidak akan meragukan itu daddy, tapi demi apa pun jangan bertingkah aneh,” Aaron menggeleng-gelengkan kepalanya, heran memiliki ayah yang memang memiliki profesi sebagai penggoda wanita. Well, dialah masternya. Tidak ada yang bisa memungkiri itu. Aaron menarik tangan Alice menuju anak tangga untuk menemui Mozzy dan Moon yang telah tertidur di kamarnya, sudah pasti. Mereka berdua meninggalkan Justin dan Alex yang berdiri dari ruang keluarga melihat mereka berdua menghilang di lantai dua. Saat mereka menghilang dari pandangan Alex dan Justin, Alex langsung memukul pungggung Justin.
            “Aw! Apa? Apa salahku?” tanya Justin mengelus-elus punggungnya meski susah untuk mengelusnya. Well, semenjak kedatangan Alex dalam kehidupan Justin, Justin menjadi orang yang lebih periang dan sering bercanda. Tak seperti dulu, ia lebih mementingkan pekerjaannya, bar, wanita dan sifatnya yang dingin. Tapi sekarang tidak. Ia lebih memiliki banyak waktu bersama dengan keluarganya, tentunya dengan istrinya pun.
            “Itu karena kau menggoda Alice!”
            “Apa? Kau cemburu karena aku menggoda Alice?” tanya Justin yang matanya melihat gerak-gerak Alexis yang berjalan menuju lemari televisi di ruang keluarga sambil membereskan kaset-kaset film anak-anaknya di laci-laci. Melihat Alexis dari belakang dengan piyama tidur yang tipis benar-benar membuat Justin bergairah. Entahlah, Alexis tidak pernah membuatnya bosan. Kebetulan sekali Alexis sedang menungging untuk merapikan barang-barang yang berserakan di atas karpet lembutnya itu. Ini mugnkin akan menjadi kesempatan Justin untuk membuat anak lagi. Tapi berpikir tentang Aaron yang tidak ingin memiliki adik tambahan, Justin mengurungkan niatnya. Tapi demi apa pun, ia menginginkan dirinya berada di dalam tubuh Alex.
            “Menurutmu?” tanya Alex, acuh.
            “Whoa, my boobear, jangan cemburu seperti itu sayang,” suara Justin dibuat-buat menjadi orang tua yang memanjakan anaknya. Justin berjalan sambil tangannya terbuka untuk memeluk Alex. Mendengar Justin berjalan ke arahnya, Alex menegakan tubuhnya sehingga sekarang ia seperti sedang berlutut. Ia menatap Justin dengan wajah yang datar, merasa jengkel dengan suaminya.
            “Mengapa kau cemburu, hmm?” kali ini perubahan dari suara Justin yang menjadi serius membuat Alex cukup terkejut. Apa Justin menganggap Alex benar-benar marah padanya?
            “Aku tidak cemburu,”
            “Lalu mengapa kau tampak acuh? Percaya padaku, aku tidak akan pernah menggoda wanita lain,”
            “Mhmm, aku percaya padamu,”
            “Cium aku jika kau benar-benar tidak cemburu. Dan untuk apa kau cemburu? Kau tahu aku tidak akan pernah meninggalkanmu bukan? Kau tahu aku akan menjadi milikmu?” tanya Justin sambil menarik tangan Alex agar bangkit dari karpet. Alex meraih tangan Justin, beberapa saat kemudian senyuman Alex terlihat. Melihat Alex tersenyum seperti itu benar-benar membuat hati Justin lebih tenang dari pada biasanya. Karena, tiap kali ia bangun di pagi hari dan melihat istrinya tersenyum, itu semua akan mengawali hari Justin.
            “Ya, Mr.Bieber,”
            “Jika begitu, kau dapat mencium mempelai lelakimu, Mrs.Bieber,” ujar Justin yang tanganya mulai menyentuh pinggang Alex. Langsung saja Alex meraih leher Justin, mengecup bibirnya dengan lembut. Ciuman ini begitu lambat dan sangat erotis, benar-benar membakar gairah Justin. Lalu Alex melepaskan bibirnya dari Justin.
            “Bagaimana jika kita membuat satu adik lagi untuk Aaron?” Justin mengabaikan permintaan Aaron terhadap ketidakinginannya memiliki adik lagi. Alex mengangkat satu alisnya dan menggeleng-gelengkan kepala lalu tangan kanannya memukul perut Justin.
            “Kaupikir mudah melahirkan,” ujar Alex, tak mau.
            “Kalau begitu aku bisa menggunakan Alice,” mata Alex langsung melebar saat Justin berucap seperti itu. Kali ini Alex benar-benar memukul perut Justin hingga Justin mengerang.
            “Argh! Untuk apa itu?”
            “Tidak ada tanganku untukmu seperti biasanya,” ujar Alex tidak ingin memberikan keterampilan tangannya yang biasa ia lakukan malam hari untuk Justin. Tapi ia tidak ingin melakukannya malam ini. Alex berjalan pergi menuju lantai dua meninggalkan Justin yang masih terkejut dengan ucapan Alex.
            “Oh, sayang! Jangan bertingkah seperti anak-anak!” teriak Justin, terkekeh pelan. Baru dua anak tangga yang Alex lewati, Alex membalikan tubuhnya.
            “Kejar aku jika kau bisa, jika kau memelukku sebelum aku masuk ke kamar, aku akan menarik kata-kataku tadi,” tantang Alex menyipitkan matanya lalu ia membalikan tubuhnya sambil menjerit ketakutan karena Justin yang mulai bersiap-siap untuk mengejarnya.
            “Oh, Mrs.Bieber! Kau tidak akan pernah bisa lari dari harimau ganasmu ini sayang!”
            “Dapatkan aku jika kau bisa pengecut!” teriak Alex berteriak penuh kesenangan. Sedang kedua orang tua Aaron berlari-larian bagaikan dua anak kecil mengelilingi lantai dua, Aaron dan Alice sedang berada di dalam kamar Mozzy dan Moon. Kedua anak kecil yang tubuhnya masih bagaikan bayi yang berumur 2 tahun itu sedang tertidur nyenyak di atas tempat tidurnya. Aaron tidak memiliki niatan untuk membangunkannya, sehingga ia berjalan mengendap-endap bersama dengan Alice. Dari lantai bawah, tangan Aaron terus memegang tangan Alice. Tangan Alice tidak terasa lembut, tidak sama seperti kebanyakan wanita yang pernah ia temui. Mungkin karena Alice banyak bekerja dibanding kakaknya. Kamar Mozzy dan Moon didekorasi oleh Grace, sehingga kamar si kembar tampak begitu nyaman dan luas. Tempat tidur tingkat adalah tempat tidur yang dipakai Mozzy dan Moon, Mozzy berada di kasur yang di atas. Kayu tempat tidur mereka dimodifikasi oleh Grace yang memang pintar menjadikan suatu barang menjadi lebih menarik. Mozzy menyukai gambaran-gambaran Grace di kayu tempat tidurnya, begitu juga dengan Moon. Kadang-kadang, Alex selalu bingung mengapa Grace pintar sekali melukis, padahal Alex tidak sama sekali pintar dalam melukis. Aaron hanya membantu Grace untuk memindah-pindahkan barang-barang di kamar si kembar sebaik mungkin. Lemari pakaian yang besar, meja belajar yang kecil dengan dua tempat duduk yang berhadapan di tengah-tengah kamar mereka yang luas. Jonathan satu kamar dengan Aaron, sebenarnya. Harus diketahui oleh Alice, Aaron tidak pernah membawa wanita ke rumah sekalipun. Tidak sama sekali. Aaron berhubungan badan hanya karena dia kalah bertaruh dengan teman-temannya di PentHouse miliknya. Dan yeah, ia berhubungan badan di sana. Tidak di rumahnya. Ia ingin menjadi contoh yang baik jika ia bersama dengan adik-adiknya. Alice telah mengamat-amati wajah Moon yang benar-benar cantik.
            “Moon memiliki mata yang sama dengan ayah dan Mozzy memiliki mata yang sama dengan ibuku. Jika kau ingin merasakan sesuatu yang tak pernah terbayangkan dalam dirimu adalah kau harus memperhatikan Moon bangun di pagi hari. Jika kau adalah orang pertama yang melihat matanya saat ia membuka mata di pagi hari, maka kau adalah salah satu orang beruntung itu,” ujar Aaron dengan suara yang dingin namun lembut sambil tersenyum melihat Moon yang memeluk boneka beruang berwarna putihnya. Beruang kutub yang memakai pakaian hangat berwarna biru muda dengan bulu-bulu di sekitar pakaiannya adalah boneka yang sangat disukai oleh Moon. Aaron tahu apa yang menjadi kesukaan si kembar dan apa yang tidak.
            “Apa kau adalah salah satu orang yang beruntung itu?” Alice bertanya sambil berlutut di depan tempat tidur Moon. Ia sangat tertarik dengan Moon detik ini juga. Tangannya yang putih namun kasar itu menyentuh rambut Moon yang tebal, sama seperti warna rambut ayahnya yang cokelat keemasan. Senyuman kecil muncul di wajah Alice seketika saat jari-jarinya menyentuh kepala Moon. Aaron memperhatikan gerak-gerik Alice dengan seksama. Kedua tangannya berada di dalam kantong celananya, dadanya ia busungkan sehingga ia tampak begitu tegap, dan tatapan matanya ..demi apa pun itu adalah tatapan mata yang benar-benar seksi. Ditambah lagi dengan senyuman kecil yang tipis muncul di wajah Aaron saat Alice terkejut karena kepala Moon tiba-tiba bergerak.
            “Aku tidak akan memberitahumu tentang itu jika aku bukanlah si lelaki beruntung itu. Apa aku akan menjadi lelaki yang beruntung itu, Ms. Lancale?” tanya Aaron, menyiratkan sesuatu namun tak tampak dari pendengaran Alice. Alice menoleh, matanya melihat pada Aaron dengan bingung sambil tubuhnya yang molek itu berdiri kembali.
            “Aku tidak mengerti apa yang kaukatakan,” Alice berbisik.
            “Aku adalah lelaki yang beruntung melihat mata Moon di pagi hari saat ia membuka matanya. Akankah aku menjadi lelaki yang beruntung melihat matamu di pagi hari saat kau membuka matamu? Atau aku adalah lelaki yang beruntung mendapatkan keperawananmu?” saat Aaron menuturkan pertanyaan-pertanyaan itu, Alice terkesiap. Entah apa yang ia rasakan sekarang, antara malu karena ia ketahuan masih perawan atau malu karena tergoda.
            “Mengapa kau bertanya seperti itu?” tangan Alice menyentuh tangga kayu, menatap Aaron dengan kedua alis yang saling bertautan.
            “Karena aku ingin menjadi orang beruntung yang lain,”
            “Kurasa itu bukanlah ide yang bagus,” Alice membalikan tubuhnya untuk melihat Mozzy yang berada di atas. Ia menjijit lalu ia menemukan dari pagar pembatas tempat tidurnya seorang anak lelaki dengan rambutnya yang kira-kira memiliki panjang tiga inchi menutupi keningnya. Bibirnya mungil, pipinya menyembul karena posisi tidurnya yang miring, serta air liurnya yang lembut itu mengalir dengan lancar ke permukaan kasur. Aaron terdiam, tidak ingin berdebat dengan gadis ini. Well, ia hanya ingin wanita ini jatuh cinta padanya sehingga semua itu dapat mempermudah segalanya. Jika gadis ini jatuh cinta, Aaron dapat mempermainkan hatinya, ia dapat menjadikannya sebagai pengganti wanita yang ia sukai. Jika ia merasa bosan, ia dapat mengusir gadis ini pergi dari hadapannya. Demi apa pun! Bahkan gadis ini hanya berselisih dua tahun dengan adiknya. Aaron pasti tak sampai hati untuk memaksa gadis ini. Ia berharap Alice dekat dengan Grace, mungkin dengan adanya Alice, Aaron dapat mengetahui apa yang tidak diketahui olehnya daripada Grace.
            “Moon menyukai keju dan Mozzy tidak menyukai keju, tapi Mozzy menyukai cokelat. Sama sepertiku. Apa enaknya keju? Tidak ada sama sekali. Moon menyukai sesuatu yang berhubungan dengan warna merah muda atau putih. Mozzy menyukai sesuatu yang berhubungan dengan warna cokelat dan biru muda. Tugasmu tiap hari hanyalah menemani mereka pergi ke sekolah mereka, yeah, mereka telah sekolah. Tapi mereka hanya bermain-main di sekolah, sama seperti di tempat penitipan anak,” Aaron berhenti menjelaskan, ia menarik nafasnya. Alice membalikan tubuhnya.
            “Biasanya aku juga menemani mereka, aku hanya bekerja di pagi hari. Lalu kau membuat bekal untuk mereka, memandikan mereka, bermain dengan mereka, menyuapi mereka dan bermain dengan mereka lagi saat sudah malam. Mereka suka bermain kartu, itu karena ia sering menonton film Big Daddy. Dan hati-hati, jika mereka sedang bermain kartu, biasanya mereka bertengkar. Aku akan ikut bermain dengan mereka jika kau ikut bermain, dan kau harus ikut bermain,” Aaron berhenti, merasa begitu tegang sekarang. Mengapa Aaron bicara sangat melantur seperti ini? Ya Tuhan. Apa yang terjadi dengannya? Tidak ingin terlihat gugup, Aaron melangkahkan kakinya menuju lemari kecil bewarna biru muda milik Mozzy.
            “Besok kita akan pergi ke sekolah bersama-sama, jadi kau harus bangun lebih pagi di antara kita berdua. Kau bisa bangun dan memasak bersama dengan ibuku, jika kau mau. Di sini kau bukanlah pembantuku, kau hanya penjaga adik-adikku. Jadi kami semua menganggapmu sama seperti keluarga kami, jadi buatlah dirimu senyaman mungkin di rumah ini,” Aaron menyarankan.
            “Mengapa wajahmu berbeda dari yang lain?”
            “Apa?” Aaron terkejut dengan pertanyaan Alice, langsung saja Aaron membalikan tubuhnya dan menatap Alice dengan satu alis yang terangkat. Aaron merasa tersinggung. Pertanyaan itu membuatnya teringat dengan ibunya dan ayahnya yang bejat! Namun Aaron berusaha untuk menahan rasa amarahnya. Yeah, temperamental.
            “Mengapa wajahmu berbeda dari yang lain, Aaron?” kali ini Alice memanggilnya dengan namanya. “Well, aku minta maaf jika itu membuatmu tersinggung, aku hanya bertanya,” Alice buru-buru memperbaiki pertanyaannya, tapi ia penasaran dengan wajah Aaron yang berbeda dari ayahnya bahkan ibunya. Mungkin hanya mata Justin dan Aaron yang memiliki warna mata yang sama, tapi wajah mereka tidak sama sekali mirip. Tegap tubuhnya pun tidak. Aaron lebih tinggi dibanding Justin.
            “Bagaimana jika kita pergi ke kamarmu saja? Kurasa kau perlu mendapatkan panduan dariku,” Aaron mengalihkan topik pembicaraan. Ia tidak ingin membicarakan dari mana asalnya, itu benar-benar memalukan dan sialnya, itu sangat menjijikan untuk diceritakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar