Kamis, 15 Agustus 2013

Kidnapped Bab 8

***

*Author POV*

99 tahun yang lalu..

            “Kau yakin, Benjamin? Aku takut kehilanganmu,” suara lembut dari sevampire Ibu yang tengah mengandung sevampire bayi di dalam perutnya sangat khawatir terhadap suaminya. Pria di hadapannya menghela nafas, seolah-olah ia tidak mempunyai pilihan lain selain untuk berperang melawan Kerajaan itu. Ia harus mendapatkan Kerajaan sialan itu agar ia mendapatkan posisi tertinggi di dunia vampire. Istrinya, Evangline, dapat melihat apa yang akan terjadi dengan suaminya nanti. Suaminya akan kalah dan mati sia-sia. Kekuatannya telah menghantuinya beberapa hari ini bahwa suaminya akan segera musnah dari dunia. Ia sungguh ketakutan jika anaknya lahir dan tidak dapat mendapatkan kasih sayang dari sevampire Ayah. Tapi Benjamin, suaminya tidak dapat menahan hasratnya untuk berperang melawan Kerajaan Kidrauhl.
            Prajurit-prajurit Fourie telah berada di tengah-tengah kastil dan berkumpul. Mereka mengumpulkan mental dan kekuatannya untuk berperang melawan Kerajaan terkuat sepanjang masa. Sang Raja Fourie, Benjamin mengecup kening istrinya di balkon kamarnya. Istrinya tidak dapat mengatakan apa pun selain mengucapkan kata selamat tinggal. Jika suaminya harus musnah karena peperangan, tidak apa-apa. Bukan, bukan karena ia tidak mencintai suaminya. Itu karena penglihatannya terhadap masa depan suaminya telah jelas terlihat. Satu hal yang harus ia pertahankan adalah bayi di dalam kandungannya. Ia harus mempertahankan anak tunggalnya. Anak yang akan menjadi anak tunggalnya.
            “Jaga anak kita baik-baik sayang,” gumam Benjamin kembali mengecup kening Evangeline dengan penuh ketegaran. Evangeline telah menyarankannya untuk tidak melakukan peperangan ini namun ia keras kepala, ia tahu ia akan segera hilang dari dunia ini. Tapi ia yakin, masih ada peluang kecil yang dapat membuatnya mendapatkan Kerajaan Kidrauhl. Kaki Benjamin melangkah melewati Evangeline yang menahan tangisnya di tengah kegelapan dunia. Matanya tak sanggup untuk melirik pada prajurit-prajurit yang akan segera mati. Tak ada harapan. Ia hanya perlu menjaga bayi di dalam kandungannya, itu saja. Dan berharap, apa yang selama ini ia lihat dalam penglihatannya adalah salah.
            Suaminya muncul dari bawah sana bersama dengan Panglima yang berada di sisinya. Panglima berteriak sehingga pintu gerbang kastil tiba-tiba saja terbuka. Raja Benjamin memimpin perjalanan menuju tengah-tengah hutan yang telah dijadikan tempat untuk berperang. Ia tak sabar untuk bertemu dengan Raja Kidrauhl sialan itu. Mereka menembus malam bersama dengan obor yang mereka bawa serta pedang yang mereka pegang. Sesama vampire tak dapat membunuh, tapi jika dua vampire saling bekerja sama, mereka dapat mematahkan kepala vampire yang lain. Itu yang hanya dipikirkan oleh Benjamin selama perjalanan. Mereka menembus hutan dan di sinilah mereka berada. Di tengah-tengah hutan yang luas tanpa pepohonan yang dapat menghalangi peperangan mereka. Dari jarak jauh mereka dapat melihat prajurit Kidrauhl telah bersiap-siap untuk berperang.
            Sepasang suami-isteri yang berjabat sebagai Raja dan Ratu Kidrauhl telah berhadapan dengan Benjamin. Mereka saling menatap dalam keheningan. Tidak ada sepatah kata yang mereka keluarkan sampai pada akhirnya, Raja Kidrauhl yang membuka acara peperangan mereka.
            “Dimana isterimu? Kupikir ia akan datang ke sini,”
            “Aku tidak ingin dua vampire yang sangat kucintai mati sia-sia karenamu,” Benjamin begitu angkuh. Ia sangat menantang Raja Kidrauhl. Lalu Raja Kidrauhl mengangguk dan mengangkat satu tangannya ke udara.
            “Maka dari itu, mari kita mulai peperangan ini,” gumamnya menurunkan tangannya setelah ia menggoyangkan tangannya satu kali lalu ia dan isterinya masuk ke dalam di antara para prajurit dan lenyap di dalam sana.
            “Ini adalah peperangan!” teriak salah satu prajurit Fourie yang membuat kedua kubu itu saling bertubrukan. Beratus-ratus vampire saling memukul satu sama lain. Menginjak kepala sang lawan hingga sepenuhnya pecah. Benjamin yang masuk di antara prajurit-prajuritnya memicingkan matanya untuk melihat dimana keberadaan Raja Kidrauhl. Jika ia dapat membunuh Raja Kidrauhl maka Kerajaan Kidrauhl dapat ia rebut saat itu juga. Dari jarak jauh, vampire-vampire itu tampak seperti semut yang bersalaman namun berbicara begitu lama. Darah hitam mengalir di sana-sini dengan sia-sia. Mata Benjamin berhenti pada satu titik saat ia melihat Raja Kidrauhl sedang berdiri di tengah-tengah kerumunan prajuritnya yang sedang berperang tanpa ekspresi. Lalu mereka saling menatap.
            “Sekarang atau tidak selamanya!” seru Benjamin berlari ke arah Raja Kidrauhl secepat kilat, begitu juga dengan Raja Kidrauhl yang ingin menubrukkan kedua tubuh mereka. Saat Benjamin baru saja ingin meraih Raja Kidrauhl, Ratu Kidrauhl telah berada di atas punggungnya dan menarik lehernya ke atas. Namun tak berhasil karena Benjamin segera menggoyangkan tubuhnya sehingga Ratu Kidrauhl terjatuh ke atas tanah. Merasa isterinya diserang, Raja Kidrauhl dengan cepat mendorong tubuh Benjamin ke atas tanah dan memegang kedua bahunya lalu menekannya ke atas tanah. Isterinya bangkit dari tanah lalu ia menghampiri Raja Kidrauhl dan membantu memegang kepala Benjamin.
            “Kau salah memilih lawan, Benjamin!” seru Raja Kidrauhl yang menarik bahu Benjamin ke atas hingga lehernya mulai robek karena kepalanya tertahan di atas serta bahunya yang tertarik ke atas. Benjamin berteriak kesakitan dan BREAK! Kepalanya terpisah dengan tubuhnya. Dua mata berwarna merah sedang memerhatikan kerja sama antara suami-isteri itu. Ia sedang memegang obor lalu berlari menghampiri dua vampire yang menatapi tubuh serta kepala dari seorang Raja yang telah mati.
            “William,” gumam si mata merah itu pada Raja Kidrauhl sambil menyodorkan obor itu. Langsung saja Raja Kidrauhl yang bernama William itu mengambil obornya dan membakar Raja Benjamin tanpa ragu-ragu.
            “Raja kita telah mati, pergi!” teriak Panglima Fourie yang membuat peperangan yang sedang memanas ini tiba-tiba terhentikan akibat larian mereka yang secepat angin. Ratu Kidrauhl tidak berpikir ia harus membunuh Raja Benjamin karena ia tahu, isterinya sedang mengandung. Ia rasa, ia harus pergi menghampiri Ratu Fourie dan melihat keadaannya.
            “Kita harus pergi ke kastil Fourie, Willliam. Sekarang,” ujar Ratu Kidrauhl.
            “Ide bagus. Panggil seluruh prajurit untuk datang ke kastil Fourie sekarang, Daniel,” perintah Raja Kidrauhl pada Daniel, vampire kepercayaannya atau bisa dipanggil Panglima Kidrauhl. Daniel segera berteriak, memerintah seluruh prajurit yang sedang mencari nafas itu pergi ke kastil Fourie.
            Sedangkan Ratu Fourie. Ia tersentak di temboknya, tersungkur di sudut dengan penuh rasa takut. Lilin yang menemaninya malam itu tiba-tiba saja padam akibat hembusan angin yang masuk ke dalam kamarnya. Setengah dari hidupnya telah menghilang karena ia tahu, suaminya telah mati di tangan Raja dan Ratu Kidrauhl. Pintu kamarnya terbuka, bulan menyinari hingga ke mulut pintu kamarnya. Ia terduduk lemas di sudut tembok. Tubuhnya menegang dan matanya menatap siaga pada bayangan di pintu kamarnya. Vampire akan segera masuk ke dalamnya. Lalu, muncullah si vampire ..dia tidak memakai pakaian seperti prajurit.
            “Ratu Fourie, apakah kau ada di dalam?” tanya Ratu Kidrauhl dengan suara yang lembut. “Tidak apa-apa, aku tidak menyakitimu. Aku mengerti perasaanmu,” Ratu Kidrauhl berusaha membuat Ratu Fourie tak ketakutan. Ia semakin masuk ke dalam untuk melihat keadaan kamar Ratu Fourie. Lalu ia mendengar suara nafas dari sudut kamar.
            “Aku tahu kau sedang hamil,” ucap Ratu Kidrauhl bersimpuh di hadapan Ratu Fourie yang bersimpuh juga. “Tidak apa-apa, kau hanya perlu menahan nafasmu agar salah satu prajurit kami tidak membunuhmu. Mengerti? Aku tahu bagaimana perasaanmu, tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja,”
            “Mengapa kau melakukan ini?” suara lemah dari Ratu Fourie membuat hati Ratu Kidrauhl semakin melunak. Ia tidak sanggup melihat vampire yang sedang hamil harus melewati masa-masa berat seperti ini. Ia tahu bagaimana perasaan Ratu Fourie.
            “Karena begitu menyakitkan saat kau kehilangan orang yang kaucintai dan kau harus merasakannya untuk yang kedua kalinya. Di saat mereka telah berada dalam satu tubuh denganmu lalu mereka pergi, kau akan kehilangan separuh dari tubuhmu. Dan aku yakin, kau sangat menantikan anak pertamamu. Jadi tetaplah di sini dan tahan nafasmu,” Ratu Kidrauhl mengelus perut Ratu Fourie sambil memejamkan matanya. “Semuanya akan baik-baik saja,” gumamnya bangkit dari duduk bersimpuhnya. Tubuh Ratu Kidrauhl lenyap dari pandangannya. Menit demi menit ia lalui, salah satu prajurit muncul ke dalam kamarnya yang gelap. Ia langsung menahan nafasnya sehingga vampire-vampire tidak akan menyadari keberadaannya. Ratu Fourie menghela nafas setelah prajurit itu benar-benar keluar dari kamarnya. Ia bangkit dari lantai untuk melihat keadaan di luar. Tangannya memeluk perutnya yang belum buncit itu, berjaga-jaga jika ada vampire yang akan menyerangnya. Saat ia berada di luar, ia mendengar suara pedang di luar sana. Pedang? Setelah berada di sisi balkon, ia melihat ke tengah-tengah kastilnya. Ternyata prajurit cadangannya sedang melawan prajurit Kidrauhl. Raja dan Ratu Kidrauhl sedang melawan satu per satu prajurit Fourie. Sampai saat dimana mereka sedang mengambil nafas tiba-tiba saja dua tombak menusuk tubuh mereka, tepat di jantung mereka. Tak perlu waktu lebih dari 5 detik, mereka ambruk ke atas tanah. Ratu Fourie tersentak saat ia melihat kejadian dimana Ratu Kidrauhl yang tadi membantunya agar tetap hidup itu telah mati! Lalu matanya melihat pada salah satu prajurit ..bukan, bukan prajurit. Pakaian yang ia kenakan adalah pakaian Panglima sedang membawa dua obor lalu membakar Raja dan Ratu Kidrauhl yang disegani. Tapi kali ini, ia tidak segan-segan untuk membakar dua tubuh yang telah tak bernyawa itu.
            Panglima itu ..Daniel.

***

99 tahun kemudian ..

            “Itulah yang terjadi, Ibuku melihat Daniel di sana membakar Ayah dan Ibumu,” jelas Chantal dengan wajah yang lebih pucat dibanding vampire biasanya lalu air matanya menetes. Theo tidak dapat melihat gadis menangis seperti ini.
            “Tidak, tidak. Tidak menangis, kumohon,” bisik Theo merangkul Chantal dengan erat. “Aku percaya padamu,” lanjut Theo.
            “Kau percaya?” tanya Chantal lemah.
            “Yeah, tentu. Aku sudah curiga selama beberapa hari terakhir,”
            “Kau akan dibunuh, Theo. Aku punya rencana,” ujar Chantal. “Tapi sebelum itu, apa kau bisa memberikanku segelas darah lagi?”
            “Ya, tapi aku ingin mengataka sesuatu padamu Chantal,” Theo mengelus perut Chantal dengan lembut. Kepalanya bangkit dari bahu Chantal, lalu ia mengelus pipi Chantal yang basah dengan lembut. Ia tersenyum manis, wajah mereka saling berhadapan bahkan sangat dekat. Chantal menarik nafasnya dan ia baru menyadari betapa tampannya Theo.
            “Apa pun yang kaudengar tentang aku membencimu dan membunuhmu, itu adalah salah. Karena aku tidak berpikir seperti itu sejak aku bertemu denganmu Chantal. Aku menyukaimu, oh Tuhan, aku pikir sekarang aku telah mencintaimu sekarang,” desah Theo menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Terlebih lagi kaki Chantal yang telah terpasung itu membuatnya ingin bunuh diri karena tidak dapat menyelamatkan Chantal dari masalah ini. Kunci pasung itu dipegang oleh Daniel dan hanya Daniel yang dapat melepaskannya kapan saja.
            “Kau mencintaiku? Mengapa?”
            “Saat kau tidak mengetahui tentang Kerajaan Kidrauhl. Maksudku, kepolosanmu. Aku menyukaimu karena kau jujur, kau tidak suka berbohong dan aku sangat yakin kau selalu berbohong demi menyelamatkan Justin. Benar bukan?” Theo membuat pipi Chantal yang pucat itu memerah. Sungguh hebat, pipi vampire yang satu ini selalu dapat memerah. Bagaimana mungkin itu dapat terjadi?
            “Kau benar,” gumamnya malu-malu.
            “B-boleh aku mengecup bibirmu satu kali saja?”
            “Tapi Justin—“ Bibir Chantal telah tertahan akibat bibir Theo yang telah menyentuh bibirnya. Kedua tangan Theo menahan kepala Chantal agar bibir mereka saling bersentuhan. Chantal memejamkan matanya, begitu juga dengan Theo selama beberapa detik sampai akhirnya Justin tiba-tiba saja muncul sehingga bibir mereka berpisah.
            “Apa-apaan yang sedang kaulakukan dengan wanita hamil seperti Chantal? Kau mencintainya?” Justin murka, sangat murka melihat gadisnya dikecup bibirnya oleh kakanya sendiri. Mengapa itu bisa terjadi. Ya Tuhan, rasanya Justin ingin mencari manusia dan merobek-robek tubuh manusia itu lalu meminum darahnya dan menjilati tulangnya hingga bersih!
            “Justin, tidak bertengkar—“
            “Atau apa? Kau gadis murahan! Sudah kuduga, padahal aku ingin membebaskanmu sekarang tapi melihatmu,” –Justin meludahi lantai yang ia pijak—“Kau sangat menjijikan Chantal, aku benar-benar membencimu. Aku berusaha untuk berpikir lebih sehat lagi setelah aku berbicara dengan Daniel. Kau tidak tahu diuntung! Daniel tidak akan menikahimu namun kau harus menetap di sini sampai anak itu lahir! Tapi kau berciuman dengan—“
            “Jaga mulutmu, Justin Sialan Bieber! Aku mencintainya dan itu tidak ada hubungannya denganmnu!” seru Theo bangkit dari lantai ingin mendorong tubuh adiknya ke belakang agar keluar dari sel Chantal. Perkataan Justin tadi benar-benar menusuk hatinya. Kau sangat menjijikan. Air matanya kembali mengalir. Bagaimana mungkin Justin dapat menghinanya setelah apa yang telah Justin perbuat terhadap Chantal? Justin menghamilinya! Justin menghamilinya, apa kau gila?
            “Theodorus Beamount Bieber, semuanya! Woohoo, mencintai Chantal Fourie yang tengah mengandung anakku. Anak dari adiknya sendiri. Mencintai vampire yang adiknya benci. Mencintai vampire yang seharusnya ia bu—“ sebelum Justin menyelesaikan ucapannya, kepalan tangan Theo telah meluncur di pipi Justin. Tidak sampai di sana, Justin tidak ingin diam. Ia juga membalas pukulan Theo hingga mereka berdua berkelahi.
            “Justin!” teriaknya, namun Justin tidak mendengarnya. Ia terus memukul Theo hingga sudut bibir Theo robek. “Kalian berhenti!” teriak Chantal menangis dan itu membuat tangan Theo yang akan memukul Justin berhenti di tengah jalan.
            “Mengapa kalian tidak dapat mendengarkan perkataanku? Betapa menyedihkannya kehidupanku melihat kalian berdua berkelahi terus menerus. Aku mencintai lelaki yang tidak kucintai. Aku berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya namun kalian tidak mendengarkannya –kecuali Theo yang telah mendengarkanku. Dan lelaki yang menghamiliku baru saja mengatakan bahwa aku adalah gadis yang menjijikan,” Chantal tidak dapat berucap lagi. Nafasnya terengah-engah. Ia butuh darah. “Aku mati kelaparan di sini dan mengharapkan segelas darah dari Theo untuk anakmu Justin. Tidak bisakah lima menit saja kau bersikap normal? Aku hanya menginginkan segelas darah,” tangis Chantal menundukkan kepalanya. Sontak Theo menyentakkan kerah baju Justin ke belakang, melepaskannya. Ia harus mengambilkan segelas darah bagi Chantal. Sekarang juga setelah itu ia akan mendengarkan rencana yang dibuat oleh Chantal. Pasti Chantal telah memikirkannya dari tadi.

***

            Satu hari kemudian Chantal dikeluarkan dari sel dan ia digantikan pakaiannya oleh pelayan yang sama. Pakaian yang ia pakai adalah pakaian milik Ibu Justin lagi. Setelah perkelahian antara Justin dan Theo kemarin, ia tidak bertemu dengan Justin lagi yang pergi dengan tatapan benci terhadap Chantal. Ya Tuhan, mengapa Justin tampaknya sangat membenci Chantal? Ia telah memberitahu Theo untuk pergi dari Kerajaannya kemarin sehingga sekarang Theo tidak ada di kastil. Justin akan dibunuh hari ini oleh Daniel, Theo telah memberitahukannya kemarin. Setelah ia digantikan pakaiannya, ia keluar dari kamar Justin ditemani dengan dua vampire prajurit dari belakangnya. Ia melihat dari sisi balkon kastil Justin ke lapangan tengah-tengah kastil itu. Alat pemenggal kepala telah tersedia di tengah-tengah lapangan bersama dengan vampire-vampire yang lain berdiri di sisi-sisi dalam kastil. Apa itu dipersiapkan untuk Justin? Lalu ia melihat di seberang balkonnya, Daniel sedang terduduk di atas kursi besar khusus Raja agar ia dapat melihat kejadian di bawah dari atas tampak sangat jelas. Dan di sebelahnya terdapat kursi kosong yang dapat dipastikan itu dipersiapkan untuk sang Ratu. Dari belakang dua prajurit vampire itu, satu pelayan tadi membawakan satu botol darah untuk Ratu.
            Daniel mendongakkan kepalanya setelah ia menyadari Chantal sedang berjalan menuju arahnya. Senyum liciknya muncul, sevampire gadis yang cantik dengan raut wajah polos akan segera berada di tempat tidurnya malam ini. Chantal berusaha bersikap sebaik mungkin. Ia belum mengatakan apa pun pada Daniel atas lamaran Daniel. Dan sekarang, ia telah berada di hadapan Daniel.
            Daniel tertawa. “Lihatlah siapa yang datang! Gadis berparas cantik telah siap untukku. Ia sungguh cantik mengenakan pakaian Luna,” ujar Daniel senang sekali melihat Chantal. “Duduklah sayang, kursi ini dipersiapkan untukmu agar kau dapat melihat lelaki yang telah menghamilimu agar segera mati di sana,” suruh Daniel. Chantal hanya mengikuti apa yang Daniel katakan, ia duduk di kursi sebelah Daniel lalu melihat alat pemenggal kepala telah dipersiapkan.
            “Begini perjanjiannya sayang. Kau ingin Justin tetap hidup, hanya terima lamaranku lalu beberapa hari kemudian kita akan menikah. Theo Sialan Bieber tidak dapat ditemukan namun kita sedang berusaha mencarinya,” ujar Daniel. “Jadi, semuanya ada di tanganmu Tuan Puteri. Terima lamaranku sekarang juga maka Justin akan tetap hidup atau tolak lamaranku maka kau dan Justin akan mati di alat pemenggal yang sama,” ancam Daniel yang membuat Chantal refleks memeluk perutnya.
            “Kau tidak ingin anak yang sedang kau kandung mati bukan?” rayu Daniel, licik. Chantal hanya diam, menelan ludahnya. Ia menatap lurus ke bawah, menatap baik-baik pemenggal kepala itu. Kemudian tiba-tiba saja ia terdengar suara yang besar dari seberang balkonnya. Ia meneriakkan kesalahan Justin yang melawan Daniel tadi malam dan mengatakan bahwa hari ini kepala Justin akan dipenggal. Tangan Chantal membuka penutup botolnya lalu ia meminum darah yang ada di dalamnya. Sepanjang lelaki itu berteriak, ia melihat Justin muncul dengan tangan yang telah dirantai. Dua vampire prajurit mendorongnya agar naik ke atas panggung untuk dipenggal.
            “Semuanya hanya berada di tangan Tuan Puteri Chantal Fourie,” teriak lelaki itu menyelesaikan teriakannya. Saat nama Chantal disebutkan, Justin mendongakkan kepalanya ke atas. Ia menatap Chantal dengan tatapan rasa bersalah. Mengapa selama ini Justin terlalu pengecut untuk mengatakan bahwa ia mencintai Chantal? Terbukti dari rasa cemburunya terhadap Theo kemarin saat Theo mengecup bibir Chantal. Sekarang mungkin adalah akhir dari hidupnya. Dan satu-satunya yang ia harapkan adalah mengecup perut Chantal agar ia dapat merasakan detak jantung anaknya yang ada di dalam kandungan Chantal.
            “Kuberikan kau waktu lima menit untuk memutuskan keputusanmu,” ujar Daniel. Detik demi detik berlalu dan Justin telah ditempatkan terkelungkup di atas panggung dengan alat pemenggal kepala di atasnya. Satu kali saja tali yang dipegang oleh salah satu prajurit itu lepas, maka Justin akan menghilang dari dunia ini. Satu menit berlalu. Dua menit berlalu. Tiga menit berlalu. Chantal telah menarik nafasnya dalam-dalam. Dan empat menit telah berlalu.
            “Ya atau tidak, Chantal?” Daniel bertanya. Chantal menghirup dalam-dalam nafasnya, ya ampun, ia akan satu tempat tidur dengan lelaki tua bangka seperti Daniel!
            “Sekarang!” seru Daniel. Justin memejamkan matanya erat-erat dan tali mulai dilepas.
            “YA!” Chantal berteriak bersamaan dengan air matanya yang menetes. Saat itu juga, tali yang terlepas itu segera diraih oleh sang prajurit. Hampir saja besi yang akan memenggal Justin menyentuh leher Justin. Hanya sedikit lagi maka Justin akan pergi dari dunia. Chantal memejamkan matanya berusaha untuk mengumpulkan seluruh kekuatan mental untuk meladeni Daniel.
            “Pilihan yang bagus sayang.” puji Daniel tersenyum licik. Air mata Justin menetes dan matanya terbuka seketika itu juga. Ia merasa sangat idiot sekarang! Chantal! “Pilihan yang bagus.”

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar