Kamis, 15 Agustus 2013

Kidnapped Bab 7


***

 *Author POV*

            Lelaki yang memiliki mata emas itu baru saja membaringkan tubuh wanita vampire itu ke atas tempat tidurnya. Tempat tidurnya. Ia telah memanggil salah satu pelayannya untuk menggantikan pakaian gadis ini lebih mirip dengan pakaian kuno. Atau bisa dibilang, pakaian Ibunya dulu. Ia ingin melihat bagaimana wujud Ibunya jika sedang memakai pakaian kuno karena selama 100 tahun, ia tidak pernah melihat satu wanita pun yang memakai pakaian Ibunya. Ia ingin wanita ini memakai pakaian Ibunya sebelum kematiannya menjemputnya. Pelayan yang masuk ke dalam kamar Justin sudah menyiapkan pakaian Ibu Justin di atas tempat tidur Justin.
            Pelan-pelan pelayan itu menyentuh tubuh Chantal. Ya, Chantal sedang berada di dalam kastil Kidrauhl. Betapa menakjubkan saat Chantal ingin tahu apa yang ada di dalam hutan seberang dan sekarang ia sedang berada dalam kastil dalam hutan seberang. Pelayan itu tersentak saat ia menyentuh perut Chantal.
            “Tuan Bieber?” panggil pelayan itu sopan.
            “Ya, ada masalah? Aku tidak ingin keluar dari kamar ini. Aku sudah pernah melihat tubuhnya sebelumnya,” ujar Justin langsung tanpa basa-basi.
            “Bukan itu,” pelayan itu menggelengkan kepalanya. “Wanita ini hamil,” lanjutnya berbisik dan itu berhasil membuat jantung Justin berdegup lebih kencang daripada biasanya. Chantal hamil? Pft, yang benar saja!
            “Bagaimana bisa kau tahu itu?” Justin protes lalu ia berjalan menuju sisi tempat tidurnya yang lain agar ia dapat melihat pelayannya yang tangannya masih menyentuh perut rata Chantal.
            “Aku dapat mendengar suara detak jantung di dalam perutnya, Tuan Bieber. Dia memang hamil,” jelas pelayan itu berusaha meyakinkan Justin. Sekarang Justin merasa seperti ada perak yang menusuk tubuhnya sehingga ia akan musnah dari dunia. Sial, ia menculik Chantal tentu ada maksud. Tapi mengapa harus hamil? Mengapa Chantal harus hamil di saat yang tidak tepat? Pantas saja Justin melihat Chantal lebih kurus setelah ia berhubungan badan dengan Chantal dan Chantal tak pernah tersenyum semenjak kejadian malam itu.
            “Sial,”
            Pintu kamar Justin terbuka dan sepasang mata merah muncul. “Justin, Daniel ing—Apa-apaan yang sedang terjadi di sini? Apa kau bodoh? Apa kau masih sadar dengan apa yang sedang kaulakukan? Apa kau tahu apa yang sedang kaulakukan Tuan Bieber yang Terhormat?” Theo muncul dengan rasa keterkejutan yang luar biasa saat ia melihat Chantal berada di atas tempat tidur Justin. “Kau, keluar dari kamar Justin,” suruh Theo tegas. Langsung saja pelayan itu keluar dari kamar Justin dan menutup pintu kamar Justin. Theo berjalan menuju sisi tempat tidur Chantal, tempat dimana pelayan tadi berada.
            “Kau sadar dia siapa? Kau sadar siapa yang sedang kau bawa ke kamarmu? Apa kau –“
            “Berhenti!” tegas Justin mengangkat tangannya ke udara. “Aku hanya ..tidak sabar melihatnya mati, Theo. Aku ingin membalas dendam ini, dia yang telah membuat Ay—“
            “Aku tahu maksudmu, Justin Sialan Bieber! Tapi sesuai dengan rencanaku, bukan rencana bodohmu ini! Aku sudah bilang padamu berkali-kali untuk menjalankannya dengan pelan tapi kau ..”
            “Permanusia! Aku telah menunggu ini selama 100 tahun dan aku telah mendapatkannya! Kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan emas seperti ini Theo!” Justin berusaha meyakinkan Theo bahwa apa yang sedang ia perbuat adalah perbuatan yang tepat.
            “Kau tidak lihat wajahnya kurus serta lebih pucat seperti itu dan kau menculiknya?”
            “Dia hamil.”
            “Eh?” suara Chantal terdengar. Ia telah sadar. Dan semuanya terdiam di tempatnya.
***

*Justin Bieber POV*

            Aku terpaksa membawa Chantal ke penjara bawah tanah agar ia dapat dipasung dan tidak akan pergi kemana-mana. Meski dari tadi ia bersungut-sungut untuk memberikan darah dan yeah, aku memberikannya banyak darah agar ia tetap hidup untuk sementara ini. Sial, pelayan itu membuatku gugup setengah mati setelah ia memberitahuku Chantal sedang hamil. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Ironis mengapa aku bertanya seperti itu padahal aku yang berhubungan badan dengannya. Ini membuatku bingung. Di satu sisi aku tidak mungkin membunuh anakku sendiri –well nilai tambahnya aku mendapatkan Chantal yang cantik. Tapi tidak, aku tidak tertarik dengan Chantal jika aku mengingat perbuatan orangtuanya yang membunuh orangtuaku. Mereka membuatku kehilangan kasih sayang dari seorang Ayah dan Ibu.
            Daniel ingin berbicara denganku. Aku sungguh berterima kasih pada Daniel karena selama ini ia telah mengurusku. Sebentar lagi, Theo akan memberikan tahtanya yang ia telah tahan selama 100 tahun sebagai Raja pada Daniel. Sebentar lagi. Menurutku Daniel cocok dijadikan sebagai Raja karena sifatnya yang licik. Maksudku, jika ada peperangan lagi, sudah pasti Kerajaan kami yang akan mendapatkan Kerajaan lain. Tapi itu tidak terjadi di era sekarang. Theo masih berada di bawah untuk menenangkan Chantal yang terus menangis. Dasar wanita cengeng! Aku bahkan belum memisahkan kepalanya. Hebatnya, penjara bawah tanahnya berada  tepat di bawah ruang kerja Daniel.
            Tadi Daniel telah bertemu dengan Chantal sebentar –saat kami ingin membawanya ke penjara bawah tanah. Kulihat Daniel tampak tercengang melihat Chantal. Aku hanya berharap Daniel tidak menyukai Chantal. Kubuka pintu ruang kerja Daniel dan masuk ke dalam. Kulihat ia sedang terduduk di atas kursi kerjanya sedang membaca sebuah buku.
            “Akhirnya kau datang juga. Ada yang ingin kubicarakan denganmu,” Daniel mendongakkan kepalanya setelah ia menyadari akan kedatanganku.
            “Apa? Aku telah mendapatkannya, tapi dia hamil. Aku bingung,” ujarku kesal.
            Kedua alis Daniel terangkat lalu ia memberikanku senyum licik khasnya. “Hamil? Well, rencana berubah, Justin. Kurasa, aku menginginkannya. Aku menginginkannya sampai anakmu lahir dan aku bosan, maka kau boleh membunuhnya,”
            “Kau pikir begitu?” aku ragu dengan keputusannya. Tiba-tiba saja tangannya yang dari tadi tersembunyi di bawah meja terangkat ke atas bersamaan dengan mahkota Raja Kidrauhl. Mahkota Ayahku, sejak kapan ..? Theo bodoh!
            “Tentu. Aku Raja sekarang, anak bodoh. Aku menginginkannya maka aku harus mendapatkannya!” serunya membentakku. Daniel membentakku? Sial. Daniel berdeham sebentar lalu ia menelan ludahnya. “Aku tidak bermaksud untuk menghinamu, Justin. Tapi, aku menginginkannya,”
            “Kau tidak boleh menginginkannya! Dia h—“
            “Kau mencintainya?”
            “Tidak!” aku tidak terima dengan apa yang baru saja ia katakan. “Aku ingin membunuhnya!” seruku kesal. Bagaimana mungkin aku bisa mencintainya? Pembunuhan ini tertunda hanya karena kehamilannya. Karena datangnya bayiku di dalam perutnya. Aku lebih mencintai bayi di dalam kandungannya dibanding Chantal. Daniel tertawa hingga ia mendongak ke belakang namun tidak membuat mahkotanya jatuh ke belakang.
            “Aku ingin ke bawah untuk melihat Chantal si cantik itu,” gumam Daniel berhenti tertawa lalu ia bangkit bersama dengan mahkota yang telah benar-benar melekat di kepalanya. Ia melewatiku lalu ia membuka pintu dan menutupnya kembali. Apa yang akan ia lakukan pada Chantal? Di satu sisi aku khawatir tapi aku juga ingin Chantal mati.
            Theo bodoh, kupikir Daniel akan diangkat sebagai raja setelah Chantal mati. Tapi sekarang? Sungguh Theo adalah kakakku yang paling bodoh sedunia.

***

            Theo tidak mengucapkan sepatah kata pada Chantal. Ia lenyap dalam keheningan dan kebodohan yang telah ia buat. Sungguh bodoh ia telah memberikan tahtanya pada Daniel. Tapi itu tidak dapat ia ambil kembali. Ia telah benar-benar memberikannya pada Daniel. Daniel sekarang telah menjadi Raja. Chantal yang ada di hadapannya terduduk lemas tak berdaya dengan beberapa gelas darah yang telah habis diminum. Chantal tidak mengatakan apa pun sejak ia terbangun dari tidurnya. Karena Chantal sudah tahu, ia akan terbunuh sebentar lagi. Kakinya telah dipasung dengan kedua tangannya dirantai. Ia memeluk perutnya sendiri, mengetahui bahwa dirinya sedang hamil.
            Hanya setetes air mata yang dapat mewakili ucapannya. Bukan karena ia tidak menginginkan anak dari Justin. Tapi karena ia pasti akan mengecewakan Ibunya. Setelah berkali-kali Ibunya berkata untuk menjauhi Bieber, tapi ia malah berhubungan badan dengan salah satu diantaranya. Ia terdiam karena ia terlalu sibuk untuk mendengarkan percakapan dua orang di atas selnya. Ia mendengar suara Justin yang tampak marah pada Daniel. Daniel telah menjadi Raja dan ia menginginkan Chantal. Tentu saja Chantal tidak akan menerima Daniel. Setelah tadi ia bertemu dengan Daniel dan melihat si tua bangka itu tersenyum arti padanya. Dan Daniel sedang berada di perjalan menuju ke sini.
            “Daniel akan datang ke sini,” gumam Chantal akhirnya bersuara. Tangannya meraih salah satu gelas yang berisi darah lalu meminumnya. Theo tersentak, ia baru saja merenung apa yang telah ia perbuat pada Chantal lalu ia berdiri.
            “Maaf telah membuatmu sakit hati,” bisik Theo bangkit dari jongkokannya, berniat untuk meninggalkan Chantal sendirian. Beberapa detik setelahnya, suara langkah kaki terdengar masuk ke dalam gendang telinganya. Dan ia tahu, itu adalah Daniel. Theo membuka pintu sel Chantal lalu keluar. Theo menghilang dari pandangan Chantal namun ia mendengar suara bisikan-bisikan di luar sana. Namun tak jelas. Dari arah sebelah kanan ia melihat seorang Raja sedang berjalan menuju pintu selnya. Ia menegakkan cara duduknya dan tangan memeluk perutnya, berjaga-jaga bila sang Raja akan berbuat sesuatu padanya.
            “Chantal Fourie,” desah Daniel yang telah berada di hadapannya. “Wow,” ia terpukau melihat Chantal yang terduduk lemah di atas lantai putih itu. Chantal tidak melakukan apa pun selain ia menatap si Daniel Sialan itu melipat kedua tangannya di depan dada.
            “Aku tidak menyangka kita akan bertemu sedekat ini. Kau sangat cantik, kau tahu. Bagaimana darahnya? Itu adalah darah perawan suci,” Daniel berusaha bersikap santai dan main-main dengan Chantal namun Chantal tahu itu hanyalah tipu daya setan itu. Lalu Daniel terjongkok di sebelahnya, wajah mereka sangat dekat lalu Daniel membuka mulutnya.
            “Aku ingin membuat perjanjian,” gumam Daniel. “Aku menginginkanmu, Chantal Fourie. Kau gadis muda yang cantik dan seksi. Bagaimana mungin aku tidak bias menyukaimu? Aku tidak akan membunuhmu, aku berjanji. Asal kau akan menikah denganku,”
            “Menikah denganmu?” Chantal terkejut lalu ia meludahi wajah Daniel secepat kilat. Tepat di pipi Daniel, lendir itu menempel di sana. Daniel memejamkan matanya, berusaha untuk meredamkan amarahnya yang telah memuncak.
            “Kau hanya perlu berpikir sayang,” saran Daniel bangkit dari jongkokannya lalu mengelap lendir itu dari pipinya. “Anak muda memang tidak tahu sopan satun,” gumamnya berjalan keluar dari sel. Chantal merenung. Apa? Apa dia memang harus menikah dengan Daniel? Tidak, ia tidak ingin menikah dengan Daniel. Tapi dengan menikah dengan Daniel, ia tidak akan mati. Dia dapat melahirkan anaknya dengan Justin.
            Haruskah ia menerima Daniel?

***

*Chantal POV*

            Aku hamil dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Ibuku pasti mencariku. Dan, ia pasti berpikir bahwa Kerajaan Kidrauhl yang menculikku. Itu sudah pasti. Lalu apa lagi yang akan terjadi? Justin ingin membunuhku di saat aku sedang berada dalam keadaan hamil. Apa dia tidak akan membunuhku setelah ia tahu aku hamil? Karena Justin ..ia seperti tidak ada ekspresi saat beberapa orang yang membawaku ke ruang bawah tanah. Sudah banyak gelas yang berisikan darah kuhabiskan, aku terasa lebih lapar sejak kedatangan janin di dalam tubuhku.
            Daniel telah menghilang dari pandanganku beberapa jam yang lalu dan tidak ada yang mendatangiku kecuali pelayan yang membawakanku darah. Aku sudah kenyang tapi janin di dalam perutku belum kenyang. Maksudku, cepat sekali ia berkembang di dalam sana. Apa dulu aku juga seperti itu di dalam perut Ibu? Kudengar suara langkahan sevampire yang akan masuk ke dalam selku. Kuharap bukan Daniel karena aku muak melihat wajahnya. Gila saja ia melamarku untuk menikah dengannya. Meski tawaran itu tampak sangat menggiurkan karena aku tidak akan mati. Tapi aku lebih memilih mati dibanding harga diriku jatuh. Namun anak ini ..ah sial, semuanya terasa sangat rumit.
            Kudongakkan kepalaku saat sevampire itu membuka pintu selku dan itu adalah Justin. Aku tidak memberikannya senyum atau apa pun. Tidak ada gunanya aku memberontak padanya karena itu tidak akan membuatku keluar dari sel ini. Ia berdiri di hadapanku lalu mendesah.
            “Kau hamil. Betapa hebatnya itu,” ujarnya langsung. Tidak ada hai, atau halo?
            “Selamat! Sekarang kau adalah sevampire Ayah, Justin! Aku harap ia tidak memiliki nasib yang sama sepertiku,” ujarku berusaha untuk tersenyum. Ya, aku tidak ingin anakku tidak mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya sama sepertiku tidak mendapatkan kasih sayang dari Ayah kandungku.
            “Maksudmu apa?”
            “Ayahku meninggal di tangan orangtuamu? Bagaimana mungkin kau tidak tahu itu?”
            “Daniel tidak pernah menceritakan tentang kematian Ayahmu, kalau begitu maaf,”
            “Tidak perlu. Semuanya sudah terjadi bukan? Kau tidak perlu meminta maaf, hanya, jangan bunuh aku sampai aku melahirkan lalu kau boleh membunuhku agar aku bisa bertemu dengan Ayahku. Bagaimana dengan itu?”
            “Daniel ingin menikahimu dan ia bilang kau menolaknya,” ia mengganti topik pembicaraan. Sial. Aku terdiam, tidak menjawabnya. Aku terlalu malas untuk membicarakan itu sekarang. Tiba-tiba saja Justin berjalan untuk duduk di sebelahku. Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok yang sama denganku dan menjulurkan kakinya. Ia mendesah.
            “Ini membuatku sungguh bingung. Orangtuamu membunuh Ay—“
            “Justin, sudah kubilang Daniel yang membunuh orangtuamu. Mengapa kau tidak percaya padaku?” aku mengerutkan keningku. Aku berpaling untuk melihat wajahnya. Ia menjilat bibirnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
            “Aku tidak tahu juga mengapa. Aku hanya berpikir untuk membunuhmu tapi anakku sedang bertumbuh di dalam sana. Aku bahkan tidak pernah melihatmu meminum banyak sekali darah,”
            “Bukan aku, anak kita,”
            “Kita,” desahnya terkekeh. Apa yang salah dengan ucapanku? Bukankah aku benar? Anak ini adalah anak kami. Aku tersentak saat tiba-tiba saja tangan kiri Justin menyentuh perutku lalu mengelusnya. Ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Apa-apaan yang sedang ia lakukan? Bukankah ia ingin membunuhku? Tapi mengapa sekarang ia terlihat manja? Dia sangat labil. Telapak tangannya mengelus perutku dengan lembut. Omong-omong aku sedang memakai pakaian kuno yang sama seperti milik Ibuku, berwarna hitam. Tidak mewah namun elegan.
            “Aku selalu memimpikan pakaian ini dipakai oleh wanita yang tepat. Karena aku tidak pernah melihat Ibuku memakai gaun ini,” bisik Justin. Aku tidak dapat mengelus apa pun darinya karena tanganku dirantai. “Sekarang kau yang mengenakannya. Kurasa kau memang harus menikah dengan Daniel agar kau tetap hidup untuk anakku,”
            “Anakmu?”
            “Anakku,” gumamnya. Aku mengalah. Tapi aku tidak membalas perkataannya. Aku terlalu lelah untuk membalasnya dan aku ingin sekali tidur. Terakhir yang kupikirkan adalah kematianku.

***

*Theodorus Beamount Bieber POV*

            Kudengar percakapan Daniel di ruang kerjanya bersama dengan Christopher di dalam sana. Sial, ia ternyata sangat licik. Tidak seharusnya aku memberikan tahtaku padanya! Ia ingin membunuhku dengan Justin dalam waktu dekat! Aku harus memberitahu Justin. Karena selama ini aku juga berpikir ada yang salah dengan Daniel. Ia seperti memiliki niat jahat pada kami berdua namun ia selalu berhasil membuat kami tidak melihatnya. Ia memanipulasi kami. Aku berlari menuju ruang bawah tanah. Melewati para pelayan dan tangga yang terbuat dari bebatuan. Semua vampire di Kerajaanku selalu saja sibuk dan selalu berlalu lalang. Aku masuk ke salah satu lorong gelap yang akan membawaku ke sel Chantal.
            Sebenarnya, sejak aku bertemu dengan Chantal, aku tidak berniat untuk membunuhnya. Tidak sama sekali karena Chantal adalah gadis yang sangat manis. Perkataanku akhir-akhir ini tentangnya tidak sama sekali sama dengan perasaanku pada Chantal. Aku mencintai Chantal untuk yang pertama kalinya, maksudku, aku tidak pernah jatuh cinta karena tidak pernah ada gadis yang semenarik Chantal. Bahkan Daniel berniat untuk menikahinya. Oh, percakapan tadi! Jika Chantal ingin menikah dengannya, ia akan membebaskan salah satu dari kami. Jadi Chantal harus memilih siapa yang akan tetap hidup. Dia sungguh licik. Aku harus segera melepaskan Chantal dari Kerajaan ini.
            Saat aku telah sampai di depan sel Chantal, aku mendapati Justin sedang terlelap bersama dengan Chantal begitu mesra. Tangan Justin menyentuh perut Chantal! Ya ampun, aku baru ingat Chantal sedang hamil. Seharusnya Chantal tidak perlu dipasung seperti itu.
            “Chantal?” aku harus membangunkannya. Dia seperti Ibuku dulu, dia selalu sigap. Maksudku, meski tidurnya sangat lelap, gerakan atau suara apa pun atau suara sekecil apa pun dapat membuatnya terbangun. Matanya langsung terbuka. “Ada yang ingin kubicarakan tentang Daniel,”
            “Kau baru sadar bahwa dia adalah pembunuh orangtuamu?” Chantal langsung menerka. Apa? Tidak! Bukan itu. Dan mengapa ia bertanya seperti itu? Daniel membunuh orangtuaku?
            “Apa yang sedang kaubicarakan? Daniel ingin membunuhku dengan Justin, kau tahu,”
            “Mmh,” Justin mengerang. Kepalanya terangkat dari bahu Chantal lalu ia membuka matanya. “Apa? Apa yang terjadi?” Justin langsung bertanya, was-was.
            “Daniel ingin membunuh kita berdua Justin,” seruku gemas. Kening Justin mengerut lalu ia seperti vampire bodoh menyaring kata-kataku sebelum menyerap ke otaknya.
            “Apa?”
            “Dia ingin membunuh kita berdua bodoh!” seruku semakin gemas bahkan ingin membunuhnya. Tapi ia mengabaikan ucapanku dan bangkit dari tempat duduknya. “Kau mau kemana?”
            “Bertemu dengan Daniel! Menurutmu apa lagi yang akan kulakukan selain meyakinkan diri bahwa Daniel tidak akan membunuhku?”
            “Apa kau kehilangan otakmu?”
            “Biarkan saja,” gumam Chantal berusaha untuk menghentikan perdebatan kami. Justin melangkah keluar. Seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara dirinya dengan Chantal. Dia memang tahu malu. Dia baru saja bermesraan dengan gadis yang kucintai! Betapa menyesakkan menyaksikan adikku sendiri sedang tidur dengannya. Bahkan Chantal sedang mengandung anak dari Justin. “Ada yang ingin kuceritakan tentang Daniel padamu, Theo. Kau harus percaya, inilah yang terjadi sebenarnya.”
            “Tunggu dulu,” aku menahannya sebentar karena aku ingin duduk di sebelahnya. Kuposisikan tubuhku terduduk di sebelahnya lalu menyandarkan kepalaku di bahunya. “Ceritakanlah. Waktumu sedikit, Chantal. Karena aku dan Justin akan segera dipisahkan kepalanya.”

            “Ia tidak akan melakukan itu setelah aku menceritakan ini padamu. Jadi dengar.” ujarnya tegas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar