Jumat, 02 Agustus 2013

Bieber Biker Bab 7

****

            Lucy tampak biasa-biasa saja saat aku memberitahu padanya kalau aku akan tinggal di rumah Justin dan Lyle akan tinggal di apartemenku. Lyle cukup kesal dengan Justin, tapi Justin memang Justin. Dia menghasut Lyle kalau Lucy hebat di ranjang. Aku sempat marah karena aku tidak terima jika Lucy akan ditiduri oleh Lyle. Tapi Lyle tidak akan melakukan itu. Ia pindah karena ia melakukan ini untukku, bukan untuk Justin. Well, cukup lucu saat Lyle bilang seperti itu karena pipi Justin yang terpahat indah itu tiba-tiba memerah. Merah karena amarah yang ia tahan.
            Aku sedang berada di apartemen Justin dan menonton televisi bersama dengan Logan. Well, sore ini Justin sedang pergi keluar dari apartemen ke rumah orang tuanya. Ada sesuatu yang harus ia ambil, katanya. Logan tampak pendiam, tak seperti biasanya. Mungkin karena tidak ada Lyle di apartemen Justin.
            “Kau tahu, Justin akan segera ulang tahun,” ujar Logan membuka pembicaraan setelah kami melewati menit-menit yang benar-benar membosankan. Acara-acara televisi hari ini benar-benar membosankan. Oh?
            “Aku tidak pernah tahu ulang tahun Justin kapan. Well, kapan ulang tahunnya?” tanyaku menoleh padanya. Tapi ia tidak balik menoleh padaku, matanya terus melihat pada layar televisi. Aku tahu, sebenarnya ia tidak menyimak acara televisi ini dari tadi.
            “Dua hari ke depan,” jawabnya dengan singkat. Aku menganggukan kepalaku, mengerti. Berarti hari Jumat, tepat saat ia akan berlomba. Yeah, aku sudah tinggal di rumah Justin lima hari. Sekarang hari Rabu. Kemudian aku berpikir. Hadiah apa yang akan kuberikan pada Justin? Seks terbaik? Tidak mungkin! Aku tidak tahu apa yang harus kuberikan pada Justin. Mungkin kue ulang tahun dariku, Logan dan Lyle? Mungkin. Aku bukanlah gadis yang pintar membuat kejutan pada seseorang. Yah, aku bisa bilang diriku adalah seorang penghancur kejutan. Karena aku begitu polos untuk memberi kejutan. Maksudku, aku telah memberitahu orang yang akan ulang tahun bahwa aku dan yang lain akan memberikannya kejutan. Dan yeah, semua orang marahku. Itu terjadi pada ulang tahun ayahku. Cukup menyedihkan.
            “Kau ingin kita memberikannya kejutan?”
            “Well, yeah. Jika kau mau. Kau tahu, kau adalah kekasihnya,” ujar Logan membalasku dan bangkit dari sofa. “Justin menyukai kue cokelat. Tapi sudah beberapa bulan ini ia tidak memakan kue cokelat. Mungkin melihatmu yang begitu manis membuatnya kekenyangan,” lanjut Logan menggodaku. Aku terkekeh pelan, ia melangkah menuju dapur.
            “Mungkin. Apa Lucy boleh ikut mengadakan kejutan ini? Kurasa ini akan sempurna jika ia juga ikut datang,”
            “Tidak, Kate. Jangan. Kau tahu seberapa Justin membenci Lucy sekarang,” Logan menggelengkan kepalanya. Tangannya melayang pada pegangan pintu kulkas lalu menariknya. “Aku akan mengajak Lyle untuk memesan kue ulang tahunnya. Biar aku dan Lyle yang bayar tapi kau yang harus mengambilnya saat hari ulang tahun Justin,”     
            “Kurasa aku harus tidak ada di rumah apartemen Justin selama dua hari ini. Kau tahu, kejutan!” aku mengangkat kedua bahuku pada Logan dan memberikan senyum konyol padanya. Tiba-tiba saja Logan yang ingin menuangkan jus jeruk pada gelas mendongakan kepalanya, menatapku dengan senyum yang benar-benar sumringah. Matanya tiba-tiba cerah. Seolah-olah wajahnya yang awalnya muram, secara perlahan-lahan diisi oleh kegembiraan yang tak dapat ia tamping. Kakinya melangkah dengan cepat ke arahku dan duduk di sebelahku.
            “Kau jenius! Benar. Benar sekali. Oh astaga, ini benar-benar sempurna. Kau harus pergi malam ini ke rumah orang tuamu dan menginap dua hari di sana. Jangan bicara pada Justin besok di kampus. Intinya, Kate, pura-puralah untuk menjauhinya, kau mengerti?”
            “Tapi bagaimana jika ia marah?”
            “Karena itulah kita namakan kejutan, gadis polos milik Bieber Biker!” ia mengacak-acak rambutku dengan asal. Kuanggukan kepalaku. Baiklah, aku akan pergi ke rumah orang tuaku, menginap di rumah mereka selama dua hari, lalu memberi kejutan pada kekasihku. Oh kuharap itu akan berhasil.

***

*Author POV*

            Justin berbohong pada Kate kalau ia pergi ke rumah orang tuanya. Tidak, ia tidak melakukan itu. Tapi ia pergi ke pembuatan tattoo langganannya yang cukup jauh dari apartemennya. Ia baru saja mentatokan sepanjang lengannya dengan tulisan Belongs to Kate dalam tulisan Prancis. Ia tahu cinta mereka akan permanen. Ia tidak akan pernah meninggalkan Kate sampai kapan pun. Cintanya sudah terkunci pada Kate. Ia ingin memberitahu pada Kate seberapa cintanya ia terhadap Kate. Tatto itu permanen dan tentunya tidak akan pernah pudar. Sama seperti cintanya dengan Kate.
            Ia menghentikan motornya dan memarkirkannya di depan gedung apartemennya. Melepaskan helmnya dengan penuh semangat. Justin benar-benar tak sabar untuk memamerkan tattoo yang baru saja ia buat itu pada Kate. Ia berpikir, siapa tahu, kekasihnya ingin mentatto tubuhnya juga dengan nama Justin di lengannya. Atau paling tidak di punggungnya.
            Kakinya melangkah dengan cepat melewati anak tangga yang begitu banyak. Senyum menawannya tak henti-hentinya menghias wajah tampannya. Kemudian ia berhenti melangkah. Tepat di depan pintu apartemennya, lalu dengan pelan ia membuka pintunya.
            “Kate?” panggilnya dengan suara yang pelan. Tapi hening. Tak ada respon dari dalam apartemennya. “Kate, aku pulang,” kali ini suaranya normal. Tangan kanannya menutup pintu dan matanya melihat ke sekeliling ruang utama apartemennya. Televisi tak menyala. Wajah Justin tiba-tiba saja panik.
            “Kate!” teriaknya melangkah dengan cepat menuju kamarnya lalu membuka pintunya. Tidak ada. Tidak ada Kate di kamarnya. Tiba-tiba ketakutan menghampirinya. Astaga, di mana Kate? Pikirnya penuh dengan ketakutan. Raut wajahnya tiba-tiba saja berubah menjadi raut wajah khawatir layaknya ayah yang mengkhawatirkan anaknya.
            “Logan!” teriak Justin keluar dari kamarnya dan melangkah menuju kamar Logan lalu membuka pintu kamar Logan dengan kasar. “Shit! Logan!” teriak Justin melihat Logan yang sedang bersantai di atas tempat tidurnya dengan headset melingkar di kepalanya, Logan mendengarkan lagu.
            Tiba-tiba saja Logan mendongak dan melepaskan headsetnya.
            “Ada apa Justin?” tanya Logan bangki dari tempat tidur dan duduk di sisinya.
            “Sial kau. Di mana Kate?” tanya Justin dengan nada suara yang benar-benar panik.
            “Aku tidak tahu,”
            “Apa maksudmu kau tidak tahu sialan?” bentak Justin benar-benar marah, kali ini. Mata Logan melebar dan ia menggelengkan kepalanya, lagi. Berusaha untuk bersabar dengan tingkah Justin yang memang selalu berlebihan jika Kate tak ada di rumah. Padahal pada akhirnya pun Kate akan kembali di rumah. Tapi kali ini, Kate pergi dari rumah Justin dengan sengaja dan Logan tahu, Justin tidak mungkin pergi ke rumah orang tua Kate. Yeah, Justin tidak tahu di mana keberadaan rumah Kate. Hanya Lucy yang mengetahui keberadaan rumah orang tua Kate.
            Amarah Justin benar-benar meluap. Seluruh otot tubuhnya menegang, ingin meninju seseorang sekarang. Bagaimana mungkin sahabatnya sendirit tak tahu keberadaan Kate sedangkan saat Justin meninggalkan mereka berdua di rumah? Marah, Justin melangkah cepat pada Logan yang terduduk santai di atas tempat tidur lalu menarik kerah bajunya.
            “Di mana dia sialan?” tanya Justin menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Logan sudah terbiasa dengan ucapan-ucapan Justin yang seperti ini. Jantungnya tak berdetak kencang, ia santai. Relaks lebih tepatnya. Ini hanya dua hari Justin, gumam Logan dalam hati.
            “Baiklah, tapi lepaskan aku terlebih dahulu,” ujar Logan. Dengan kasar Justin melepaskan kerah kaos yang Logan pakai.
            “Di mana dia?” tanya Justin.
            “Ia bilang ia hanya ingin keluar apartemen sebentar. Pasti nanti dia pulang. Tenanglah Justin,” usul Logan dengan santai dan mengambil headset-nya kembali, ingin memasang pada telinganya lagi. Acuh, Justin menggumamkan kata kotor dan beranjak keluar dari kamar Logan dan membanting pintu kamar Logan. Setidaknya Kate hanya pergi keluar dan pasti ia akan kembali, ujar Justin dalam hati. Ia mulai mengatur nafasnya dan melangkah menuju sofa lalu duduk di sana.
            “Tatto yang bagus Justin!” teriak Logan dari dalam kamar yang ternyata sadar akan perubahan dari lengan Justin. Justin mengabaikannya dan merogoh kantong celananya, mengambil ponsel yang ia simpan di sana. Menyalakan ponselnya, ia mencari nomor telepon Kate yang ia simpan sejak lama. Mungkin Kate bisa memberitahu di mana ia sekarang dan Justin dapat menjemputnya.
            Didekatkannya ponsel itu pada telinga Justin dan ia menunggu jawaban dari Kate. Ia menunggu, menunggu, menunggu jawaban dari Kate. Tapi tidak ada jawaban dari Kate. Justin mengulang menghubungi Kate terus menerus. Tapi tetap saja hasilnya sama. Tak ada jawaban dari Kate. Untuk yang kesekian kalinya, ia menaruh ponsel itu ke telinganya dan menunggu jawaban dari Kate. Jantungnya berdegup dengan kencang. Bagaimana jika Kate sedang disekap oleh seorang penjahat? Bagaimana jika ia akan diperkosa oleh seseorang? Pikiran-pikiran negatif mulai menjatuhi pikiran Justin dan akhirnya Justin berdiri dari sofa.
            Mungkin Lucy tahu keberadaan Kate. Justin melangkah keluar dari apartemennya dan mengetuk pintu apartemen Kate yang bersebelahan dengan apartemennya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka dan Lucy menatap Justin dengan tatapan bingung.
            “Ada apa Justin?” tanya Lucy.
            “Di mana Kate?” tanya Justin berusaha untuk melihat wajah gadis yang pernah ia tiduri ini. Yang menuntutnya untuk menerimanya sebagai kekasihnya. Orang yang selalu berusaha untuk memisahkan dirinya dengan Kate.
            “Aku tidak tahu,”
            “Astaga, kau adalah sahabatnya! Bagaimana kau tidak bisa tahu?” tanya Justin mulai muak akan jawaban-jawaban yang tidak memuaskannya. Ia benar-benar butuh dan harus tahu di mana keberadaan Kate sekarang. Kekhawatirannya sekarang telah melampaui batas kepalanya, ia harus keluar dari gedung apartemen dan mencarinya. Tapi kemana? Kate tidak suka pergi dari rumah.
            “Di mana Lyle?” tanya Justin. Tak sama sekali Justin berpikir kalau Kate pergi ke rumah orang tuanya.
            “Dia sedang pergi keluar,”
            “Apa mereka pergi bersama?”
            “Tidak, aku tidak tahu. Mungkin,” ujar Lucy terdengar memanas-manasi Justin. Tapi Justin tidak memikirkan bahwa Kate akan pergi bersama Lyle malam-malam seperti ini dan Kate tidak memberitahunya. Pasti mereka tidak pergi bersama-sama. Tapi jika Kate bersama Lyle, berarti Kate dalam keadaan aman.
            “Beritahu Lyle jika ia pulang, aku mencarinya,” ujar Justin meninggalkan Kate dan turun melewati tangga. Ia ingin pergi keluar. Mungkin Kate pergi ke restoran. Oh, sial! Justin baru ingat, Lyle bekerja malam ini di restoran orang tua Kate. Orang tua Kate! Mata Justin langsung membulat dan mempercepat langkahannya.
            Phill tahu di mana rumah orang tua Kate. Pasti.
---

*Justin Bieber POV*

            Demi Tuhan! Di mana Kate? Aku ingin sekali meninju seseorang tapi aku tidak tahu siapa yang harus kupukul. Lyle tidak tahu di mana Kate dan Phill tidak ingin memberitahu di mana rumah orang tua Kate. Aku bahkan tidak pernah bertanya di mana rumah Mr. Whitmore. Sial, dosen itu pasti mengira aku telah menyakiti puterinya. Aku sangat ingat apa yang ia katakan tentang jika aku menyakiti puterinya, aku akan dibunuh dengan pistolnya. Tapi tidak. Aku tidak akan pernah menyakiti Kate untuk yang kedua kalinya. Ditinggal pergi olehnya rasanya ia membawa nafasku pergi.
            Kututup pintu apartemenku, kuharap malam ini Kate akan segera pulang.  Berjalan dengan lesu menuju sofa aku melepaskan kaos hitam yang kupakai. Siapa tahu Kate akan pulang, kita bisa langsung bermain di dalam kamar. Kemarin malam ia benar-benar luar biasa hebat. Ia gadis pertama yang membuatku tak bosan melakukan hubungan badan dengannya. Tentu saja. Itu bukan berdasarkan nafsu semata, aku melakukan hubungan badan dengannya dengan penuh cinta.
            Kusandarkan tubuhku pada sofa dan memejamkan mataku. Mungkin jika aku tidur sebentar, Kate akan muncul.

***

*Kate Whitmore POV*

            Kakiku melangkah dengan penuh semangat menuju mobil ayahku. Oh, pagi ini benar-benar indah. Besok adalah ulang tahun dari kekasihku. Hari ini aku tidak akan masuk kuliah. Pfft! Tentu saja. Karena hari ini tidak ada kelas yang harus kumasuki. Tapi pagi ini aku harus pergi bekerja. Dan Justin tentu saja ada di dalam sana. Di restoran. Aku akan mengabaikannya di restoran nanti. Ia tidak akan membuat keributan di sana. Phill mungkin akan memarahinya.
            “Dad, Justin besok akan ulang tahun,” ujarku memberitahu ayahku saat aku sudah terduduk di depan mobil, bersebelahan dengannya. Ibuku benar-benar pintar membuat kopi untuk ayahku sehingga pagi ini ayahku tampak bersemangat dari pada biasanya. Well, biasanya ibuku membuatkan teh pagi untuk ayahku.
            “Benarkah?”
            “Yeah, aku ingin memberinya kejutan,” gumamku malu-malu pada ayahku. Ayahku tertawa lepas dan mulai mengendarai mobilnya, masuk ke dalam jalan raya. Sudah kuduga pasti ayahku akan tertawa.
            “Lalu kau akan bilang ‘Justin, aku akan memberikanmu kejutan dengan yang lainnya malam ini’,” ejek ayahku. Sontak aku memukul pelan lengan ayahku dan tertawa. Sial! Ayahku memang senang sekali bercanda padaku. Well, dia adalah ayah terbaik di dunia untukku.
            “Tidak dad, aku menginap di rumah kalian karena aku ingin menjauhi Justin untuk sesaat. Tadi malam aku tidak mengangkat telepon darinya,”
            “Well, anak daddy ternyata sudah besar dan tahu bagaimana caranya mengerjai seseorang,”
            “Aku takut jika ia marah karena ini,” bisikku menundukan kepala.
            “Dan well, mengapa bisa begitu?” tanya ayahku dengan nada bicara ayah pada umumnya.
            “Yeah, dia mudah sekali marah jika aku tidak ada di apartemen. Tapi itu karena dia khawatir karenaku,” jelasku. Kuharap ayahku tak salah tangkap.
            “Jika begitu berarti dia benar-benar mencintaimu. Dad juga seperti itu jika ada sesuatu yang terjadi dengan kau dan juga ibumu. Mengerti? Aku mencintaimu,” ujar ayahku dan aku mendongak. Menganggukan kepalaku mengerti. Sejak dulu aku tidak pernah malu untuk mengatakan aku mencintai ayahku. Entahlah, dulu sewaktu aku masih tinggal di New York, ayahku menghubungiku dan aku tidak pernah tidak mengatakan bahwa aku mencintainya. Jika aku tidak mengatakan itu, mungkin itu karena aku tidak berada dalam suasana hati yang baik.
            Aku tidak membalas perkataan ayahku lagi. Ia mungkin benar. Justin sangat mencintaiku. Tapi aku harus benar-benar bisa menjauh dari Justin. Oh kumohon agar aku tidak iba pada Justin.
            Tak terasa, mobil ayahku sudah berhenti di depan restorannya. Aku mencium pipi ayahku lalu bibirnya dengan singkat –sejak kecil aku memang selalu mencium bibir ayah dan ibuku—kemudian keluar dari mobilnya.
            “Semoga harimu menyenangkan, sayang!” teriak ayahku. Aku menganggukan kepalaku, menutup pintu mobilnya. Hatiku berdegup dengan kencang saat aku membalikan tubuhku, menatap pada pintu restoran yang belum terbuka. Ini masih sangat pagi. Kubuka pintu restoran dan meliha ke sekeliling. Phill sudah berada di dapurnya –aku bisa mendengar suara bising dari dapur—dan teman-teman yang lain. Termasuk Lyle. Aku memberikan senyum penuh arti pada Lyle yang sedang membersihkan meja makan. Sudah satu bulan ini Lyle memilih bekerja di pagi hari.
            “Bagaimana ia tadi malam?” tanyaku pada Lyle. Lyle menggelengkan kepalanya dan bersiul.
            “Fiuh! Kau tidak tahu seberapa marahnya pada Logan, tengah malam ia berteriak-teriak pada Logan dan Lucy bahkan ia hampir memukulku juga. Aku ingin sekali tertawa, tapi aku menahannya,” ujar Lyle yang benar-benar cerewet. Dan itu lucu.
            “Oh yeah! Kita berhasil!”
            “High five yow, New York girl!” seru Lyle dengan penuh rasa kegembiraan dan aku menepuk tangannya dengan tangaku.
            “Kue-nya harus kau ambil sore besok di Island Bakery, aku akan memberitahu jalannya. Aku sangat senang karena Justin memiliki kekasih yang benar-benar pintar untuk menahan diri mengerjai kekasihnya sendiri,”
            “Oh well, aku melakukan ini untuk yang pertama kalinya. Sebenarnya,”
            “Ya? Berarti ini akan menjadi pengalaman pertama yang menyenangkan. Justin bilang, banyak sekali pengalaman pertama yang terjadi di Atlanta. Aku penasaran, apa yang terjadi denganmu di New York?” tanya Lyle sambil mengelap meja yang lain, menatapku dengan heran. Aku mengangkat kedua bahuku dan tertawa.
            “Ibuku overprotectif karena tidak ada ayahku di New York sehingga ..kau tahulah, pergaulanku tak bebas seperti sekarang. Dan yang kubingungkan adalah, kita sudah 6 bulan dan kau tidak tahu tentang itu dari Justin?” aku balik bertanya. Lyle hanya menganggukan kepalanya dan tertawa.
            “Justin tidak ingin aku bertanya banyak tentangmu. Lebih baik menahan diri dari pada aku harus membangkitkan amarahnya,” ujar Lyle mengangkat kedua bahunya. Aku tertawa.

***

*Author POV*

            Malam ini adalah malam ulang tahun Justin. Justin pulang ke apartemen dengan keadaan yang mabuk. Ia berjalan dengan sempoyongan melewati tangga dan menggumamkan kata-kata kotor tentang Kate. Yang Justin tahu sekarang adalah Kate pasti tidak ada di apartemennya. Dan sialnya, tak ada satu orangpun yang ingin memberitahu di mana keberadaan Kate. Itu benar-benar membuat Justin stress dan frustrasi. Sedangkan Lyle dan Logan benar-benar merasa jantungan di dalam apartemen. Bagaimana mungkin lilin yang diberikan oleh toko kue mereka itu salah? Justin berumur 22 tahun tapi yang diberikan oleh toko kue adalah angka 19 tahun. Sungguh salah, bahkan sangat jauh. Sehingga Kate harus pergi mencari lilin di luar sekarang. Kue ulang tahun Justin disimpan di dalam kulkas dan berharap Justin tidak akan pulang sebelum Kate. Tapi mereka salah besar.
            Justin membuka pintu apartemennya dan tertawa-tawa layaknya orang sinting.
            “Di mana Kate?!” teriaknya dengan kaki yang goyah. Lyle dan Logan yang berada di dalam dapur langsung terkesiap. Lyle berjalan keluar dari dapur dan melihat keadaan Justin yang mabuk. Ini benar-benar sempurna, pikir Lyle.
            “Mungkin kau harus mencari Kate di apartemennya,” ujar Lyle memanfaatkan keadaan Justin. Tapi Lyle bodoh. Ia mengambil langkah yang salah. Mata Justin melebar dan sedikit kesadarannya mengalihkannya, ia menganggukan kepalanya dan berjalan keluar dari apartemen dengan keadaan yang masih sempoyongan. Ia mendobrak pintu apartemen Kate tanpa mengetuk pintu, kebetulan sekali pintu apartemen Kate tak terkunci.
            “Justin?” kejut Lucy saat ia sedang asyik-asyiknya menonton televisi.
            “Kate?” senyum Justin melangkahkan kakinya pada Lucy. Bayang-bayang Kate sekarang berada pada Lucy dalam mata Justin. Dengan cepat Justin menutup pintu apartemen Kate. “Kaukah itu?” tanya Justin dengan penuh rasa syukur.
            Sedangkan di luar sana. Kate berjalan dengan terburu-buru setelah ia mencari lilin untuk Justin. Kakinya yang kecil berlari menuju gedung apartemen, melewati tangga dan berhenti di depan pintu apartemen Justin. Senyum kecilnya terlihat saat ia melihat Lyle dan Logan yang telah mengeluarkan kue ulang tahun Justin. Dengan semangat, Kate berjalan ke arah mereka dan memasangkan lilin yang baru saja ia beli.
            “Di mana dia?”
            “Di apartemenmu, mari kita susul dia,” ujar Lyle dengan semangat dan menyalakan lilinnya dengan korek api. Lalu, mereka bertiga, bersama-sama melangkahkan kaki mereka menuju apartemen Kate. Kate berjalan paling depan dan pelan-pelan ia membuka pintu apartemennya. Kemudian, matanya melebar.
            “Happy –“
            “Justin?” ia terperangah.
***

*Kate Whitmore POV*

            “Justin?” aku terperangah melihat apa yang sedang terjadi. Lelaki yang kucintai sedang dikangkangi oleh sahabatku sendiri dan berciuman begitu panas. Suara Lyle yang di belakangku melemah seiring berjalannya waktu yang begitu cepat. Mataku melebar, air mataku mengumpul dengan refleks. Lama dapat mendeteksi suaraku, Justin langsung mendorong tubuh Lucy yang berada di atas pangkuannya. Keadaannya benar-benar buruk. Ini bukan seperti yang kuharap. Kaos yang Lucy pakai tersingkap, aku bisa melihat wajah Lucy yang terkejut akan kedatanganku. Rambutnya acak-acak karena Justin meremasnya. Seharusnya tangan itu meremas rambutku saat Justin menciumku.
            “Kate?” aku bisa mencium aroma rokok dan alkohol dari sini. Justin mabuk. Kesadaran Justin pulih, kurasa begitu. Matanya melebar. Bersamaan dengan itu aku menangis.
            “Sial,” gumam Lyle dari belakang. Dapat kurasakan bau asap dari belakang, Lyle yang meniup lilin Justin. Lilin yang kubelikan untuknya. Lilin yang seharusnya sekarang ia tiup. Mataku tak berkedip, menatap Justin yang berjalan dengan perlahan ke arahku. Tangan ini gatal. Gatal ingin memukul Lucy yang ternyata masih mengharapkan Justin. Yang menikmati permainan dari Justin.
            “Kate? Maafkan aku,”
            “Berhenti di sana!” aku berteriak padanya. Ia menghentikan langkahannya.
            “Kate,” Lucy membantah dari belakang Justin. Suara itu benar-benar membuat telingaku ingin mengeluarkan darah. Kepalaku rasanya begitu pening melihat apa yang baru saja terjadi. Ulang tahun kekasihku, kejutan kedua yang ingin kuberikan sama gagalnya seperti yang dulu. Mengapa rasanya sulit sekali untuk memberikan kejutan kepada dua orang lelaki yang kucintai? Apa aku akan memberikan kepada mereka kejutan yang tak akan pernah mereka lupakan dalam hidupnya? Ya, mungkin suatu saat nanti.
            “Kate aku tidak pernah ...” Suara Justin menghilang begitu saja dari telingaku. Namun mataku melihat tepat pada matanya yang benar-benar penuh dengan penyesalan. Tapi rasa kecewaku terhadap dirinya tak dapat menutup kemungkinan aku harus meninggalkannya. Setelah apa yang kulakukan dengan Justin selama enam bulan ini. Akankah Tuhan yang telah merencanakan ini? Atau ini hanyalah kecelakaan semata? Aku tidak begitu yakin. Justin telah berjanji padaku. Ia telah berjanji untuk tidak pernah mencium gadis lain selain diriku. Aku memegang janjinya karena aku percaya padanya. Karena setelah apa yang ia lakukan padaku. Ia mencoba untuk tidak merokok dan meminum alkohol. Namun mengapa lelaki tak sabaran ini tak dapat mengendalikan emosinya? Aku merasa begitu gagal karena tak dapat mengubahnya menjadi lelaki yang lebih baik. Aku mencintainya apa adanya, tapi tak dengan kebiasaan buruknya. Tapi ini. Ini yang ia lakukan di hari ulang tahunnya. Mencium sahabatku sendiri yang ternyata …sial! Aku sekarang benar-benar membenci Lucy. Apa pun alasan yang akan ia berikan padaku, aku tidak akan pernah percaya. Selama 6 bulan ini ia telah berbohong padaku tentang perasaannya terhadap Justin. Mengapa rasanya aku begitu bodoh sekarang? Aku memang bodoh.
            Terlarut dalam pikiran dan tangisanku, aku tersadar. Mataku kembali pada Justin yang sudah berada di antara jarak 2 langkah dariku.
            “Aku benar-benar tak percaya apa yang telah kaulakukan Justin,” ujar Lyle dari belakang. “Tapi ini? Ini benar-benar omong kosong!” teriak Lyle di bagian akhir kalimatnya dan melempar kue ulang tahun ke lantai. Lyle menyingkirkanku dan menarik kaos hitam yang Justin pakai.
            “Lyle!” aku berteriak padanya dan mencoba menahannya. Tapi gerakanku begitu lambat, Lyle telah melayangkan pukulan keras pada Justin hingga Justin tersungkur. Saat Lyle ingin menarik kembali kaos hitam Justin, aku langsung menahannya.
            “Memukulnya tak akan menyelesaikan masalah!” aku berteriak pada Lyle.
            “Aku tidak akan pernah membiarkanmu disakiti oleh sahabatku sendiri. Setelah apa yang kau perbuat ..” suara Lyle melemah, seperti hendak menangis. Ia tak berani menatapku, namun matanya penuh dengan api amarah menatap Justin. “Setelah apa yang kauperbuat padanya. Setelah kau membuatnya berubah menjadi lelaki yang lebih baik, aku benar-benar bersyukur akan kedatanganmu dalam kehidupannya. Tapi lelaki bajingan tolol ini!” teriak Lyle menekankan kata-kata terakhirnya, “Ia telah menyakitimu! Aku benci kau juga pelacur sialan!” teriak Lyle ingin melangkah ke arah Lucy, namun Logan dari belakang langsung menahan Lyle.
            “Kate, apa pun yang telah kaulihat, itu benar-benar di luar kendaliku,” ujar Justin bangkit dari lantai. Sudut bibirnya berdarah. Oh Tuhan. Aku memejamkan mataku. Bayang-bayang ia berciuman dengan Lucy membuat hatiku tertusuk olehnya. Kemudian aku membuka mataku kembali. Menatap pada lengannya yang ..mengapa ia melakukan ini padaku? Sebenarnya, apa yang ia mainkan padaku? Belongs to Kate. Aku tidak tahu apa dia benar-benar milikku sekarang atau tidak setelah apa yang ia lakukan. Berciuman panas dengan sahabatku sendiri.
            “Aku tidak tahu ini adalah pengkhianatan dari dua belah pihak atau kecelakaan semata. Tapi hanya Tuhan yang tahu bagamaina perasaanku sekarang,”
            “Kate, kumohon jangan tinggalkan aku,”
            “Setelah apa yang kau perbuat?”
            “Kau tak ada di sisiku, Kate. Aku lumpuh tanpamu,” aku tak percaya dengan omong kosongnya. Mengapa ia tak bisa membedakan diriku dengan Lucy? Sekarang aku benar-benar ingin meneriaki Lucy adalah seorang pelacur! Aku bukan pelacur seperti Lucy. Apa Justin buta warna? Atau apa?
            “Kau pelacur!” aku berteriak pada Lucy. “Keluar dari apartemenku! Aku tidak akan pernah tinggal di sini lagi!” aku berteriak dan air mataku semakin mengalir dengan deras. Mata Lucy melebar, namun ia tidak mengatakan apa-apa.
            “Aku ingin pulang,” bisikku pada Lyle.
            “Tidak, Kate. Ya Tuhan, Kate, kumohon jangan tinggalkan aku,” Justin memohon padaku dan menyentuh tanganku. Air mataku semakin mengalir, tangannya benar-benar dingin sekarang.
            “Aku ..aku tidak tahu apa aku bisa memaafkanmu Justin. Aku hanya ingin pulang,” bisikku dengan getir, tak melihat Justin. Karena sekarang aku tidak dapat melihat Justin tepat di matanya, setelah melihatnya berciuman dengan Lucy dan begitu, itu rasanya tidak benar. Pegangan tangan Justin terhadap lenganku semakin mengencang.
            “Lepaskan dia Justin,” tukas Logan yang masih memegang Lyle.
            “Bagaimana bisa aku melepaskannya? Aku tidak akan pernah melepaskannya, ia adalah segalanya,”
            “Bajingan! Lepaskan dia!” teriak Lyle memberontak dari bawah pegangan Logan dan memukul tangan Justin yang memegang tanganku. Sontak aku mengerang pelan karena bahuku rasanya seperti terpukul juga. Logan memegang tanganku karena aku hampir terjatuh.
            “Aku akan mengantarkanmu pulang,” ujar Logan memegang kedua bahuku dengan suara yang benar-benar lembut. Aku menganggukan kepalaku dan meninggalkan Justin yang berada di bawah tahanan Lyle.

            Aku tidak tahu sampai kapan ini akan berlangsung, aku ingin secepatnya ini berakhir.

2 komentar:

  1. aaaaaaaaaaaaa justin! gila! parah lo! ciuman panas sama lucy? gilaaaaaaaa bener-bener gila! lucy, sumpah ya dari awal gue benci banget sama tuh cewe. uuuuuuh dasar slut! kasian kan kate nya. udah bikin surprise sampe segitunya. ah nyesek bacanya.

    BalasHapus
  2. Udah 1 hr tamat membaca cerita beiber biker ini (sampai bab 9), tp rasanya membekas banget. Nyesek bnget pas akhirnya cinta mereka ga bersatu. Semua krn surprise utk ultah justun. Andaikan ga ada rencana kejutan apapun... 😭

    BalasHapus