***
Justin
memegang tanganku sepanjang kami melewati hutan seberang. Hutannya, hutan
Kerajaan Kidrauhl. Entah ia akan membawa kami kemana, yang jelas aku telah
memberitahu padanya untuk tidak berburu manusia. Karena aku tidak ingin
menggigit leher manusia, aku tidak terbiasa. Justin tidak banyak bicara, ia
hanya bernafas dan berjalan. Sungguh membosankan. Ia memberikanku sejenis sunblock padaku agar aku tidak cepat
terbakar oleh panas matahari. Itu adalah pemikiran yang cerdas menurutku. Well,
ia mengajakku keluar jam 3 sore, jadi aku tentu tidak akan cepat terbakar
karena matahari tidak berada di atas langit. Kami berjalan, layaknya seorang
manusia.
Menurutku,
Justin beruntung karena ia tidak perlu memakai lensa kontak mata sepertiku. Ia
memiliki warna mata seperti warna mata manusia. Mungkin hanya pupil matanya
yang tidak berbentuk bulat sempurna seperti manusia. Matanya terlihat lebih
seperti mata kucing. Oh, harimau menurutku. Benar apa yang dikatakan Louis
padaku kemarin, hutan di sini terlihat lebih menyegarkan dibanding hutanku.
Tidak banyak dedaunan yang gugur dari tangkainya.
“Apa
saja yang kauketahui tentang Kerajaan Kidrauhl?” Justin bertanya, akhirnya.
Suaranya enak didengar, tapi ia tidak ingin memperdengarkan suaranya untukku.
Aku mengangkat kedua bahuku. Ibuku tidak menjawab pertanyaanku tentang Kerajaan
Kidrauhl. Ia pergi dari hadapanku, keluar dan mencari kesibukan. Ia bahkan
tidak tahu kalau sekarang aku berada di sini.
“Vampire
yang memunculkan Kerajaan Kidrauhl? Vampire pertama di Kerajaan Kidrauhl? Tidak
banyak yang kuketahui. Tapi, kakakmu bilang daerah hutanmu berbahaya. Apa itu
ada hubungannya dengan Kerajaan Kidrauhl-mu?” aku bertanya sambil mataku
menatap pada tanganku yang digenggam erat olehnya. Kudengar ia terkesiap lalu
mengembuskan nafasnya tenang.
“Tidak.
Tidak ada,” gumam Justin. “Di sini banyak manusia yang berkeliaran karena hutan
ini tidak memiliki tanda peringatan seperti tanda peringatan yang ada di depan
hutanmu itu. Tapi dengan banyaknya manusia bodoh itu masuk ke sini, aku semakin
memiliki makanan yang lezat,” jelasnya. Justin tidak sedingin yang kukira. Atau
mungkin ia berpikir karena kita baru saja bertemu? Kita belum mengenal satu
sama lain. Aku hanya tahu dia adalah Justin Samuel Bieber, 100 tahun dan dia
dari Kerajaan Kidrauhl.
“Apa
kau adalah anak Raja?”
“Ya,”
ia menjawabnya dengan singkat. “Tapi aku tidak sempat untuk melihat Ayah atau
Ibuku,”
“Maafkan
aku tentang itu,” gumamku menundukan kepala. Chantal bodoh! Aku mengutuki
diriku sendiri. Lalu kudengar Justin terkekeh pelan dan kembali mengembuskan
nafasnya. Aku mendongak.
“Tidak
apa-apa. Aku sudah terbiasa, di sana,” jari telunjuknya menunjuk pada sebuah
rumah kayu yang cukup besar. Dari luar aku dapat melihat lampu kerlap-kerlip
dari dalam. Dan suara teriakan-teriakan kesenangan dari dalam sana. Apa itu
adalah bar? Louis pernah menceritakan padaku tentang Bar milik manusia. Dia
bilang, minumannya tidak sama sekali enak. Apa vampire juga memiliki bar
khusus? Oh, inilah akibatnya aku tidak keluar dari kastil selama 80 tahun. Berkutat
dengan Fluppy, anjing vampire-ku, lalu berlatih bela diri. Ibu memberitahu
padaku bahwa sebentar lagi akan ada bahaya yang menyerangku. Dan aku sendiri
yang harus memperjuangkan kehidupanku. Hebat bukan?
Kami
telah menginjakkan kaki di atas rumah kayu itu lalu Justin membukakan pintunya
dengan cepat. Musik yang tadinya terputar di dalam tiba-tiba saja berhenti saat
Justin masuk ke dalam bersama denganku.
“Pangeran
datang!” teriak salah seorang di dalam rumah ini. Lagunya kembali terputar dan
salah satu vampire seksi menghampiri kami dengan sisa darah di sudut bibirnya.
Ia tersenyum manis pada Justin. Vampire itu cantik, hanya saja dia pucat dan
..lebih terlihat seperti mayat. Aku tidak menyukainya.
“Lewat
sini,” gumamnya mempersilahkan kami masuk lebih dalam lagi. Begitu banyak tubuh
vampire yang berliuk-liuk menari bagaikan lintah yang diberi garam, di lantai
dansa. Ini sederhana, tapi bagiku ini mewah. Pelayan itu membawa kami ke sebuah
sofa berbentuk bulan sabit berwarna merah. Justin menarik tanganku lalu
mempersilahkanku masuk lebih dulu ke dalam. Aku duduk dan merasakan ..sofa yang
empuk.
“Satu
botol darah perawan, tolong?” pesan Justin menunjukkan satu jarinya. Si vampire
seksi bagaikan mayat itu menganggukan kepalanya, memberikan kedipan genit pada
Justin lalu ia berlalu pergi. Ish, dia tidak tahu malu. Memangnya aku terlihat
seperti lelaki sekarang? Sudah jelas-jelas Justin sedang berjalan bersama
dengan seorang gadis. Justin duduk di sebelahku lalu tersenyum.
“Jadi,
apa kesukaanmu dan apa yang tidak kausukai?” Justin bertanya, kali ini
senyumnya lebih lebar. Manusia apa yang sedang merasukinya? Ini sungguh
menyeramkan.
“Aku
suka berjalan-jalan. Kau tahulah, berpetualang. Dan aku tidak suka yang namanya
rahasia,” ujarku menempatkan kedua tanganku di atas sofa. Mataku melihat pada
vampire-vampire yang menari. Lalu, ke sudut tempat ini, dua vampire sedang
bercumbu ala vampire. Mencium-cium leher satu sama lain. Apa tidak ada
pemandangan yang lebih menjijikan dibanding itu?
“Sebotol
darah perawan dengan dua gelas kecil. Selamat menikmati,” seru pelayan tadi
kembali dengan sebotol ..darah perawan dengan dua gelas kecil yang ia taruh di
atas meja di hadapan kami lalu ia memutar tubuhnya, meninggalkan kami.
“Kau
belum pernah meminum darah manusia?”
“Tidak,
tidak sekalipun. Ibuku melarangnya, ingat?” tanyaku. “Aku juga sedikit takut
meminum darah manusia. Karena rasanya aku mengkhianati hubunganku dengan para
manusia di luar sana. Aku berteman dengan mereka, kau tahu,”
“Jadi,
kau bangga dengan itu?” tanyanya menuangkan darah perawan itu ke dalam gelas
kecil. Tapi hanya satu gelas yang ia tuangkan darah. Lalu ia meneguknya sampai
habis. “Kau ingin mencobanya?”
“Bukankah
itu alasan mengapa aku ikut denganmu?” Ia terkekeh dengan ucapanku lalu kembali
menuangkan darah perawan itu ke dalam gelas. Ia menarik pinggangku agar duduk
lebih dekat dengannya. Satu jarinya dari tangan yang lain mengangkat daguku
sehingga sekarang aku mendongak.
“Kau
tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan,” gumamnya meminum darah itu kembali
lalu ia menarik kepalaku dan bibir kami bersentuh. Mulutnya membuka mulutku
sehingga sekarang darah yang berada di mulutnya berpindah ke mulutku. Aku
meneguknya dengan tenang ..oh ya ampun, rasanya sungguh manis. Aku menyukainya.
Kurasakan darah itu mengalir dari sudut bibirku dan Justin dengan cekatan
menjilatnya hingga bersih. Ia memundurkan kepalanya ke belakang lalu tersenyum
puas padaku. Itu adalah ciuman pertama bagiku.
“Kau
menikmatinya?” tanyanya. Kuanggukan kepalaku, malu-malu. Permanusia! Tapi aku
memang menyukainya!
“Lagi?”
“Ya,
kumohon,” bisikku. Justin kembali menuangkan darah itu lalu tangannya yang lain
menarik rambut yang kuikat menjadi satu itu ke belakang. Kembali ia meminum
darah itu lalu membuka mulutku dengan mulutnya. Ia mendesah pelan, begitu juga
denganku. Lidahnya membelai lidahku, seakan-akan ia tidak ingin darah yang
telah berada di mulutku tertelan begitu saja. Dan kudengar dari sini ia meneguk
darah yang ia dapat dari mulutku. Ia tidak hanya diam di sana, sekarang ia
menarik pinggangku semakin dekat dengannya. Tangannya yang memegang gelas kecil
itu menaruh gelasnya ke atas meja langsung saja ia menangkup pipiku sehingga
mulut kami semakin menekan satu sama lain. Kurasakan gigi taringnya yang
menyentuh sudut bibirku.
Ia
menarik rambutku ke belakang, itu membuatku mendesah hebat. Entah ada sesuatu
yang melanda tubuhku, rasanya sangat asing. Namun aku sungguh menikmatinya. Aku
menginginkan lebih dari ini. Fokus, Chantal! Tidak ada hubungan intim! Teriakku
pada diriku sendiri. Saat aku bergumul dengan pikiranku, tiba-tiba saja Justin
memisahkan bibirnya dengan bibirku.
“Kau
pencium yang ulung,” pujinya. Oh, ya ampun.
“Ini
adalah ciuman pertamaku,” bisikku malu-malu. Ia menarik daguku ke atas lalu
kembali ia menjilat sudut bibirku yang menyisakan sedikit darah di sana.
“Aku
tahu. Aku bisa membaca pikiranmu, kautahu,”
“Oh,
wow. Itu berarti aku tidak boleh banyak berpikir jika sedang berada di
sebelahmu,”
“Kau
suka dengan darah manusia sekarang?” ia bertanya, mengalihkan topik
pembicaraan.
“Aku
suka caramu memberikan darah itu padaku,” godaku yang membuatnya tersenyum. Ya
ampun, senyum malu-malu dari Justin Samuel Bieber. Perutku seperti dipenuhi
oleh cacing-cacing sekarang.
“Jadi,
kau suka berpetualang? Kau ingin melihat dunia manusia yang sebenarnya denganku
besok? Kita bisa membolos,” ajak Justin padaku. Apa aku akan ikut berpetualang
dengannya? Aku kurang yakin. Mungkin? Ya, tentu saja.
“Aku
harus meminta izin pada Ibuku,” bisikku. Justin tertawa hingga kepalanya
terdongak ke belakang lalu ia kembali sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kau
sudah besar. Kau tidak membutuhkan Ibumu lagi. Kau yang pilih dan
menjalankannya,”
“Benarkah?
Kau bilang aku masih terlihat seperti anak kecil,”
“Tidak
sekarang, kau telah kucium. Artinya kau sudah besar, kau sudah dapat merasakan
bibir vampire tampan sepertiku. Ayolah, itu akan sangat menyenangkan,”
“Baiklah.”
Aku pasrah.
***
Justin
mengantarkanku sampai pada mulut hutan. Ia tidak ikut masuk ke dalam. Saat aku
ingin mendramatisir perpisahan kami, aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk
melihatnya, namun ia tidak tersenyum atau apa pun. Ia menatapku dengan tatapan
dingin, matanya menyala setelah matahari terbenam meninggalkan duniaku. Apa
yang Justin sembunyikan dariku? Apa dia dapat mendengarkan apa yang kupikirkan
tadi? Aku selalu bertanya-tanya setelah ia mengecup bibirku, apa yang ia
inginkan dariku? Kupikir ia kesal saat aku mencaritahu tentang Kerajaan
Kidrauhl. Setelah itu tiba-tiba saja ia menawarkanku untuk pergi ke sebuah bar.
Apa dia memang labil? Entahlah. Mungkin ia telah membaca pikiran kakaknya
sehingga dia tahu apa yang harus ia lakukan padaku. Aku bergidik setelah aku
baru saja masuk ke dalam kastil.
Wush!
Ibuku sekarang telah berada di hadapanku. Ia dengan pakaian berwarna hitam –ia
selalu berpakaian kuno—dan mahkota emas ditempatkan di kepalanya. Ia menatapku
tanpa ekspresi. Sekarang Ibuku sedang berada dalam mode Kristen Stewart. Yeah,
biasanya aku menonton televisi tentang manusia. Dan yah, memang, jika ada film
vampire, wujudku sungguh jelek dalam televisi. Tapi sekarang kita sedang berada
dalam zaman Zombie.
“Kau
dari mana saja? Louis dari tadi mencarimu, jangan bilang kau pergi ke hutan
seberang sana,” tanya Ibuku. Aku mengangkat kedua bahuku.
“Ibu
tahulah, aku hanya sekedar berjalan-jalan di sana. Tidak ada apa-apa,”
“Kau
baru saja meminum darah manusia! Darah siapa yang baru saja kau hisap? Apa kau
kehilangan kesadaranmu?”
“Ibu,
tenanglah. Aku diajak oleh seseorang untuk sedikit meneguk darah manusia. Aku
tidak menggigit siapa pun di sana. Sekarang, yang paling terpenting adalah aku
sudah berada di sini. Masih ada di hadapanmu dan aku merasa lebih baik daripada
biasanya,”
“Siapa?
Kau pergi dengan siapa?”
“Justin
Samuel Bieber?” jawabku dengan nada bertanya, matanya melotot. “Apa? Apa yang
salah? Ibu ingin bilang kalau dia berbahaya? Dia tidak berbahaya sama sekali
bagiku,” seruku melompat ke atas balkon. Ibu ikut terbang bersamaku lalu dia
telah berada di belakangku. Aku membuka pintu kamarku terlebih dahulu lalu
masuk ke dalam. Fluppy tampaknya lebih senang berada di dalam kamar padahal
sekarang sudah malam. Ia bisa bermain di luar sekarang.
“Kau
sungguh gila! Apa kau sadar dengan apa yang kaulakukan tadi? Ibu tak percaya kau
pergi bersama dengannya,”
“Aku
tentu saja tidak tahu apa yang kaupikirkan tentang apa yang kulakukan karena
aku tidak tahu apa pun tentang Kerajaan Kidrauhl! Ceritakan padaku agar
semuanya terlihat jelas bagiku,” ujarku membuka jaket hitam yang kupakai lalu
melemparkannya ke atas tempat tidur yang memiliki empat tiang dengan sprei
berwarna merah darah.
“Sebelum
Ibu menceritakannya. Apa yang kaulakukan dengannya?”
Kubalikkan
tubuhku untuk melihat Ibuku. “Aku hanya pergi ke bar, dia memesankan aku segelas
darah manusia lalu ia menciumku,”
“Kau
berciuman dengannya? Kau sungguh kehilangan kesadaranmu! Dia berbahaya!” seru
Ibuku. Ia berjalan bagaikan ia tidak memiliki kaki, melewati diriku lalu ia
mengitari sekitar kamarku. Biasanya, jika Ibuku sedang berkelakukan seperti
ini, ia sedang panik. Sebenarnya, apa alasannya panik seperti ini? Mengapa
Kerajaan Kidrauhl berbahaya? Bisa-bisa aku menjadi vampire gila yang akan
berubah menjadi zombie! Permanusia, aku benci keadaan ini!
“Sebenarnya,
apa yang membuatnya terlihat begitu berbahaya?”
Ibuku
menghentikan langkahannya tepat di depanku. Lalu ia mengembuskan nafasnya.
“Ayahmu mati di tangan Raja Kerajaan Kidrauhl! Apa itu sudah dapat menjawab
pertanyaanmu?” tanya Ibuku, berteriak –meski tak terdengar seperti berteriak
untuk ukuran sepertiku. Ibuku orang yang lemah-lembut. Ia tak sanggup untuk
berteriak. Nafasku tercekat sesaat. Sebisa mungkin aku mencari udara untuk
dapat kuhirup. Baiklah, secara teknis
Ibuku memang tidak berbohong. Ia menceritakan padaku bahwa dulu Ayah pernah
bertarung dengan Kerajaan lain. Namun ia tidak pernah menceritakan tentang
Kerajaan yang Ayah lawan.
Kakiku
melemas, aku terduduk di atas tempat tidur. “Aku ..mengapa kau tidak
menceritakannya sejak dulu?”
“Tapi,
Raja dan Ratu Kerajaan Kidrauhl mati setelah pertarungan itu, namun satu hal
yang pasti Chantal. Bukan Kerajaan Fourie yang membunuh Raja dan Ratu
Kidrauhl,”
“Lalu,
apa hubungannya dengan Justin? Dia baik-baik saja,”
“Kita
tidak pernah tahu Chantal apa yang akan ia lakukan padamu. Kau harus
berhati-hati. Bagaimana pun juga, Kerajaan kita pernah bertarung dengan
Kerajaan mereka. Ia memiliki pasukan yang lebih terlatih dan lebih banyak
dibanding pasukan kita sayang. Kau harus mengerti. Jauhi dia mulai dari
sekarang,” Ibuku menegaskan penuh dengan kelembutan.
“Apa
kau bisa menceritakan yang lebih spesifik? Aku masih tidak mengerti,” gumamku
menatap Fluppy yang berlari-lari lalu ia lari keluar dari kamarku. Aku masih
shock. Ayahku mati di tangan Raja Kidrauhl. Tarik nafasmu, Chantal! Oh, ciuman
tadi membuat hatiku sakit. Apa Justin memang menginginkan sesuatu dariku? Apa
dia tahu kalau aku adalah anak sulung dari Kerajaan Fourie? Bisa saja ia
membunuhku.
Ibuku
berjalan cepat pada mulut pintu menuju balkon. Ia menatap langit malam yang
dipenuhi bintang lalu ia menundukan kepalanya. Sekarang keheningan membentang
di antara kami dan hanya ada satu-satu jalan untuk menghancurkan keheningan
ini. Suara Ibu.
“Ayahmu,”
ia berbisik. “Ia berpikir bahwa Kerajaan Fourie tidak sekuat Kerajaan Kidrauhl.
Ia ingin memiliki kuasa yang lebih besar dalam dunia vampire. Sampai suatu
hari, ia memutuskan untuk merebut Kerajaan Kidrauhl. Ibu tidak bisa ikut
bertarung melawan pasukan Kerajaan Kidrauhl karena Ibu sedang mengandung
dirimu. Ibu tidak tahu apa yang terjadi di luar sana terhadap Ayahmu.
Satu-satunya yang tersisa dari pasukan Fourie datang memberi kabar padaku bahwa
Ayahmu mati terbunuh oleh Raja Kidrauhl. Tapi apa yang bisa Ibu katakan,
Chantal? Ibu hanya dapat termenung dan memikirkan apa yang akan terjadi dengan
diriku dan dirimu,”
Air
mataku mulai membendung. “Lalu para pasukan dari Kidrauhl datang. Ingin
memegang Kerajaan ini dari tanganku. Karena aku adalah Ratu Fourie. Ratu
Kidrauhl mendatangiku, ia mengernyitkan keningnya padaku dengan air mata yang
mengalir. Aku tak dapat melakukan apa pun karena aku begitu takut. Jika aku
terbunuh, maka aku tidak akan dapat melihat anak pertamaku. Tapi tidak, ia
menyuruhku untuk bersembunyi di kamar gelapku. Lalu ia keluar dan menghilang.
Saat aku keluar dari kamarku, aku melihat ..Raja dan Ratu Kidrauhl telah
terbunuh. Tapi, yang membunuhnya bukanlah salah satu pasukan dari Fourie,”
“Maafkan
aku,” bisikku. Aku akan membatalkan jadwal bolosku dengan Justin. Justin memang
berbahaya. Dan aku sakit hati karena Raja Kidrauhl telah membunuh Ayahku. Aku
menyeka hidungku. Sungguh aneh setelah untuk yang kesekian kalinya aku
menyadari bahwa aku adalah vampire yang menangis. Setan menangis, seperti tidak
masuk akal.
“Jauhi
dia, Chantal. Ibu tidak ingin sesuatu terjadi padamu karena jika ada sesuatu
terjadi padamu, Ibu tidak dapat melakukan apa pun. Karena Ibu ..oh, Ibu tidak
dapat memberitahumu sayang. Ini semua salah Ibu telah melakukan ini padamu,”
“Mengapa
Ibu sepertinya tidak bisa menghentikan teka-teki yang Ibu buat? Aku lelah hidup
sebagai gadis yang tidak tahu menahu tentang vampire. Apa yang Ibu lakukan?”
“Saat
Ibu melahirkanmu, kau mati. Kau tidak hidup, kau tidak menangis atau bernafas.
Ibu berpikir, mengapa ini harus terjadi padaku? Lalu Ibu memberikan seluruh
kekuatan Ibu untukmu, menghidupkanmu kembali agar Ibu dapat melihat senyuman
manis dari anak pertamaku. Karena sudah tidak ada lagi keluarga vampire bersama
denganku. Hanya kau, satu-satunya anakku. Maka dari itu, Ibu tidak dapat melakukan
apa pun sayang untukmu jika kau diserang. Ibu tidak memiliki kekuatan apa pun
karena segala kekuatan yang Ibu memiliki telah berada dalam tubuhmu sekarang.
Kau pemberani, Ibu sudah tidak dapat melakukan apa pun sekarang. Ibu terlalu
sayang hingga Ibu harus membiarkanmu bertarung dengan mereka yang akan
menyerangmu,”
“Aku
seharusnya mati dan Ibu tidak menceritakannya sejak dulu. Betapa hebatnya itu
Ibu,” dengusku sedikit kesal sekaligus terharu. “Oh, permanusia! Aku tidak akan
mendekati Justin lagi jika itu yang Ibu inginkan.” ujarku bangkit dari tempat
tidur untuk memandikan tubuhku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar