***
“Seperti
ini perjanjiannya anak muda,” suara berat dari seorang lelaki yang memiliki
janggut tak terurus pada seorang dewa Yunani yang berdiri di hadapannya, “Kau
boleh ambil dia asalkan tiap bulannya kau memberiku uang lebih dari 2000
dollar. Bagaimana dengan itu?” tawar lelaki itu sambil menepuk pundak sang
dewa. Lelaki berparas dewa Yunani ini hanya mengangguk satu kali, mengerti.
Tangannya menyingkirkan tangan si pemilik janggut dengan rasa jijik.
“Aku
tidak pernah disentuh oleh lelaki bajingan sepertimu,”
“Pft!”
lelaki berjanggut itu terkekeh pelan dan menempatkan kedua tangannya di
pinggangnya. “Tapi kau mengangguk, kau bajingan kecil. Sudahlah. Ambil saja dia
sekarang, aku juga tidak ingin melihatnya berlama-lama di rumahku,”
“Aku
berjanji tidak akan pernah memberikannya padamu lagi. Jika itu perlu, aku akan
memberikan satu mobil kesayanganku untukmu,” tantang sang dewa Yunani.
“Kau
akan memberinya? Kapan? Karena aku serius, aku muak dengan setan kecil itu yang
selalu mengeluh di rumahku, jadi kau bisa mengambilkan asalkan kau memberikanku
sesuatu yang sangat berharga darimu. Maksudku, yang paling mahal yang ada
padamu,”
“Besok
aku akan mengirimkannya untukmu. Sekaligus uang untukmu. Semoga hidupmu akan
lebih baik saat kau kehilangannya,”
***
Mata
berwarna hitam yang penuh dengan tanda tanya di dalamnya merenung menatap pada
gedung-gedung yang ia lewatinya. Tatapan matanya melewati kaca jendela yang
berada di hadapannya dengan bibir yang datar. Ia tidak tahu apa yang kakaknya
pikirkan padanya selama ini tapi demi apa pun ia tidak pernah mengeluh. Justru
dialah yang membantu segala kebutuhan kakaknya dan dirinya. Ia pikir kakaknya
akan melindungi dirinya. Tapi kenyataannya adalah tidak. Celana jins panjang
dan kaos hitam dengan potongan lengan pendek telah menjadi pakaiannya malam
ini. Ia berpikir dengan bekerja di rumah atasannya ini akan membuat dirinya
lebih baik dan menyenangkan. Tapi setelah kakaknya memutuskannya untuk
melepaskannya dan memberikannya pada dewa Yunani yang terduduk di sebelahnya,
hatinya hancur berkeping-keping. Ia berpikir kakaknya akan menjaganya. Ia pikir
kakaknya akan memperingati lelaki ini jika lelaki yang berada di sebelahnya
menyakitinya maka kakaknyalah yang akan membalasnya. Tapi kenyataannya sekarang
adalah tidak. Ia tidak mendapatkan kasih sayang dari siapa pun sekarang. Dulu
ia berpikir kakaknya sangat menyayanginya, tapi tidak. Ayahnya meninggalkannya
saat ia masih bayi. Ibunya ketergantungan narkoba sehingga sekarang ibunya
telah meninggal karena tidak mendapatkan narkoba, terlebih lagi ibunya
mendapatkan penyakit aids. Bagaimana mungkin orang-orang yang menjadikannya
tinggal di dunia ini tidak peduli terhadapnya? Ia sangat berharap suatu saat
nanti akan ada orang-orang yang mengasihinya. Yang harus ia lakukan hanyalah
menunggu waktu yang tepat.
Ponsel
milik lelaki yang berada di sebelahnya berdering tiba-tiba. Alice, si gadis
yang memiliki mata berwarna hitam itu, menoleh. Tangan besar itu menggenggam
ponselnya dan mendekatkannya pada telinganya.
“Berikanlah
tanggungannya sekarang juga. Aku tidak pernah ingin berhubungan dengan si
pengecut itu. Sekalipun ia cacat, aku tak peduli,” Aaron, lelaki yang sedang
berbicara ini, bersuara begitu dingin dan tampak sangat tak peduli dengan orang
lain. Perasaan Alice tiba-tiba saja takut karena ketidakpedulian lelaki ini
terhadap orang lain. Well, sekalipun ia
cacat ia tidak peduli? Apa-apaan itu? Itu tidak sangat lucu. Ia tidak dapat
membayangkan bagaimana kehidupannya nanti di rumah lelaki ini. Katanya ia masih
tinggal bersama dengan keluarganya. Setidaknya, ia masih bisa berharap kepada
keluarga lelaki ini. Mungkin di sana akan banyak yang membantunya. Tapi ..entahlah.
Ia kurang yakin dengan apa yang terjadi di sana nanti. Yang ia pikirkan
sekarang hanyalah kebohohannya karena ingin membantu kakaknya agar masih bisa
bertahan hidup di dunia ini. Ia memang telah membantu kakaknya sekarang, ia
berhasil. Tapi ia tidak mendapatkan apa yang kakaknya dapatkan. Ia hanya merasa
terbuang sekarang. Setidaknya ia memiliki tujuan ke rumah lelaki ini. Hanya
untuk mengurusi dua anak kembar.
“Kau
tahu, dulu ibuku juga adalah penjaga anak. Well, dulu sebenarnya ia adalah
penjaga anak dan ia menjagaku. Ayahku menyukainya dan akhirnya mereka menikah.
Entah mengapa sekarang aku dan dirimu seperti reinkarnasi dari mereka. Tidakkah
kau merasakan keganjalan seperti ini? Demi apa pun aku tidak pernah berpikiran
untuk memperkerjakan dirimu sebelumnya di rumahku,” Aaron berusaha untuk
mencairkan suasana di dalam mobil.
“Benarkah?
Mungkin, aku tidak yakin. Apa ibumu juga memiliki nama yang sama denganku?”
“Tidak.
Ia bernama Alexis. Alexis-Alice. Apa bedanya? Kalian sama-sama memiliki dua huruf
awalan yang sama,” jelas Aaron tidak menoleh pada Alice.
“Siapa
nama kedua adik kembarmu itu?”
“Mozzes
dan Monica. Mozzes kupanggil dengan Mozzy dan Monica kupanggil dengan Moon,”
“Kau
adalah kakak yang baik, menurutku,”
“Pft,
tunggu dulu Ms.Lancale. Kau belum melihatku secara keseluruhan, mungkin kau
akan jatuh cinta padaku hanya dalam dua hari,” Aaron berujar dengan penuh rasa
percaya diri yang tinggi. Alice hanya dapat terdiam. Ia lebih pendiam
dibandingkan dengan Alexis yang pemberani. Tentu saja Alex pemberani! Bagaimana
tidak? Ia berbicara lancang pada seorang lelaki dictator seperti Justin yang
menyiksa banyak wanita. Sedangkan Aaron? Aaron lebih baik dibanding Justin. Ia
tidak menyiksa wanita. Ia menyayangi wanita sejak ia kecil, itu karena Alexis.
Ia memang pernah berhubungan badan, tapi tidak dengan sembaran wanita. Ia
memang ketua dari suatu perkumpulan ..well, sejenis perkumpulan yang bisa
dibilang kotor untuk Alice yang bersih, yeah, Alice tidak pernah disentuh oleh
satu lelaki di dunia ini. Ia menolaknya. Alice baru saja lulus dari sekolahnya
beberapa bulan yang lalu, ia masih seorang gadis remaja bagi orang Amerika.
Masih terbilang anak kecil. Dan mungkin Alice akan terkejut jika Aaron
memberitahu tentang perkumpulan yang baginya mungkin kotor. Sebenarnya,
perkumpulan ini hanyalah untuk melihat siapa lelaki yang paling bertahan di
sana. Bertahan dalam artian bertahan dari godaan wanita. Yeah, semacam berjudi.
Aaron adalah ketuanya. Karena ayahnya memiliki bar dan mempunyai begitu banyak
pelacur yang sangat dijamin kesehatannya, ia selalu membawanya satu wanita ke
perkumpulannya tiap hari Sabtu. Yeah, itu hanya terjadi satu minggu satu kali
di PentHouse milik Aaron. Tentu saja Aaron memiliki banyak bangunan! Ia adalah
anak terkaya di Amerika Serikat yang kedua puluh. Bagaimana mungkin ia tidak
memiliki itu semua?
“Di
mana orang tuamu?” tanya Aaron, lagi.
“Ibuku
meninggal saat aku berusia 17 tahun. Ayahku ..dia ada dimana, aku tidak pernah
melihatnya. Ia meninggalkanku saat aku masih bayi,”
“Oh,
aku minta maaf. Aku tidak bermaksud—“
“Tidak
apa-apa, aku sudah terbiasa,” potong Alice menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mengapa Aaron tampak begitu sopan? Ia mulai tertarik dengan lelaki ini.
Maksudnya, dari kesopanannya. Lelaki tampan yang kaya masih bisa menjaga
kesopanannya dan tidak tampak begitu sombong, benar-benar menarik.
“Jadi
kau tinggal dengan kakakmu selama …?”
“Well,
aku baru berumur 18 tahun, baru satu tahun aku tinggal berdua dengan kakakku,”
jelas Alice membuat catatan untuk Aaron ingat. Mungkin Aaron dapat merubah
kehidupan wanita ini dalam jangka waktu yang singkat. Meski hanya bersifat sementara,
tapi setidaknya ia dapat membantu wanita ini.
***
*Aaron Bieber POV*
Sebenarnya,
aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kakak Alice lakukan pada Alice.
Mungkin ia membenci Alice. Entahlah, hanya saja dari nada bicaranya, ia tampak
begitu acuh. Awalnya aku masih ragu Alice akan menanyakan tentang penawaran
pekerjaan ini pada kakaknya lalu mendiskusikannya. Saat aku sedang stress
karena Grace, aku pergi ke bar dan melihatnya yang untuk kedua kalinya ia
merasa risih dengan pakaian yang kupakai. Sehingga aku memintanya untuk datang
ke rumahnya agar ia membicarakan tentang penawaran kerja itu pada kakaknya,
ternyata ia telah membicarakannya kemarin. Well, aku dan dia pergi ke rumahnya
yang bisa kubilang kecih dan kumuh. Kotor, lebih tepatnya. Ish, sangat
menjijikan. Tapi yang membuatku heran adalah Alice yang tampak lebih bersih
dibanding kakaknya. Apa ia tinggal dengan kakaknya? Ia bilang ya, ia tinggal
dengan kakaknya. Tapi siapa tahu ia tinggal bersama sahabatnya atau kerabatnya
yang lain? Well, aku tidak terlalu peduli dengan itu. Yang jelas adalah Alice
seorang gadis yang bersih. Tentang kakaknya, ia tidak berpikir seberapa
berharganya seorang adik di dunia ini. Bagaimana jika kita meninggal dan tidak
ada yang menguburkannya? Aku jelas senang karena kedatangan Grace dan
adik-adikku yang lain ke dunia ini. Apalagi mereka adalah adik yang penurut dan
baik, hanya saja Grace sedang memiliki masalah denganku jadi bisa kubilang ia
bukanlah adik yang penurut dan baik. Heh! Setidaknya aku masih berusaha untuk
membelanya karena ia dibentak oleh si pengecut itu. Jelas aku berbeda dengan
kakak bajingan Alice yang ingin menukar Alice dengan sebuah mobil dan juga uang
beberapa puluh ribu dollar. Itu benar-benar kejam, menurutku. Aku bukanlah
lelaki bajingan seperti kakak Alice, ia bilang aku juga berengsek karena
menyetujui perjanjian ini. Tentu saja aku menyetujuinya! Jika tidak, hidup
Alice tidak akan pernah bahagia bersamanya! Aku menyelamatkannya.
Jordy
menghentikan mobil ini saat kami telah berada di rumah. Yeah, Alice akan
tinggal di rumahku. Aku telah membicarakan hal ini pada ayah dan ibu. Mereka
menyetujuinya. Apalagi ibu, ia adalah orang yang paling setuju untuk
mendatangkan seorang penjaga anak untuk membantunya mengurus si kembar.
Terlebih lagi si kembar sering bertengkar sehingga susah sekali untuk
memisahkan mereka. Tanganku membuka pintu mobil lalu mengeluarkan kakiku
setelah itu tubuhku yang kekar. Hell. Aku memang lelaki yang seksi dan tampan.
Aku bisa menjanjikan Alice akan tidur denganku dalam waktu dua hari. Yeah,
dalam waktu dua hari aku akan menggodanya lalu ia akan jatuh cinta denganku
kemudian memakai tubuhnya. Setelah aku bosan dengannya, mungkin aku akan
membuangnya. Aku tersadar, mungkin ada benarnya juga perkataan kakak Alice
padaku. Aku memang bajingan. Tapi tidak sebajingan dirinya.
Alice
ikut turun dari mobil dan berusaha untuk mengambil koper-kopernya dari bagasi
mobil. Aku terkekeh. Ia tidak perlu melakukan itu. Ada Jordy yang akan
membantunya, untuk apa ia susah-susah mengambil barang-barang itu? Sebenarnya,
aku tidak memintanya untuk membereskan pakaiannya karena aku bisa membelikannya
pakaian, tapi itu terserah dirinya. Aku tak begitu peduli.
“Kau
tidak perlu melakukan itu,” aku menyarankan padanya. Saat ia mengeluarkan satu
koper besar, ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya sehingga
rambutnya yang lurus berwarna hitam itu terkibas-kibas tak menentu. Tampak
sangat cantik. Tapi bagiku, Grace yang paling cantik. Hell, tentu saja, ia
adalah penerus Peepee! Well, Monica juga cantik. Ia menggemaskan.
“Kurasa
..”
“Jordy,”
aku memberitahu nama pengawal ayahku padanya.
“Kurasa
Jordy juga membutuhkan bantuan dariku,” Alice tertawa malu-malu padaku.
“Well,
selamat datang di rumah barumu,” ujarku. Aku tidak suka memaksa wanita, kecuali
jika aku benar-benar menginginkannya atau sedang dalam mode marah. Yeah, aku
adalah lelaki yang sangat temperamental. Suasana hatiku sering berubah-ubah.
Satu menit pertama mungkin aku adalah lelaki penyayang, tapi mungkin di menit
yang ketiga aku bisa memukul seseorang. Mungkin para wanita tidak akan pernah
mengerti diriku, tapi aku berusaha sebaik mungkin untuk mengerti mereka. Aku
belajar tentang wanita dengan masterku. Ayahku, lebih tepatnya. Yang lebih
banyak pengalamannya dan aku sering bertanya-tanya pada ibuku apa yang wanita
sukai dan tidak disukai. Dan lihat sekarang? Begitu banyak wanita yang
menginginkanku tapi aku mengabaikan mereka. Aku adalah lelaki pemilih. Yang
kubutuhkan bukan tubuh wanita yang seksi. Tapi aku membutuhkan wanita yang
menerima keluargaku apa adanya. Meski menurutku, keluargaku adalah keluarga
yang penuh dengan canda tawa karena ayah dan juga kepolosan adik-adikku, tapi
tetap saja keluargaku memiliki kesan yang aneh. Mungkin aneh karena faktor dari
ayah dan ibuku.
Berbeda
denganku. Aku adalah anak dari panti asuhan yang diangkat menjadi anak Bieber.
Aku bangga. Persetan dengan ibuku yang telah melahirkanku! Sekalipun ia muncul
di hadapanku dan mencium kakiku, aku tidak akan pernah menganggapnya sebagai
ibuku. Kemana dia selama dua puluh tahun? Mengapa ia muncul hanya pada saat aku
telah Berjaya? Pft! Lebih baik ia mati dibanding ia harus bertemu denganku yang
tentu saja akan menyia-siakannya. Well, aku akan menyimpan perasaan ini. Peepee
tidak perlu tahu karena aku tahu apa yang akan Peepee katakana padaku. Memaafkan. Memaafkan memang mudah, tapi
menerima kesalahannya? Harap mati jika aku menerimanya!
Tak
sadar, aku telah berada di dalam rumahku. Kulirik jam dinding yang berada di
ruang tamu. Sudah jam 9 malam. Kurasa Grace telah tidur, begitu juga dengan
adikku yang lain.
“Tidak,
Justin. Aku hanya mengkhawatirkan Aaron. Apa kau tidak melihat tingkahnya yang
aneh pada Grace? Ia menyayangi Grace seperti kau menyayangiku, maksudku, ia
memiliki cinta yang berbeda,” kudengar suara kecil dari Peepee dari ruang
keluarga sana. Apa-apaan?
“Aku
tidak. Memang ada masalah apa?” tanya ayah yang kudengar bunyi cepakan di sana.
Sial, pasti dia sedang mencium leher ibuku.
“Berhentilah,”
Peepee mendorong kepala ayah saat aku mengintip dari sudutku. “Dia tampak
..tidakkah kau melihat matanya saat Grace bilang bahwa Grace membencinya? Itu
sama saat aku bilang padamu kalau aku ingin pergi ke pesta dansa dengan Brad,”
“Tidak,
mungkin itu hanya perasaanmu. Berbicara tentang Brad, dimana dia sekarang?”
“Bukankah
aku telah memberitahumu ia telah pindah ke Russia bersama dengan istrinya?”
“Tidakkah
kau ingin bertemu dengannya?” Kudengar ayah menggoda ibuku, ia tersenyum,
kurasa. Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Mungkin. Lalu aku akan
menggodanya,”
“Kau
berani menggodanya? Kau berani? Baiklah,”
“Ya,
aku berani,” ibuku menantang ibuku. Melihat mereka bertingkah seperti ini
kadang membuatku tertawa dalam hati. Meski mereka telah hampir melewati umur
tengah bayanya, mereka masih bisa tertawa. Bercanda. Seperti prangko dan
amplop. Dan tentang aku mencintai Grace. Tentu saja aku mencintainya! Ia adikku
dan aku menyayanginya.Lebih dari apa pun. Well, aku lebih menyayangi Peepee
pertama.
“Jika
kau berani ..aku bersumpah tidak akan pernah berhubungan badan denganmu lagi,”
“Oh,
Mr.Bieber, aku sangat meragukan itu,” ibuku tertawa dan berdiri dari sofa. Lalu
muncul saat kudengar suara kaki dari belakang. Kulihat ibuku yang tertawa-tawa
dan menghentikan tawaannya saat aku muncul.
“Aaron!”
ia terkejut, bingung dan linglung. Entahlah. “Jadi, dimana dia?” tanya ibuku
yang langsung mengganti topik. Kubalikan tubuhku dan melihat si mungil berdiri
di belakangku sambil memegang koper yang berada di tangan kanannya. Aku
langsung menarik tubuh kecil Alice dan memperlihatkannya pada ibuku. Mata ibuku
melebar, seperti ia mengenal gadis kecil ini. Ia terdiam sejenak, tak
mengatakan apa-apa. Ayah berdiri dari sofa keluarga lalu membalikan tubuhnya,
senyuman muncul di wajahnya.
“Well,
well, well! Lihatlah! Anggota keluarga baru! Mari kita bangunkan anak-anak!”
teriak Justin, ayahku, begitu senang. Saat Justin ingin berlari dari ruang
keluarga menuju tangga, tangan ibuku menahannya.
“Tunggu
dulu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya ..Alice?” tanya ibuku yang membuatku
terkesiap. Dari mana ia tahu nama Alice? Fuck this. Apa mereka pernah bertemu
sebelumnya?
***
“Mrs.Bieber!
Aku tidak pernah berpikir aku akan bertemu denganmu,” Alice terkejut saat ia
sadar bahwa Alexis adalah istri dari seorang Justin Bieber. Alex tersenyum
sambil kakinya membawa tubuhnya yang tidak seperti dulu itu lalu memeluk Alice.
“Oh, aku tidak pernah tahu aku akan bertemu denganmu,”
“Aku
tahu kau adalah Alice! Oh Tuhan, bukankah seharusnya sekarang kau berada di
panti asuhan? Kupikir kau relawan,” ujar Alexis memegang kedua bahu Alice saat
ia telah melepaskan pelukannya. Alice hanya terdiam dan tersenyum-senyum dengan
perasaan yang tak menentu. Bagaimana mungkin Alexis akan bertemu dengan Alice?
Yeah, mereka pernah bertemu beberapa minggu yang lalu. Saat itu panti asuhan
St.Martina sedang mencari relawan untuk membimbing anak-anak panti asuhan,
Alexis ikut juga menjadi relawan saat itu, sama seperti Alice. Oh, ini sangat
menyenangkan! Alice masih memiliki teman untuk berbicara sekarang.
“Kurasa
kita bisa membicarakan hal itu besok, aku ingin memperlihatkan Alice pada Mozzy
dan Moon,” ujar Aaron menarik tangan Alice dengan cepat. Tangannya yang besar
bisa-bisa meretakan tulang jari-jari Alice dalam waktu satu detik, Alice hanya
meringis pelan. “Kita bisa membiarkan koper itu di sana, biarkan Jordy yang
membawanya ke kamarmu,”
“Kau
ingin aku ikut memperkenalkannya pada Mozzy dan Moon?” tanya Justin, menatap
Alice dengan tatapan menggoda. Alex yang melihatnya langsung menyikuti pinggang
Justin, membuat Justin langsung tertawa.
“Kau
lihat ibumu sedang terbakar cemburu,” ujar Justin menunjuk pada Alex, ia
terkekeh.
“Daddy!
Jangan menggoda anak baru di sini, bisa-bisa ia kabur karena kau,”
“Oh,
benarkah? Aku tidak yakin ia akan kabur. Kau bisa melihat Double Bieber di
sini,” ujar Justin sambil merangkul Alexis. “Sama seperti istriku yang tidak
bisa kabur karena Double Bieber,”
“Aku
tidak akan meragukan itu daddy, tapi demi apa pun jangan bertingkah aneh,”
Aaron menggeleng-gelengkan kepalanya, heran memiliki ayah yang memang memiliki
profesi sebagai penggoda wanita. Well, dialah masternya. Tidak ada yang bisa
memungkiri itu. Aaron menarik tangan Alice menuju anak tangga untuk menemui
Mozzy dan Moon yang telah tertidur di kamarnya, sudah pasti. Mereka berdua
meninggalkan Justin dan Alex yang berdiri dari ruang keluarga melihat mereka
berdua menghilang di lantai dua. Saat mereka menghilang dari pandangan Alex dan
Justin, Alex langsung memukul pungggung Justin.
“Aw!
Apa? Apa salahku?” tanya Justin mengelus-elus punggungnya meski susah untuk
mengelusnya. Well, semenjak kedatangan Alex dalam kehidupan Justin, Justin
menjadi orang yang lebih periang dan sering bercanda. Tak seperti dulu, ia
lebih mementingkan pekerjaannya, bar, wanita dan sifatnya yang dingin. Tapi
sekarang tidak. Ia lebih memiliki banyak waktu bersama dengan keluarganya,
tentunya dengan istrinya pun.
“Itu
karena kau menggoda Alice!”
“Apa?
Kau cemburu karena aku menggoda Alice?” tanya Justin yang matanya melihat gerak-gerak
Alexis yang berjalan menuju lemari televisi di ruang keluarga sambil
membereskan kaset-kaset film anak-anaknya di laci-laci. Melihat Alexis dari
belakang dengan piyama tidur yang tipis benar-benar membuat Justin bergairah.
Entahlah, Alexis tidak pernah membuatnya bosan. Kebetulan sekali Alexis sedang
menungging untuk merapikan barang-barang yang berserakan di atas karpet
lembutnya itu. Ini mugnkin akan menjadi kesempatan Justin untuk membuat anak
lagi. Tapi berpikir tentang Aaron yang tidak ingin memiliki adik tambahan,
Justin mengurungkan niatnya. Tapi demi apa pun, ia menginginkan dirinya berada
di dalam tubuh Alex.
“Menurutmu?”
tanya Alex, acuh.
“Whoa,
my boobear, jangan cemburu seperti itu sayang,” suara Justin dibuat-buat
menjadi orang tua yang memanjakan anaknya. Justin berjalan sambil tangannya
terbuka untuk memeluk Alex. Mendengar Justin berjalan ke arahnya, Alex
menegakan tubuhnya sehingga sekarang ia seperti sedang berlutut. Ia menatap
Justin dengan wajah yang datar, merasa jengkel dengan suaminya.
“Mengapa
kau cemburu, hmm?” kali ini perubahan dari suara Justin yang menjadi serius
membuat Alex cukup terkejut. Apa Justin menganggap Alex benar-benar marah
padanya?
“Aku
tidak cemburu,”
“Lalu
mengapa kau tampak acuh? Percaya padaku, aku tidak akan pernah menggoda wanita
lain,”
“Mhmm,
aku percaya padamu,”
“Cium
aku jika kau benar-benar tidak cemburu. Dan untuk apa kau cemburu? Kau tahu aku
tidak akan pernah meninggalkanmu bukan? Kau tahu aku akan menjadi milikmu?”
tanya Justin sambil menarik tangan Alex agar bangkit dari karpet. Alex meraih
tangan Justin, beberapa saat kemudian senyuman Alex terlihat. Melihat Alex
tersenyum seperti itu benar-benar membuat hati Justin lebih tenang dari pada
biasanya. Karena, tiap kali ia bangun di pagi hari dan melihat istrinya
tersenyum, itu semua akan mengawali hari Justin.
“Ya,
Mr.Bieber,”
“Jika
begitu, kau dapat mencium mempelai lelakimu, Mrs.Bieber,” ujar Justin yang
tanganya mulai menyentuh pinggang Alex. Langsung saja Alex meraih leher Justin,
mengecup bibirnya dengan lembut. Ciuman ini begitu lambat dan sangat erotis,
benar-benar membakar gairah Justin. Lalu Alex melepaskan bibirnya dari Justin.
“Bagaimana
jika kita membuat satu adik lagi untuk Aaron?” Justin mengabaikan permintaan
Aaron terhadap ketidakinginannya memiliki adik lagi. Alex mengangkat satu
alisnya dan menggeleng-gelengkan kepala lalu tangan kanannya memukul perut
Justin.
“Kaupikir
mudah melahirkan,” ujar Alex, tak mau.
“Kalau
begitu aku bisa menggunakan Alice,” mata Alex langsung melebar saat Justin
berucap seperti itu. Kali ini Alex benar-benar memukul perut Justin hingga
Justin mengerang.
“Argh!
Untuk apa itu?”
“Tidak
ada tanganku untukmu seperti biasanya,” ujar Alex tidak ingin memberikan
keterampilan tangannya yang biasa ia lakukan malam hari untuk Justin. Tapi ia
tidak ingin melakukannya malam ini. Alex berjalan pergi menuju lantai dua
meninggalkan Justin yang masih terkejut dengan ucapan Alex.
“Oh,
sayang! Jangan bertingkah seperti anak-anak!” teriak Justin, terkekeh pelan. Baru
dua anak tangga yang Alex lewati, Alex membalikan tubuhnya.
“Kejar
aku jika kau bisa, jika kau memelukku sebelum aku masuk ke kamar, aku akan
menarik kata-kataku tadi,” tantang Alex menyipitkan matanya lalu ia membalikan
tubuhnya sambil menjerit ketakutan karena Justin yang mulai bersiap-siap untuk
mengejarnya.
“Oh,
Mrs.Bieber! Kau tidak akan pernah bisa lari dari harimau ganasmu ini sayang!”
“Dapatkan
aku jika kau bisa pengecut!” teriak Alex berteriak penuh kesenangan. Sedang
kedua orang tua Aaron berlari-larian bagaikan dua anak kecil mengelilingi
lantai dua, Aaron dan Alice sedang berada di dalam kamar Mozzy dan Moon. Kedua
anak kecil yang tubuhnya masih bagaikan bayi yang berumur 2 tahun itu sedang
tertidur nyenyak di atas tempat tidurnya. Aaron tidak memiliki niatan untuk
membangunkannya, sehingga ia berjalan mengendap-endap bersama dengan Alice.
Dari lantai bawah, tangan Aaron terus memegang tangan Alice. Tangan Alice tidak
terasa lembut, tidak sama seperti kebanyakan wanita yang pernah ia temui.
Mungkin karena Alice banyak bekerja dibanding kakaknya. Kamar Mozzy dan Moon
didekorasi oleh Grace, sehingga kamar si kembar tampak begitu nyaman dan luas.
Tempat tidur tingkat adalah tempat tidur yang dipakai Mozzy dan Moon, Mozzy
berada di kasur yang di atas. Kayu tempat tidur mereka dimodifikasi oleh Grace
yang memang pintar menjadikan suatu barang menjadi lebih menarik. Mozzy
menyukai gambaran-gambaran Grace di kayu tempat tidurnya, begitu juga dengan
Moon. Kadang-kadang, Alex selalu bingung mengapa Grace pintar sekali melukis,
padahal Alex tidak sama sekali pintar dalam melukis. Aaron hanya membantu Grace
untuk memindah-pindahkan barang-barang di kamar si kembar sebaik mungkin.
Lemari pakaian yang besar, meja belajar yang kecil dengan dua tempat duduk yang
berhadapan di tengah-tengah kamar mereka yang luas. Jonathan satu kamar dengan
Aaron, sebenarnya. Harus diketahui oleh Alice, Aaron tidak pernah membawa
wanita ke rumah sekalipun. Tidak sama sekali. Aaron berhubungan badan hanya
karena dia kalah bertaruh dengan teman-temannya di PentHouse miliknya. Dan
yeah, ia berhubungan badan di sana. Tidak di rumahnya. Ia ingin menjadi contoh
yang baik jika ia bersama dengan adik-adiknya. Alice telah mengamat-amati wajah
Moon yang benar-benar cantik.
“Moon
memiliki mata yang sama dengan ayah dan Mozzy memiliki mata yang sama dengan
ibuku. Jika kau ingin merasakan sesuatu yang tak pernah terbayangkan dalam
dirimu adalah kau harus memperhatikan Moon bangun di pagi hari. Jika kau adalah
orang pertama yang melihat matanya saat ia membuka mata di pagi hari, maka kau
adalah salah satu orang beruntung itu,” ujar Aaron dengan suara yang dingin
namun lembut sambil tersenyum melihat Moon yang memeluk boneka beruang berwarna
putihnya. Beruang kutub yang memakai pakaian hangat berwarna biru muda dengan
bulu-bulu di sekitar pakaiannya adalah boneka yang sangat disukai oleh Moon.
Aaron tahu apa yang menjadi kesukaan si kembar dan apa yang tidak.
“Apa
kau adalah salah satu orang yang beruntung itu?” Alice bertanya sambil berlutut
di depan tempat tidur Moon. Ia sangat tertarik dengan Moon detik ini juga.
Tangannya yang putih namun kasar itu menyentuh rambut Moon yang tebal, sama
seperti warna rambut ayahnya yang cokelat keemasan. Senyuman kecil muncul di
wajah Alice seketika saat jari-jarinya menyentuh kepala Moon. Aaron
memperhatikan gerak-gerik Alice dengan seksama. Kedua tangannya berada di dalam
kantong celananya, dadanya ia busungkan sehingga ia tampak begitu tegap, dan
tatapan matanya ..demi apa pun itu adalah tatapan mata yang benar-benar seksi.
Ditambah lagi dengan senyuman kecil yang tipis muncul di wajah Aaron saat Alice
terkejut karena kepala Moon tiba-tiba bergerak.
“Aku
tidak akan memberitahumu tentang itu jika aku bukanlah si lelaki beruntung itu.
Apa aku akan menjadi lelaki yang beruntung itu, Ms. Lancale?” tanya Aaron,
menyiratkan sesuatu namun tak tampak dari pendengaran Alice. Alice menoleh,
matanya melihat pada Aaron dengan bingung sambil tubuhnya yang molek itu
berdiri kembali.
“Aku
tidak mengerti apa yang kaukatakan,” Alice berbisik.
“Aku
adalah lelaki yang beruntung melihat mata Moon di pagi hari saat ia membuka
matanya. Akankah aku menjadi lelaki yang beruntung melihat matamu di pagi hari
saat kau membuka matamu? Atau aku adalah lelaki yang beruntung mendapatkan
keperawananmu?” saat Aaron menuturkan pertanyaan-pertanyaan itu, Alice
terkesiap. Entah apa yang ia rasakan sekarang, antara malu karena ia ketahuan
masih perawan atau malu karena tergoda.
“Mengapa
kau bertanya seperti itu?” tangan Alice menyentuh tangga kayu, menatap Aaron
dengan kedua alis yang saling bertautan.
“Karena
aku ingin menjadi orang beruntung yang lain,”
“Kurasa
itu bukanlah ide yang bagus,” Alice membalikan tubuhnya untuk melihat Mozzy
yang berada di atas. Ia menjijit lalu ia menemukan dari pagar pembatas tempat
tidurnya seorang anak lelaki dengan rambutnya yang kira-kira memiliki panjang
tiga inchi menutupi keningnya. Bibirnya mungil, pipinya menyembul karena posisi
tidurnya yang miring, serta air liurnya yang lembut itu mengalir dengan lancar
ke permukaan kasur. Aaron terdiam, tidak ingin berdebat dengan gadis ini. Well,
ia hanya ingin wanita ini jatuh cinta padanya sehingga semua itu dapat
mempermudah segalanya. Jika gadis ini jatuh cinta, Aaron dapat mempermainkan
hatinya, ia dapat menjadikannya sebagai pengganti wanita yang ia sukai. Jika ia
merasa bosan, ia dapat mengusir gadis ini pergi dari hadapannya. Demi apa pun!
Bahkan gadis ini hanya berselisih dua tahun dengan adiknya. Aaron pasti tak
sampai hati untuk memaksa gadis ini. Ia berharap Alice dekat dengan Grace,
mungkin dengan adanya Alice, Aaron dapat mengetahui apa yang tidak diketahui
olehnya daripada Grace.
“Moon
menyukai keju dan Mozzy tidak menyukai keju, tapi Mozzy menyukai cokelat. Sama
sepertiku. Apa enaknya keju? Tidak ada sama sekali. Moon menyukai sesuatu yang
berhubungan dengan warna merah muda atau putih. Mozzy menyukai sesuatu yang
berhubungan dengan warna cokelat dan biru muda. Tugasmu tiap hari hanyalah
menemani mereka pergi ke sekolah mereka, yeah, mereka telah sekolah. Tapi
mereka hanya bermain-main di sekolah, sama seperti di tempat penitipan anak,”
Aaron berhenti menjelaskan, ia menarik nafasnya. Alice membalikan tubuhnya.
“Biasanya
aku juga menemani mereka, aku hanya bekerja di pagi hari. Lalu kau membuat
bekal untuk mereka, memandikan mereka, bermain dengan mereka, menyuapi mereka
dan bermain dengan mereka lagi saat sudah malam. Mereka suka bermain kartu, itu
karena ia sering menonton film Big Daddy. Dan hati-hati, jika mereka sedang
bermain kartu, biasanya mereka bertengkar. Aku akan ikut bermain dengan mereka
jika kau ikut bermain, dan kau harus ikut bermain,” Aaron berhenti, merasa
begitu tegang sekarang. Mengapa Aaron bicara sangat melantur seperti ini? Ya
Tuhan. Apa yang terjadi dengannya? Tidak ingin terlihat gugup, Aaron
melangkahkan kakinya menuju lemari kecil bewarna biru muda milik Mozzy.
“Besok
kita akan pergi ke sekolah bersama-sama, jadi kau harus bangun lebih pagi di
antara kita berdua. Kau bisa bangun dan memasak bersama dengan ibuku, jika kau
mau. Di sini kau bukanlah pembantuku, kau hanya penjaga adik-adikku. Jadi kami
semua menganggapmu sama seperti keluarga kami, jadi buatlah dirimu senyaman
mungkin di rumah ini,” Aaron menyarankan.
“Mengapa
wajahmu berbeda dari yang lain?”
“Apa?”
Aaron terkejut dengan pertanyaan Alice, langsung saja Aaron membalikan tubuhnya
dan menatap Alice dengan satu alis yang terangkat. Aaron merasa tersinggung.
Pertanyaan itu membuatnya teringat dengan ibunya dan ayahnya yang bejat! Namun
Aaron berusaha untuk menahan rasa amarahnya. Yeah, temperamental.
“Mengapa
wajahmu berbeda dari yang lain, Aaron?” kali ini Alice memanggilnya dengan
namanya. “Well, aku minta maaf jika itu membuatmu tersinggung, aku hanya
bertanya,” Alice buru-buru memperbaiki pertanyaannya, tapi ia penasaran dengan
wajah Aaron yang berbeda dari ayahnya bahkan ibunya. Mungkin hanya mata Justin
dan Aaron yang memiliki warna mata yang sama, tapi wajah mereka tidak sama
sekali mirip. Tegap tubuhnya pun tidak. Aaron lebih tinggi dibanding Justin.
“Bagaimana
jika kita pergi ke kamarmu saja? Kurasa kau perlu mendapatkan panduan dariku,”
Aaron mengalihkan topik pembicaraan. Ia tidak ingin membicarakan dari mana
asalnya, itu benar-benar memalukan dan sialnya, itu sangat menjijikan untuk
diceritakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar