****
*Alexis Bledel*
Aku
menarik selimutku untuk menutup tubuhku. Tertidur di atas kasur yang
benar-benar empuk adalah jalan keluar untuk melepaskan segala kelelahan pagi
ini. Aku harus bergadang hanya untuk mengambil gambar dengan Kate –Blake-.
Blake sering sekali tertawa. Justin saat di kantor selalu berbicara kotor saat
ia lupa kata-kata yang harus ia hafal. Itu membuat frustrasi. Sekarang, aku
berbaring di atas mobilku. Kami semua
tidur di dalam mobil kami masing-masing. Di parkiran gedung Christian Grey.
Matahari memang belum muncul tapi jam sudah menunjukan pukul 4 pagi. Bayangkan,
4 pagi? Mati saja.
Saat
aku ingin memejamkan mataku, tiba-tiba saja ada yang mengetuk jendela mobilku.
Dengan malas aku membuka selimutku dan menarik tubuhku agar bangkit, terduduk.
Kulihat Justin yang mengetuk-ngetuk jendelaku dan kedua tangannya menempel di
jendelaku, ia ingin melihatku. Aku membuka jendelaku sehingga ia sedikit
menjauhkan wajahnya dari jendela.
“Ada
apa?” tanyaku dengan suara yang benar-benar parau.
“Apa
kau sudah tidur?”
“Apa
aku sedang berbicara? Astaga, Justin. Kau tidak lihat sekarang apa yang
kulakukan?” tanyaku dengan malas. Mataku benar-benar sudah mengantuk sekali.
Justin memberikan pandangan Aku Tidak Kelelahan. Pamer.
“Mengapa
kau begitu sinis padaku?” tanyanya protes. Sungguh, aku tidak sedang ingin
membicarakan ini.
“Oooh,
astaga Mr. Grey. Aku sungguh minta maaf jika tanganmu berkedut sekarang karena
kesinisanku. Tapi aku di sini, di dalam mobilku sedang berusaha untuk
menenangkan tubuhku yang sebentar lagi hancur,”
“Ini
baru satu hari Miss Steele,” ia mulai bergabung denganku. Tiba-tiba tangannya
masuk ke dalam mobilku melalui kaca jendela yang terbuka dan membuka kunci
pintu mobilku lalu membuka pintu mobilku dan masuk. Itu terjadi begitu cepat.
BRAK! Ia menutup pintunya dan menutup jendela.
Aku
menjauh darinya sambil menarik selimutku.
“Miss
Steele, aku ingin tidur di mobilku. Tapi kurasa mobilku tidak senyaman mobilmu.
Maukah kau berbagi denganku wahai Miss Steele yang cantik jelita?” tanya Justin
membungkukan tubuhnya padaku. Kuanggukan kepalaku dengan wajah penuh ketakutan,
kepalanya mendongak dan ia memberikanku senyuman miring.
“Tenang
Miss Steele. Aku tidak memperkosamu. Aku tidak tertarik padamu,” ujarnya
menarik selimutku dengan cepat.
“Apa?”
aku protes, “ini selimutku!” aku merebutnya.
“Ayo
kita bagi dua Miss Steele,” ujarnya, “kita bisa latihan adegan Christian Grey
bersama Anastasia Steele di atas ranjang. Bagaimana? Tertarik?” tanyanya
menggodaku, senyumannya benar-benar menggodaku. Aku menelan ludahku. Apa dia
serius?
****
“Anggap
saja aku menyukaimu, okay?” ujar Justin yang sudah berada di atas tubuhku. Apa
dia benar-benar serius dengan apa yang ia lakukan sekarang? Nafasku tak
beraturan saat melihat rambutnya berjatuhan seperti Christian Grey dalam
imajinasiku. Matanya berwarna abu-abu pekat sekarang. Wajahnya tidak begitu
terang karena di dalam mobilku gelap, hanya diterangi oleh lampu-lampu di
sekitar parkiran. Tanganku menegang di samping kedua sisi tubuhku dan perutku
tidak dapat bekerjasama. Bukan. Bukan sakit perut, tapi lebih tepatnya aku
terangsang melihat wajah tampan Justin sekarang. Justin sudah mengangkangiku di
bagian perut dan kedua tangannya sudah berada di samping wajahku.
“Apa
kau biseks?” tanyaku berhati-hati. Takut-takut ia akan marah padaku. Maksudku,
hey! Siapa yang tidak ingin dikangkangi oleh Justin Bieber? Semua wanita pasti
mau –kecuali para pembencinya. Aku ini wanita dan pastinya aku tertarik pada
Justin. Tapi kesadaranku sedikit pulih saat aku bertanya, apakah dia biseks?
Dia pernah mencium lelaki dan sekarang ia berusaha mencium bibirku, bekas
ciuman yang pernah ia berikan pada Theo. Astaga! Menjijikan sekali.
Omong-omong, Theo orang yang sangat ramah dan baik hati. Pantas saja Justin
menyukainya. Aku saja menyukai kepribadiannya yang ramah.
Mata
Justin menatapku dengan dingin. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat
ini. Dan aku sangat yakin, ia tersinggung akan pertanyaanku. Aku tidak tahu
sejarah kehidupannya seperti apa! Siapa tahu sebelumnya ia pernah berpacaran
dengan wanita dan berubah menjadi gay karena sesuatu, benar bukan? Siapa tahu.
“Tidak,
Miss Steele. Aku tidak,” ujarnya seperti tadi sore. Astaga, ia mulai berakting
sekarang. “Tapi mungkin, kau akan menjadi wanita pertamaku,” saat kata-kata itu
meluncur dari muncul dari mulutnya, ia tidak membiarkan aku berbicara. Bibirnya
sudah menempel pada bibirku. Tidak, aku tidak memejamkan mata. Aku benar-benar
terkejut. Bibirnya begitu …lembut. Kali ini.
Bibir
yang sudah pernah mencium bibirku sebelumnya. Dan sekarang aku merasakannya
sekali lagi. Dengan sensasi yang berbeda. Semuanya berujung pada pangkal pahaku
yang mulai berkedut dan basah. Siku kirinya mulai berada menekan kursi dan
tangannya yang satu lagi sudah berada di pipiku. Kubiarkan mulutku terbuka agar
aku bisa merasakan lidahnya yang hangat itu.
“Ya,
benar seperti itu sayang,” ujarnya di sela-sela ciuman kami dan memagut bibir
bawahku dengan lembut. Kedua tanganku
mulai berlari menuju kepala belakang Justin, Christian Grey-ku. Astaga, aku
benar-benar menyukai ciuman ini. Kuremas rambut Justin dengan lembut. Tangan
Justin mulai mengangkat kepalaku agar ia dapat menekan ciuman ini lebih dalam.
Salah satu di antara kami tidak bernafas. Itu akan merusak momen indah ini.
Tapi
dari perutku. Dari perutku aku dapat merasakan ereksi Justin yang menekan
perutku. Dia terangsang karena aku. Justin Bieber terangsang karena itu dan aku
begitu senang. Kutekan perutku ke atas agar bisa lebih merasakan ereksinya.
Wow! Besar sekali, aku bisa merasakan itu.
“Miss Steele,” ia berujar, “tetap diam,”
“Ah!”
Aku
mendesah saat Justin mulai menggigiti rahangku sehingga aku mendongakan
kepalaku. Lidahnya mulai menyapu-nyapu leherku dengan lembut. Hangat sekali.
Tubuhku bergetar di bawahnya. Sensasi ini sangat menyenangkan dan aku
menginginkan lebih. Semuanya tertuju pada pangkal pahaku yang kurasa sudah
sangat basah sekali. Di saat tangannya yang satu mengangkat kepalaku yang
sedang mendongak, tangannya yang satunya lagi sudah mengelus perutku. Tepat di
atas seksku. Mengapa rasanya ia begitu ahli dalam merangsang perempuan? Padahal
aku tahu ia seorang yang gay. Tapi sekarang aku tidak peduli!
“Miss
Steele,” suaranya terdengar parau. Apa dia bergairah karena aku? Tangannya yang
sudah berada di atas perutku itu mulai memasuki celah celana tidur yang
kupakai. Kakiku menegang dan sekujur tubuhku menegang begitu saja.
“Kau
basah untukku,” bisiknya tepat di depan dadaku yang masih berlapiskan dengan
pakaian tidurku. Tangannya sudah benar-benar berada pada organ seksku yang
paling sensitive. Jari tengahnya mulai mengoyakan seksku dengan cepat. Membuat
mengerang. Mulutnya menangkup mulutku lagi agar eranganku teredam.
“Tetap
diam,” bisiknya lagi.
“Berhenti
Justin,” ujarku. Terjemahan: Jangan berhenti, Justin!
“Baiklah,”
balasnya dengan cepat. Sialan! Apa dia benar-benar baru saja mengatakan
‘baiklah’. Padahal itu hanya untuk merangsang. Aku harus tetap berakting agar
ia tidak melihat kekecewaanku. Semua sensasi yang ia berikan menghilang secara
bersamaan saat jarinya benar-benar keluar dari celana dalamku. Sialan! Astaga,
aku menginginkannya.
“Frustrasi,
Miss Steele?”
“Apa
kita masih dalam akting, Mr. Grey?”
“Sudah
tidak, setelah kau berkata seperti itu,” ujar Justin dengan nada yang biasa ia
pakai. Nada di dunia nyatanya. Kemudian ia menarik selimut yang terjatuh di
atas lantai mobil dan mulai menggeser tubuhku agar berhimpit dengan kursi. Dan
ia mulai berbaring di sebelahku, tertidur. Meninggalkan diriku yang benar-benar
menggantung menginginkan sebuah pelepasan. Justin sialan!
***
“Terima
kasih banyak Mr. Grey karena telah meluangkan waktu untuk mengambil foto ini,”
ujar Blake yang sebagai Kate Kavanagh kepada Justin yang memakai pakaian yang
begitu modis. Dia tampak begitu tampan hari ini. Aku masih memperdalam peranku
sebagai Anastasia Steele yang pendiam. Aku diam sebenarnya bukan memerhatikan
mereka meski aku tahu aku harus berkonsentrasi. Tapi aku mengingat kejadian
tadi pagi bersama Justin di dalam mobil. Ciumannya begitu lembut dan tidak
terburu-buru. Latihan. Itu hanya latihan dan aku hanya berusaha untuk
menganggapnya menyukaiku. Padahal kenyataannya adalah tidak. Dia tidak
menyukaiku.
“Dan
…Cut!” teriak Gavin yang terduduk di bawah payung berwarna hitam untuk
menutupinya dari sinar matahari. Ia berpakaian seperti sutradara yang
selayaknya, memakai rompi berwarna hitam dengan tulisan di punggung rompi
tersebut ‘Director’. Dia sutradara yang hebat. Maksudku, ia memiliki kesabaran
yang penuh saat melihat kami berakting. Meski dari tadi Kate salah bicara dan
selalu berbicara kotor, begitu juga dengan Justin. Di bagian ini aku tidak
banyak berbicara. Nanti, di Club. Kurasa aku harus benar-benar mabuk. Bukan
benar-benar mabuk dalam arti yang sebenarnya. Setengah mabuk, mungkin? Agar aku
masih bisa berkonsentrasi dengan film ini.
Kami
semua menyebar.
“Istirahat
10 menit!” teriak Gavin kembali. Semua kru langsung bubar dari tempatnya. Angin
mulai menerpa kami di siang ini. Dravin datang menghampiriku, membawa sebuah
jaket untuk menghangatkanku.
“Aktingmu
keren sekali. Aku bangga karena kau bekerja untukku,”
“Untuk
semua orang,” ujarku membetulkan kalimatnya. Aku bukan hanya bekerja untuknya,
tapi aku bekerja untuk para penonton nanti. Kuambil jaket yang ia pegang dan
memakainya pada pundakku tanpa memasukannya ke lenganku.
Dari
taman yang luas ini, aku melihat Theo yang berlari-lari membawakan makan siang
untuk Justin. Pacar yang sangat perhatian. Ia memakai celana jins ketat
sehingga aku bisa melihat tonjolan di bagian tengah –bawah perutnya. Dan ia
juga memakai kaos berwarna hitam dengan rompi berwarna putih. Juga dengan
sebuah ..syal yang melingkar di sekitar lehernya. Apa dia serius sedang memakai
itu? Astaga. Tangan Theo melambai-lambai padaku ..atau mungkin pada Justin yang
berdiri di belakangku.
“Justin!”
teriak Theo, “Alexis!” tambahnya dengan suaranya yang begitu bersemangat.
Astaga, dia sangat bersemangat sekali. Aku menyukai lelaki ini karena dia
begitu ramah dan baik hati. Apalagi sikapnya yang benar-benar bersahabat. Pasti
dia memiliki banyak sekali teman. Ia berlari kecil ke arah kami dan langsung
memeluk Justin dengan erat. Aku menatap mereka seperti pasangan yang
benar-benar serasi.
Tapi
aku ingin mual saat Justin mengecup bibir Theo dengan penuh rasa sayang.
Astaga, bibir itu sudah menyentuh bibirku tadi malam. Bahkan lidahnya. Aku
ingin muntah sekarang.
“Apa
kau ingin makan siang bersama kami, Alex?” tanya Theo dengan ramah. Dengan
sopan aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak ingin melihat mereka yang akan
bermesraan di depanku. Aku lebih baik menghabiskan waktuku bersama dengan
Dravin. Waktuku sisa 8 menit lagi untuk memakan makan siangku.
“Aku
harus pergi,” ujarku melengos pergi dari hadapan kalian.
***
*Justin Bieber POV*
“Kupikir
wanita itu sudah bilang tidak,” ujarku dengan rahang yang menegang saat aku
melihat Anastasia –Alexis- diciumi bibirnya oleh Jose. Lidahnya benar-benar
masuk ke dalam mulut Ana, membuatku benci melihatnya. Aku menarik tangan Ana
dari Jose.
“Grey?”
Jose terkejut atas kedatanganku dan Ana menatap pada Jose dengan wajah gelisah,
aku menatap Jose dengan tajam. Tiba-tiba Ana membungkukan tubuhnya dan muntah
tepat di depan Jose yang langsung melompat mundur. Aku menarik rambut Ana
dengan lembut dan menariknya untuk keluar dari Club ini.
“Jika
kau munta lagi, lakukan di sini. Aku memegangmu,” ujarku memegang satu
lengannya dan tanganku yang satunya lagi memegang rambutnya. Astaga, Alexis
pintar sekali akting. Ia benar-benar muntah di depanku. Apa dia benar-benar
mabuk saat akting? Karena itu adalah perbuatan yang sangat salah saat akting.
Jika dia mabuk dan masih bisa berkonsentrasi dalam pengambilan gambar, berarti
aku harus mengapresiasikannya. Ana terus mengeluarkan muntahan-muntahannya yang
begitu banyak. Kemudian dia mengumpat. Kemudian ia berhenti muntah. Tangannya
bertumpu pada dinding bata dan bedeng bunga. Aku mengambil sapu tangan yang
berada di dalam kantong celana jinsku dan mengelap bibirnya yang kotor karena
muntahan itu.
Kulihat
Jose yang melihat kami berdua, aku menatapnya dengan tajam. Lidahnya tadi masuk
ke dalam mulut Ana! Mulut yang pernah kucium tadi malam rasanya begitu nikmat.
Sialan! Alexis Bledel adalah wanita pertama
yang membuatku mengakui seberapa lembut mulutnya. Padahal aku juga
sering mendapatkan adegan ciuman di film-filmku. Tapi kali ini berbeda. Rasanya
Alexis benar-benar menciumku dengan penuh perasaan. Apa karena bibirnya mirip
dengan bibir Theo yang sering kucium itu? Tapi aku jarang sekali memasukan
lidahku ke dalam mulut Theo.
“Maaf,”
gumam Ana dan menatap sapu tangan ia yang genggam dengan tangannya. Aku sangat
yakin, pasti dia mengagumi sapu tanganku yang lembut.
“Apa
yang kau sesalkan Anastasia?”
“Terutama
panggilan teleponku, menjadi mabuk, dan oh seterusnya,” jika kulihat-kulihat,
Alexis manis sekali saat ia mabuk, seperti sekarang. Tapi aku harus tetap
berkonsentrasi terhadap aktingku sekarang, alur ini harus tetap berjalan.
“Kita
semua berada di sini, mungkin tidak seberapa dramatis, seperti kau,” aku
berucap dengan datar, “Ini tentang mengetahui batasanmu, Anastasia. Maksudku,
aku orang yang suka mendorong sampai batas, tapi sungguh ini tak ada
apa-apanya. Apa kau membuat kebiasaan berperilaku semacam ini?” tanyaku
bersorak dalam hati. Aku hafal bagianku! Astaga, aku sangat senang sekali. Tapi
aku tetap menjaga tatapan konsentrasiku pada Ana.
“Tidak.
Aku belum pernah mabuk sebelum dan sekarang, aku tidak punya keinginan untuk
mengulangnya lagi,”
“Aku
akan mengantarmu pulang,” ujarku dengan cepat.
“Apa?
Tidak, jangan,” tolak Ana dengan cepat. Mengapa wanita ini tampak begitu manis
di saat ia sedang memberontak. Alexis, aku menggumam dalam hati. Gadis ini
benar-benar menawan.
“Kau
harus ikut denganku, Ana,”
“Tapi
aku harus memberitahu Kate!” Aku mengangguk, menyetujuinya.
Kemudian
kami kembali masuk ke dalam Club dan Ana berjalan, melewati orang-orang yang
menggeliat menari-nari tak jelas. Aku bisa menari, tapi bukan di tempat seramai
ini. Ana bertanya-tanya di mana Kate. Kurasa Kate sedang bersama Elliot, adikku
dalam film ini.
“Di
sana,” ujarku menunjuk Kate yang sedang meliuk-liukan tubuhnya di depan Elliot.
Astaga, wajah Kate benar-benar seperti ..pelacur. Sungguh, Blake pintar sekali
akting sebagai pelacur atau semacamnya. Elliot akan menjadi lelaki pertama yang
akan tidur dengannya jika Elliot tahu kalau Kate perawan. Aku berteriak pada bartender untuk
mengambilkan minuman dingin untuk Ana. Beberapa detik kemudian, bartender
muncul dan memberikan satu gelas air putih padaku.
“Minum,”
suruhku memberikan pada Ana, “semuanya!” teriakku mengalahkan suara music yang
benar-benar bising. Ana meminumnya hingga habis, kemudian ia menatapku.
“Ayo,
menari denganku,” ajak Ana tiba-tiba. Mataku melebar. Apa?
“Apa?”
“Menari
denganku,” nada bicaranya seperti memerintah. Aku menganggukan kepalaku dan
mengajaknya masuk ke atas lantai dansa. Ana mulai menari di depanku. Gaya
bebas, begitu juga denganku. Tersenyum melihatnya karena dia begitu menikmati
musik ini. Tangannya mulai merangkul leherku dan tersenyum manis padaku.
Astaga, Alexis, aku tidak boleh kehilangan konsentrasi! Tiba-tiba ia terjatuh
pada dadaku.
“Sial,”
gumamku.
“Cut!”
teriak Gavin yang membuat music dan yang menari berhenti bergerak atau
mengeluarkan suara. Semuanya bertepuk tangan, kecuali aku dan Alexis. Alexis
benar-benar pingsan. Astaga.
“Ada
apa?” tanya Gavin mendekatiku yang memegang pinggang Alex agar ia tetap
berdiri. Tapi dengan sigap aku menggendong Alex di punggungku.
“Biar
kuurus.” ujarku berjalan keluar dari Club. Aku ingin membawanya ke dalam
mobilnya lagi. Kuharap ia akan bangun di sana. Entah mengapa aku khawatir
dengan keadaannya. Ada apa dengannya? Seharusnya ia meminum bir sedikit agar ia
tidak benar-benar mabuk. Tapi hebatnya ia masih bisa akting. Mungkin sedikit
apresiasi di dalam mobil bersamanya seperti kemarin cukup sepadan dengan apa
yang telah ia lakukan.
Bersenang-senang
sedikit dengan Alexis Bledel di dalam mobilnya, siapa sangka? Menyenangkan, kau
tahu.
****
Aku
tidak. Aku tidak mencium atau menyentuh Alex di dalam mobilnya. Aku hanya
menatapnya dengan tatapan penuh kesadaran diri. Alex masih pingsan dan terduduk
lemah di atas kursi mobilnya. Wajahnya yang polos membuatku mengingat Theo.
Astaga, aku hampir saja berselingkuh pada Theo. Dan yang kemarin, sudah
kubilang itu hanyalah latihan semata. Aku tidak boleh berselingkuh dari Theo.
Aku tahu aku mencintainya dan dia tahu aku mencintainya juga. Ini tidak boleh
terjadi dan aku tidak boleh mencium Alex di luar persetujuannya.
Dravin
tidak menampakan batang hidungnya. Kemana dia? Sudah tahu aktrisnya sedang
pingsan di dalam mobil, ia malah pergi entah kemana. Malam ini memang adalah
malam yang benar-benar melelahkan. Setelah aku berusaha untuk mengambil gambar
adegan bersama Alexis di toko Clayton tadi siang. Astaga, Alex selalu salah
bicara dan mengatakan kata kotor. Dan jika dia mengatakan kata kotor, dia
terlihat begitu berani dan seksi. Apalagi saat ia bilang : “Ap-apa kau akan
mendekorasi rumahmu ..sialan! Apa-apaan ini?” ia langsung tertawa saat ia lupa
apa yang harus ia hafalkan. Dan Gavin juga ikut tertawa. Apalagi saat aku
bertanya: “Apa yang kausuka, Ana?” , aku menatap mata Alex lekat-lekat dan
sangat dalam. Seperti yang ada di dalam naskah. Tapi Alex malah tertawa dan dia
bilang : “Aku suka bercinta dengan Christian Grey!” ia menjerit dan semuanya
tertawa. Gavin langsung berteriak “Cut!”. Aku ikut tertawa dengan tingkahnya
yang lucu itu.
Tak
sadar, aku tersenyum seperti orang idiot di dalam mobil bersama Alex. Kudengar
ia mengerang pelan dan menggeliat. Gila! Dia tampak seksi dalam balutan kaos
yang sangat ketat di tubuhnya. Dan apa yang terjadi padaku? Aku tidak pernah
tertarik pada perempuan sebelumnya dan aku tidak mau itu terjadi padaku. Ingat
Theo! Aku memperingati diri sendiri.
“Grey,”
gumam Alex tiba-tiba.
“Sudah
‘Cut!’ Alex,” ujarku langsung bergeser, mendekatinya. Saat aku mendekatinya,
tiba-tiba ia terjatuh di atas pahaku. Kepalanya tepat berada di atas tongkat
besar milikku.
“Christian
Grey. Astaga, apa aku sudah mati?” Alex terus berujar.
“Belum,”
aku malah menjawabnya seperti orang tolol. Kemudian ia tertawa keras dan
bangkit dari pahaku, melepaskan kepalanya dari tengah celanaku yang sekarang
mengeras. Ada apa dengan wanita ini? Mengapa egfeknya begitu besar bagiku? Aku
tidak menyangka aku akan menyukainya.
“Kau
benar-benar lucu, Christian,”
“Alex,
sudah selesai. Kita sudah tidak akting lagi,” ujarku menegurnya. Tapi ia masih
tertawa-tawa tak jelas seperti orang mabuk. Dan memang ia sedang mabuk
sekarang. Tiba-tiba dari samping, ia berdiri dan sedikit membungkuk di dalam
mobil. Masih tertawa, aku melihatnya dengan senyuman. Dia terlihat begitu seksi
dengan rambutnya yang acak-acakan itu.
“Apa?
Sudah selesai?” ia terdengar baru terkejut, seakan-akan kata-kataku tadi baru
masuk sekarang dan ia mengurainya begitu lama. Kuanggukan kepalaku.
Tiba-tiba
Alex mengangkangiku, selangkangannya sekarang sudah berada di atas celana
bagian tengahku. Sialan sekali gadis ini. Aku tidak tahu, tapi aku tidak bisa
bersikap professional sebagai artis bersamanya. Ini hubungan yang sedikit
berbeda. Tidak seperti di dunia nyata. Rasanya dia ingin terus berada di dunia
akting. Seperti sekarang, tangannya sudah melingkar pada leherku.
“Christian
Grey,” bisiknya memelukku, kepalanya sudah berada pada bahuku. Ia memiringkan
kepalanya sehingga bibirnya sekarang sudah menyentuh leherku. Anehnya, aku
membiarkannya. Ia tampak begitu seksi dan aku tidak merasa risih. Biasanya
gadis-gadis yang berusaha untuk menggodaku selalu kujauhi, tapi ini tidak. Dia
memiliki daya tarik tersendiri. Meski aku tahu ia membenciku karena aku
menciumnya sembarangan beberapa bulan. Tapi neraka! Aku tidak peduli dengan itu
sekarang. Gadis ini terlihat begitu menggiurkan, seperti Theo. Seperti Theo,
persetan dengan Theo! Aku ingin bercinta dengan aktris pintar ini.
“Ana,”
aku mulai mengikuti permainannya. Ia menggumam dan mencium leherku. Sialan, aku
bergetar dan itu membuat pangkal pahaku berdiri. Berereksi. Sial, sial, sial!
Aku
menarik tubuhnya ke belakang namun ia masih berada dalam pangkuanku. Ia
tersenyum manis dan matanya sayu. Ia memiringkan kepalanya ke salah satu sisi
dan tertawa lagi. Tangannya masih melingkar pada leherku, kemudian ia
menggelitiki kepalaku sejenak.
“Christian,”
ia memanggilku lagi. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirkan oleh kepala cantik
itu, tapi sudah sejak kemarin ia terlalu mendalami perannya sebagai Ana. Dan
dia terlalu terjerumus ke dalamnya dan dampaknya ia berikan padaku. Ia terus
memanggilku dengan Grey atau Christian. Itu membuatku mengikutinya memanggilnya
sebagai Ana. Aku tak pernah membayangkan Ana dalam buku Fifty Shades, tapi
sekarang ia adalah imajinasiku. Tanganku sudah berada pada pinggangnya yang
ramping. Ana-ku. Anastasia Grey-ku. Anastasia ..sialan.
Aku
langsung menarik lehernya dan mencium bibirnya. Untung saja kaca mobilnya
berwarna hitam jika dilihat dari luar sehingga orang-orang sialan di luar sana
tidak melihat apa yang akan kulakukan pada Ana kesayanganku.
Bibir
Ana terbuka dan aku langsung melesak lidahku ke dalam mulutnya yang seksi ini.
Kemudian aku memagut lidahnya dengan mulutku. Manis sekali. Ia membalasku tak
kalah panas. Decakan-decakan ciuman kami terdengar dan itu membuatku terangsang
sekali.
“Christian,”
bisiknya lagi, tangannya sudah mengelus pipiku dan ia mengisap bibir atasku
lalu bawah. Kulepaskan ciuman yang begitu panas ini. Gila! Pre-cum sudah
membasahi boxer yang kupakai sekarang. Hanya karena sebuah ciuman dari seorang
wanita. Biasanya dari lelaki dan ciuman ini adalah ciuman termanis yang pernah
kudapatkan.
Mulutku
mulai menjarah pada lehernya, ia langsung memekik. Seksi. Aku menyeringai.
*Alexis Bledel POV*
Bibir
Christian sudah berada pada leherku. Aku mendongak. Aku tahu dia Justin, tapi
aku tidak peduli jika ia akan bercinta denganku. Kami mempermalukan diri kami
berdua dalam mobil ini tanpa ada rasa hormat terhadap sesama artis. Aku tidak
peduli, sialan! Aku membutuhkan pelepasan dari lelaki ini. Christian Grey dalam
imajinasiku. Aku mendesah saat lidahnya bermain-main pada leherku, tubuhku
bergetar dan semuanya menjuru pada pangkal pahaku. Aku pasti sudah basah
sekali.
“Angkat
tanganmu,” suruhnya. Dengan cepat aku melepaskan pakaianku. Ia menyeringai
padaku saat tangannya sudah benar-benar menangkup kedua dadaku yang membusung
di depan wajahnya. Aku hanya bisa memberikan senyuman genitku pada lelaki ini.
“Sangat
pas dengan tanganku, Ana,” ujarnya kemudian menjilat bra yang kupakai. Bra yang
kupakai berwarna pink dan aku suka, “pemilihan warna yang sangat menarik Miss
Steele,” ucapnya menarik ke bawah bra yang kupakai hingga dadaku benar-benar
terekspos di depannya. Senyumannya semakin mengembang. Oh, kuharap ia tertarik
pada diriku. Siapa tahu ia bisa menjadi normal. Aku mengerang! Gila, mulutnya
langsung memakan dadaku dengan penuh gairah. Pangkal pahaku merasakan sesuatu
yang mengeras di bawah sana. Justin mengeras karena diriku. Tangan Justin mulai
meremas dadaku dan membuat kepalaku mendongak dan terus mendesah. Kuraba-raba
pintu mobil bagian sopir dan menekan kunci pintu. Astaga, Justin tidak mengunci
pintu.
“Justin,”
aku merintih dan menarik kepalanya ke belakang, tapi ia terus meremas dadaku
dan menjilat-jilatnya dengan buas.
“Ya,
sebut namaku sayang,” ujarnya mulai menjamah perutku dengan lidahnya. Aku
menggeliat dan tiba-tiba tangannya menggendongku lalu ia menaruhku di atas
kursi mobil. Kemudian ia menarik retsleting celana jinsku ke bawah dan menarik
paksa celana jinsku hingga benar-benar lepas. Ia tidak melepas celana dalamku
dan matanya mulai terjatuh pada kaca mobil bagian depan. Dengan cepat ia
menarik penutup kaca mobil depanku dan menempelkannya ke ujung sisi mobil yang
lain agar kaca-kaca mobil di sini benar-benar tertutup sekarang.
Sensasi
yang ia berikan berhenti begitu saja. Tapi ia membangkitkannya kembali saat
jari-jarinya yang panjang itu meraba-raba celana dalamku dari luar dan memang
sudah benar-benar basah. Aku mendesah dan mencoba untuk menutup kedua pahaku
tapi aku tidak. Aku tidak bisa melakukan itu. Justin menyeringai padaku.
Sekarang bukan tentang artis lawan artis. Tapi karakter seseorang dengan
karakter seseorang. Gayanya benar-benar seperti Christian Grey yang selalu
menggoda Ana saat ingin bercinta. Astaga.
“Ah,
sialan!” aku bergetar begitu saja saat jari Justin mulai masuk ke dalam celana
dalamku dan memasukan jarinya ke dalam diriku.
“Tenang,”
ia mulai membungkuk dan menindih tubuhku sedangkan jarinya mulai bergerak-gerak
dengan pelan di dalamku, membuatku merintih pelan dan kemudian mengerang saat
jari jempol berputar-putar di pusat seksku. Wajahnya berada di depan wajahku,
kali ini ia tidak menindih tubuhku. Ia terjatuh di atas lantai mobilku dan
tangannya masih terus ia gerakan.
“Tatap
aku,” ujarnya, “aku ingin kau orgasme sambil menatap mataku,” ia memaksa.
Rahangnya menegang, menahan gairahnya. Kemudian ia mendengus, aku mengerang! Ia
mempercepat gerakan tangannya, membuatku ikut menggoyangkan pinggulku saat ia
terus memasukan jarinya ke dalam diriku. Mataku terus terpaku pada matanya yang
benar-benar seperti mata Christian Grey. Aku begitu masuk ke dalam matanya yang
menghipnotisku.
“Datanglah
untukku,” bisiknya yang membuat perutku menegang dan aku mulai mendapat
orgasmeku. Aku menjerit lemah dan terus menatap matanya. Aku begitu terikat
dengan tatapannya yang tajam itu. “Ya sayang, seperti itu,” ucapnya kemudian
mencium pipiku, sudut bibirku, lalu bibirku. Dengan cepat aku menarik kepalanya
dan ia langsung melepaskan jarinya dari dalam diriku, membuatku merintih pelan
dan masih terus mencium bibirnya. Kami masih terpagut bibir dan Justin mulai
melepaskan celana jins yang ia pakai dari atas tubuhku.
“Ana,”
ia mengerang dalam ciumanku. Aku meremas rambutnya dengan lembut, rambutnya
benar-benar lembut di tanganku. Kemudian aku merasakan sesuatu yang licin di
bawah sana. Sesuatu yang tumpul.
“Aku
akan melakukan ini, sungguh,” ujarnya menarik kepalanya untuk menjauh dari
ciumanku, “Apa kau benar-benar ingin melakukan ini?” tanyanya. Aku menganggukan
kepalaku dan menarik kepalanya agar kembali dalam ciumanku, tapi ia menahannya.
Tangannya berada di bawah dan ia mulai memasukan dirinya ke dalam diriku.
“A..angh!”
aku melenguh pelan dan ia mulai menyatukan mulutnya dengan mulutku untuk
meredamkan eranganku saat ia memaksa masuk ereksinya yang benar-benar penuh ke
dalam diriku, “kau sangat ketat. Lebih dari Theo,” ujarnya yang membuatku sedikit
jijik. Namun aku melupakan itu saat ia mulai menggerakan tubuhnya dan membuatku
mendesah. Ini akan menjadi malam terindah yang pernah kulewati.
****
“Apa
yang kaulakukan dengan Justin tadi malam?” tanya Dravin yang tiba-tiba saja
bertanya seperti itu di saat aku sedang dirapikan bajunya oleh stylish. Aku
merentangkan tanganku saat stylish mengangkat kedua tanganku. Kugelengkan
kepalaku dan menatap Dravin dengan tatapan Apa
kau gila? Ada orang lain di sini! Tapi ia mengabaikan tatapanku dan terus menuntut
padaku untuk menjelaskan apa yang terjadi padaku tadi malam. Tapi apa
pedulinya? Aku hanya bercinta dengan Justin. Dan aku mendapatkan 3 orgasme dari
seorang lelaki yang gay. Itu sangat menakjubkan.
“Apa
yang kulakukan? Pertama, aku hanya latihan dengan Justin,”
“Dengan
mobil yang bergoyang-goyang? Astaga, kau pikir aku ini bodoh? Itu dapat merusak
reputasimu. Kau tidak lihat paparazzi dari kemarin mengambil gambar kalian?”
Dravin tampak marah dan ia melangkah pergi dari tempatnya berdiri. Meninggalkanku
dengan kepala yang penuh dengan tanda tanya. Apa yang baru saja ia lakukan? Ia
tampak bodoh.
“Sudah
selesai, semoga pengambilan gambar kali ini lebih baik lagi ya Ana,” ujar
stylish di depanku dan meninggalkanku. Aku hanya menganggukan kepalaku dan
menatap tempat tidur yang berada di depanku sekarang. Sekarang aku harus
mengambil gambar bersama Justin di dalam rumah Justin –Christian Grey.
Tiba-tiba
saja Dravin muncul kembali dari balik pintu kamar Christian dan membawa sebuah
majalah di tangannya dan ia langsung memaparkan majalah itu di depanku. Anastasia Steele dan Christian Grey Idaman
Masyarakat, teriak judul paling depan halaman majalah itu dengan fotoku
yang sedang muntah di depan Club. Tapi aku sangat yakin, para pembaca buku E. L
James tahu itu peran apa. Tapi kemudian, Dravin membuka halaman-halaman lain
dan memperlihatkannya lagi padaku. Artikel. Alexis
Bledel tampak menikmati perannya bersama dengan Justin Bieber, Christian Grey,
kemarin malam. Ia benar-benar mabuk dengan muntahannya. Christian Grey begitu
perhatian dengan Anastasia Steele kesukaan masyarakat. Tapi mengapa mereka
tampak begitu mesra di parkiran Club? Apa ada hubungan spesial di antara
keduanya? Begitulah sepenggal dari majalah kurang ajar ini. Kemudian aku
melihat Justin yang menggendongku di punggungnya dan berusaha untuk membawaku
ke mobilku. Lalu semuanya terjadi. Astaga. Aku menutup mulutku.
“Jadi,
jaga jarakmu dengan Bieber itu! Mengerti?!” Dravin mengancam dan aku
mengangguk.
Ren, kok langsung bab 2? bab 1 nya mana? lo ngepost sinopsis terus langsung ke bab 2......
BalasHapusYa ampun, ternyata Bab 1-nya kesimpen di draft. Gue coba update, kaga bisa. Error. Nanti deh dicoba lagi ya. :)
BalasHapus